Tingkat kepercayaan pada e-commerce masih rendah
Hal ini disebabkan oleh banyaknya penipuan yang berkembang pesat.
Hambatan perkembangan jual beli online di Indonesia adalah kurangnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap situs e-commerce seiring banyaknya situs e-commerce palsu yang hanya bertujuan menipu.
"Masyarakat Indonesia masih takut kalau mau beli online dan masih was-was kalau memakai kartu kredit, tapi secara umum respon masyarakat sebenarnya bagus," ungkap pemilik Bubu.com, Shinta Dhanuwardoyo, Jumat (17/5).
Menurut dia, hal-hal seperti itu yang membuat orang lebih hati-hati. Namun meski demikian, tambah Shinta, anggota-anggota dari e-commerce tak pernah turun, dan selalu naik berarti orang masih tertarik. "Yang penting sudah ada keinginan untuk belanja online," tuturnya.
E-Commerce adalah bagian dari internet yang berkembang dengan pesat di Indonesia. Survei yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mencatat nilai transaksi e-commerce pada tahun 2012 mencapai 126 triliun rupiah. Jumlah tersebut meningkat dua kali lipat dibanding dengan tahun 2011 dimana nilai transaksi e-commerce mencapai 63 triliun rupiah.
"Selain pertumbuhan pesat, e-commerce juga membawa dampak negatif akibat kurangnya pemahaman tentang bagaimana bertransaksi on-line secara baik dan benar. Akibatnya kerapkali terjadi penipuan dalam jual-beli online," ungkap Irwin Day, pengelola DNS Nawala.
Menurut dia, penipuan (fraud) ini berkembang pesat, dimulai dari pemanfaatan social media secara gratis sampai akhirnya berkembang ke pembuatan situs secara terpisah.
Situs-situs tersebut dibangun dengan mudah dikarenakan tersedianya hosting murah (bahkan gratis), dan penggunaan domain dot com yang bebas ketentuan administratif, serta aplikasi e-commerce yang mudah diimplementasikan pada situs-situs tersebut.
Tampilan situs-situs tersebut selintas menyerupai situs-situs e-commerce yang sesungguhnya. Namun, jika dicermati banyak kemiripan antara satu situs penipuan dan situs penipuan lainnya. Misalnya lay-out yang nyaris seragam, kemudian penggunaan foto atau gambar yang sama.
Namun di balik semua kemiripan itu, tambah Irwin, yang paling menandakan sebuah situs adalah situs penipuan yaitu penawaran harga barang yang 'super-murah', meskipun ada beberapa situs yang menawarkan potongan harga mendekati kewajaran.
Trik 'super-murah' seperti ini ternyata cukup berhasil memangsa korban, mulai dari kalangan yang baru 'melek internet', sampai kelompok yang sudah paham tata cara berinternet dengan baik dan benar yang harusnya mampu bersikap lebih kritis terhadap penawaran yang tidak masuk akal sehat.