Apa Itu Ganja Medis? Ketahui Ketentuan Penggunaan & Gejala Penyakit yang Bisa Diatasi
Apa itu ganja medis? Bagaimana ketentuan penggunaan ganja medis? Dan apa saja gejala penyakit yang dapat diatasi dengan ganja medis?
Pemerintah melalui Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) akan mempelajari usulan legalisasi ganja untuk medis. Pemerintah ingin melihat baik dan buruknya ganja medis.
"Akan dilihat baik buruknya dengan cara meminta pendapat atau pandangan para ahli dari berbagai pihak seperti kesehatan, sosial, agama, dan lain sebagainya," ujar Kabag Humas Kemenkumham Tubagus Erif Faturahman dalam keterangannya, Rabu (29/6/2022).
-
Bagaimana proses penghapusan ganja dari daftar obat terlarang? CND telah mempertimbangkan rekomendasi WHO sejak tahun 2018 dan menyetujui pemungutan suara secara langsung di Wina pada bulan Desember 2020.
-
Apa yang telah dilakukan UN Commission on Narcotic Drugs (CND) terkait ganja? Pada 2 Desember 2020, UN Commission on Narcotic Drugs (CND) atau badan pembuat kebijakan narkoba di PBB mengklasifikasikan ulang ganja dan resin ganja ke dalam daftar internasional untuk mengakui nilai medisnya.
-
Siapa yang memutuskan untuk menghapus ganja dari daftar obat terlarang? Ke-53 Negara Anggota CND, badan pembuat kebijakan narkoba utama PBB, memilih untuk menghapuskan ganja dari Daftar tersebut.
-
Dimana kue ganja tersebut ditemukan? Dari hasil kerja sama tersebut ditemukan ganja yang dicampur dengan kue seberat 278,2 gram dari Kota Medan, Sumatera Utara.
-
Kapan ganja dan resin ganja direklasifikasi? Pada 2 Desember 2020, UN Commission on Narcotic Drugs (CND) atau badan pembuat kebijakan narkoba di PBB mengklasifikasikan ulang ganja dan resin ganja ke dalam daftar internasional untuk mengakui nilai medisnya.
-
Mengapa ganja dan resin ganja direklasifikasi? CND melakukan pemungutan suara berdasarkan rekomendasi yang dibuat oleh Komite Ahli Ketergantungan Narkoba (ECDD) ke-41 WHO, yang menyarankan agar ganja dan resin ganja harus direklasifikasi dari daftar saat ini bersama dengan heroin, analog fentanil, dan opioid lain yang dianggap sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat.
Belakangan isu ganja medis memang tengah menjadi perbincangan hangat. Usulan legalisasi ganja medis ini digalakan oleh seorang ibu yang berjuang demi kesembuhan anaknya pengidap penyakit Cerebral Palsy. Untuk mengobati penyakit tersebut dibutuhkan ganja medis atau Minyak Biji Ganja (CBD Oil).
Masyarakat luas pun bertanya-tanya apa itu ganja medis? Bagaimana ketentuan penggunaan ganja medis? Dan apa saja gejala penyakit yang dapat diatasi dengan ganja medis? Melansir dari berbagai sumber, Kamis (30/6), simak ulasan informasinya berikut.
Apa Itu Ganja Medis?
Belakangan, isu apa itu ganja medis menjadi perbincangan hangat masyarakat luas. Di Thailand sendiri, baru saja melegalkan penggunaan ganja medis pada 9 Juni lalu. Sementara di Amerika Serikat, setidaknya sekitar 37 negara bagiannya telah melegalkan penggunaan ganja medis.
Penggunaan ganja medis yang paling umum di Amerika Serikat yaitu untuk membantu mengontrol rasa sakit. Selain itu juga digunakan untuk terapi kejang pada para penderita epilepsi. Banyak pihak mengklaim, ganja mampu dimanfaatkan dalam mengatasi gejala dan kondisi tertentu.
Meski begitu, penggunaan ganja medis di Indonesia masih dilarang. Penggunaannya pun masih terus dikaji lebih lanjut di Indonesia. Hal inilah yang membuat Santi Warastuti turun ke jalanan demi diberikannya legalisasi ganja medis. Sebab, Santi tengah berjuang demi kesembuhan anaknya, Pika yang mengidap penyakit Cerebral Palsy.
