Teknologi Ini Diklaim Bisa Deteksi Kanker Lebih Awal
Teknologi ini memungkinkan deteksi kanker dengan akurasi yang lebih tinggi, serta pengobatan yang lebih efektif.
Kementerian Kesehatan RI mencatat BPJS mengeluarkan dana sebesar 3,1 triliun rupiah untuk pengobatan kanker pada tahun 2020, dan meningkat sebesar hampir 50% menjadi 5,9 triliun rupiah di tahun 2023 .
Salah satu tantangan utamanya adalah keterlambatan diagnosis. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan pemanfaatan kedokteran nuklir. Kedokteran nuklir adalah cabang medis yang memanfaatkan bahan radioaktif untuk diagnosis dan terapi berbagai penyakit, termasuk kanker.
Teknologi ini memungkinkan deteksi kanker dengan akurasi yang lebih tinggi, serta pengobatan yang lebih efektif dengan memanfaatkan radioterapi atau terapi berbasis isotop radioaktif. Untuk itu, Pusat Kanker Nasional Dharmais dan GE HealthCare melakukan kerja sama.
“Kemitraan kami dengan RS Kanker Dharmais dan Kementerian Kesehatan RI ini akan fokus terutama pada pengembangan kedokteran nuklir. Kedokteran nuklir memiliki potensi luar biasa untuk meningkatkan perawatan kanker melalui diagnosis yang lebih cepat dan akurat,” ujar Evy Hidariyani, Commercial Excellence & Strategic Marketing Leader GE HealthCare dalam keterangannya, Senin (2/12).
Sementara itu, Dr. R. Soeko Werdi Nindito, MARS, Direktur Utama RS Kanker Dharmais, menjelaskan, kemitraan yang telah terjadi sejak bulan Oktober tahun 2023 lalu ini mencakup pelatihan khusus di bidang kedokteran nuklir, yang masih relatif baru di Indonesia.
"Implementasi dari kemitraan ini salah satunya adalah komitmen untuk memperkuat kolaborasi multistakeholder dalam perawatan onkologi berbasis kedokteran nuklir," jelas dia.
Kemitraan ini akan menghadirkan program Workshop for Facilitators yang berfokus pada pelatihan tenaga kesehatan khususnya di bidang kedokteran nuklir. Program ini akan melibatkan berbagai pemangku kepentingan di bidang kedokteran nuklir onkologi.