Kodok Darah, Satu-Satunya Amfibi Dilindungi di Indonesia
Kodok Darah, Leptophryne cruentata sorotan masyarakat. Kodok Darah menjadi satu-satunya hewan amfibi yang dilindungi di Indonesia. Keunikan Kodok Darah hingga keberadaannya menjadi tolok ukur baik buruknya lingkungan.
Jika dilihat sekilas memang seperti kodok pada umumnya. Namun dibalik itu, Kodok Darah adalah satwa istimewa. Dari sekian banyak jenis amfibi di Indonesia, hanya Kodok Darah lah yang dilindungi. Saat ini Kodok Darah berstatus kritis dan terancam punah. Kodok darah merupakan satwa endemik Pulau Jawa. Keberadaanya hanya bisa dijumpai di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Belakangan, Kodok Darah dijumpai di Taman Nasional Gunung Ciremai dan Taman Nasional Gunung Slamet.
Bukan tanpa alasan, Kodok Darah menuju kepunahan. Habitat aslinya yang mulai rusak menjadikan Kodok Darah sulit dijumpai. Satwa dengan nama latin Leptophryne cruentata ini punya keunikan di tubuhnya. Kulit tubuhnya didominasi warna cokelat. Yang paling mencolok ialah tubuhnya terdapat corak warna merah. Seolah seperti terluka, warna merah darah menarik perhatian. Itulah mengapa amfibi ini diberi nama Kodok Darah. Selain itu Kodok Merah, Fire Toad, dan Bleeding Toad menjadi sebutan lain amfibi ini.
-
Apa yang digambarkan dalam foto yang beredar? Dalam foto yang beredar memperlihatkan orang-orang mengangkut balok batu berukuran besar.
-
Di mana lukisan tangan dan gambar binatang tertua di Indonesia ditemukan? Lukisan yang diperkirakan berusia antara 35.000 hingga 40.000 tahun di Gua Leang Pettakere di Maros Sulawesi Selatan berupa lukisan tangan dan gambar- binatang, termasuk babirusa dan ular.
-
Apa yang dirayakan dalam foto-foto tersebut? 8 Foto Ulang Tahun Kayma Jayna Agyra Ke-1, Bukan Cucu Orang Sembarangan!
-
Apa itu gambar toong? Gambar toong bisa dikatakan sebagai bioskop keliling sederhana.
-
Mengapa foto Bumi pertama dari luar angkasa dianggap penting? Foto hitam-putih yang buram merupakan tonggak penting di zaman ketika teknologi belum maju.
©2021 Merdeka.com/Auzan Sukaton
Kodok darah suka habitat yang basah dan lembab. Sungai dengan aliran lambat menjadi habitat utama Kodok Darah. Kodok Darah akan meletakkan telur mereka di dalam air. Oleh karenanya, air menjadi faktor utama menunjang kehidupan Kodok Darah. Terjadi perubahan alam sedikit saja, Kodok Darah akan rentan dan punah. Itulah mengapa The International Union for Conservation of Nature (IUCN memasukkannya ke dalam status kritis (critically endangered).
Terakhir dijumpai pada tahun 2015, Kodok Darah kembali muncul pada Juni 2020. Setidaknya 5 tahun Kodok Darah menghilang dan sulit ditemukan. Pasalnya, pada tahun 2018 dilakukan monitoring namun tak menghasilkan petunjuk. Bertepatan penutupan Taman Nasional akibat pandmi Covid-19, Kodok Darah kembali muncul. Temuan tersebut menjadi sangat penting bagi pengelolaan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
©2021 Merdeka.com/Auzan Sukaton
Populasi Kodok Darah pernah berada dalam kategori aman pada tahun 1976. Namun pada tahun 1987 populasi Kodok Darah cenderung menurun drastis. Faktor utamanya ialah meletusnya Gunung Galunggung. Selain itu, degradasi lingkungan juga tak lagi menunjang kehidupan Kodok Darah. Keberadaan Kodok Darah sendiri sulit diperhatikan.
Kodok Darah merupakan satwa nokturnal. Di malam hari Kodok Darah biasa mencari makan belalang, jangkrik, hingga cacing tanah. Hidupnya dihabiskan di dataran rendah atau biasa disebut hewan terestrial. Habitat Taman Nasional yang masih alami memungkinkan Kodok Darah tinggal. Terlebih pada dataran rendah lembab dengan hutan pegunungan.
©2021 Merdeka.com/Auzan Sukaton
Kodok Darah dapat diklarifikasikan dari warna bercak merah darah di sekujur kulit tubuhnya. Kulitnya dipenuhi dengan bintil-bintil. Kodok jantan memiliki panjang moncong lubang 20 mm hingga 30 mm. Sedangkan Kodok betina 25 mm hingga 40 mm. Kelenjar paratoid Kodok Darah sangat kecil, bahkan saat menggembung seperti tak terlihat.
Katak dan kodok sama-sama dalam ordo Anura. Namun, ibarat serupa tapi tak sama. Perbedaannya dapat terlihat pada kulit kodok yang lebih kasar ketimbang katak. Jika saat lompat, katak mampu lompat lebih jauh daripada kodok. Tungkai kaki katak lebih panjang ketimbang kodok. Telur katak saat di air cenderung bergerombol. Sedangkan telur kodok, tertata memanjang seperti benang.
©2021 Merdeka.com/Auzan Sukaton
Keberadaannya yang sulit ditemui adalah penyebab Kodok Darah sulit dipantau. Habitatnya juga harus benar-benar alami dan jauh dari pencemaran. Keberadaan Kodok Darah ternyata menjadi indikator baik buruknya ekosistem di alam. Indonesia sendiri menjadi tempat keanekaragaman hayati amfibi terbesar kedua setelah Brazil. Lingkungan yang terjaga menjadi habitat utama Kodok Darah.
(mdk/Ibr)