Penjelasan Apa Itu Ganja Medis
Melansir dari WebMd, ganja medis merupakan penggunaan tanaman ganja ataupun bahan kimia di dalamnya yang bertujuan untuk mengobati penyakit atau kondisi. Pada dasarnya ini merupakan produk yang sama dengan ganja rekreasi, namun diambil untuk tujuan medis.
Tanaman ganja sendiri mengandung lebih dari 100 bahan kimia berbeda yang disebut cannabinoids. Masing-masing bahan kimia ini memiliki efek yang berbeda-beda pada tubuh.
Misalnya, Delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) dan cannabidiol (CBD) merupakan bahan kimia utama yang digunakan dalam pengobatan. THC juga dapat menghasilkan perasaan 'high' atau teler saat pengguna merokok ganja atau mengonsumsi makanan yang mengandung bahan kimia tersebut. Namun, komponen CBD memiliki sedikit atau tidak ada THC. Hal ini membuat CBD dinilai mempunyai sedikit sifat memabukkan.
Pada tahun 2018, FDA (Food and Drug Administration) telah menyetujui Epidiolex yang terbuat dari CBD sebagai terapi untuk penderita kejang sangat parah atau sulit diobati. Cannabidiol Epidiolex telah disetujui terkait dengan dua bentuk epilepsi langka dan parah yaitu Lennox-Gastaut dan sindrom Dravet. Dalam penelitian, beberapa penderita mengalami penurunan kerjang yang dramatis usai mengonsumsi obat tersebut.
FDA juga telah menyetujui penggunaan dua obat cannabinoid buatan manusia yaitu dronabinol (Marinol, Syndros) dan nabilone (Cesamet). Di mana keduanya digunakan untuk mengobati mual dan muntah akibat kemoterapi.
Ketentuan Penggunaan Ganja Medis
Melansir dari Healthline, jumlah THC dalam ganja bervariasi dan terus meningkat selama beberapa dekade terakhir. THC (Delta-9-tetrahydrocannabinol) inilah yang dapat mengubah pikiran penderita. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), pada tahun 1990-an rata-rata kandungan THC dari sampel yang disita adalah 3,7%. Kemudian pada tahun 2013 meningkat menjadi 9,6%.
Ketika THC memasuki tubuh, ia akan menempel dan merangsang reseptor cannabinoid di otak. Stimulasi reseptor ini lantas mempengaruhi tubuh dengan berbagai cara. Di antara efeknya adalah mengurangi rasa sakit dan peradangan, mual, insomnia dan meningkatkan nafsu makan.
Bahan kimia lain dalam ganja yang mempunyai efek kesehatan yang menguntungkan adalah CBD. Meski bersifat psikoaktif, namun CBD tidak merusak dan non-euforia. Itu artinya, CBD tidak menghasilkan 'high' seperti yang dihasilkan oleh THC.
Gejala Penyakit Dapat Diatasi Ganja Medis
Melansir dari WebMd, para peneliti tengah mempelajari apakah ganja medis mampu membantu mengatasi atau mengobati sejumlah kondisi. Adapun beberapa gejala atau kondisi penyakit yang dapat diatasi dengan ganja medis adalah sebagai berikut:
- Rasa sakit
- Mual
- Penyakit alzheimer
- Penyakit kanker
- Penyakit Crohn
- Epilepsi
- Glaukoma
- Kejang
- Kejang otot
- Kehilangan nafsu makan
- Gangguan makan seperti anoreksia
- HIV/AIDS
- Multiple Sclerosis (MS)
- Sklerosis ganda
- Kondisi kesehatan mental skizofrenia
- Gangguan stres pascatrauma (PTSD)
- Sindrom wasting (cachexia)
Cannabinoids merupakan bahan kimia aktif dalam ganja medis yang mirip dengan bahan kimia yang dibuat tubuh. Di mana yang terlibat dalam memori, gerakan, nafsu makan dan rasa sakit. Penelitian terbatas menunjukkan cannabinoids memungkinkan untuk:
- Mengurangi kecemasan
- Mengurangi peradangan
- Menghilangkan rasa sakit
- Mengontrol mual dan muntah akibat dari kemoterapi kanker
- Membunuh sel kanker
- Memperlambat pertumbuhan tumor
- Merilekskan otot yang tegang pada penderita Multiple Sclerosis (MS)
- Merangsang nafsu makan
- Meningkatkan berat badan pada penderita kanker dan AIDS