Dibangun 1917, Stasiun Radio ini Jadi yang Pertama di Dunia Hubungkan Komunikasi Tanpa Kabel Indonesia ke Belanda Sejauh 12.000 KM
Begini sejarah stasiun radio pertama di dunia tanpa kabel yang menghubungkan Indonesia dan Belanda.
Begini sejarah stasiun radio pertama di dunia tanpa kabel yang menghubungkan Indonesia dan Belanda.
Dibangun 1917, Stasiun Radio ini Jadi yang Pertama di Dunia Hubungkan Komunikasi Tanpa Kabel Indonesia ke Belanda Sejauh 12.000 KM
Meski termasuk teknologi peninggalan Belanda, stasiun radio ini termasuk yang tercanggih karena menghubungkan Indonesia dan Belanda yang berjarak 12.000 KM.
Seperti apa penampakan stasiun radio tercanggih pada zamannya itu? Melansir dari TikTok @de_indonesia, Rabu (31/1) simak informasi berikut ini.
Sejarah Stasiun Radio Malabar
Stasiun Radio Malabar merupakan nama stasiun radio yang dimaksud dan didirikan tahun 1917 di Bandung, Jawa Barat.
Stasiun ini awalnya merupakan bagian dari perusahaan radio Hindia Belanda, Nederlandsch-Indische Radio Omroep Maatschappij (NIROM), yang kemudian berganti nama menjadi Radio Republik Indonesia (RRI) setelah kemerdekaan Indonesia.
- Sejarah Penyiaran Radio Pertama di Padang, Dulunya Hanya Dinikmati Kalangan Elite Belanda
- Sejarah & Tema Hari Telekomunikasi dan Informasi Sedunia, 17 Mei
- Kilas Balik Radio Rimba Raya, Berjasa Besar Siarkan Pesan-Pesan Perjuangan dari Dataran Tinggi Gayo
- Mengulik Sejarah Berdirinya Stasiun Cikajang, Stasiun Kereta Api Tertinggi di Asia Tenggara
Stasiun Radio Malabar memakai salah satu alat transmisi paling kuat yang pernah dibuat dengan kekuatan 2400 kW.
Stasiun ini memakai jaringan yang dibentangkan antara dua gunung sebagai antena.
Stasiun radio ini berperan dalam menyampaikan informasi, hiburan, dan berbagai program edukatif kepada pendengarnya.
Selain itu juga sering digunakan untuk mempopulerkan dan mempromosikan kebudayaan lokal.
Stasiun ini menjadi saksi perkembangan dan perubahan di Indonesia selama bertahun-tahun, mencerminkan peran penting media dalam membentuk opini dan menyebarkan nilai-nilai kebudayaan.
Hubungkan Komunikasi Tanpa Kabel Indonesia ke Belanda
Stasiun radio ini disebut sebagai yang tercanggih pada masa itu. Bahkan stasiun pemancar yang dirancang oleh insinyur elektro bernama Cornelis Johannes de Groot itu sempat diperhitungkan dan masuk ke sejarah perkembangan radio dunia karena menjadi penghubung komunikasi Hindia Belanda dan Belanda sejauh 12.000 kilometer.Adapun teknologi tanpa kabel berawal dari keinginan Belanda menghubungkan dengan Hindia Belanda secara nirkabel karena faktor politik pasca Perang Dunia I.
Pada saat itu sulitnya mencari ketersediaan kabel, serta rentan secara teknis dan politis. Sehingga dipililah koneksi gelombang panjang untuk menghubungkan kedua negara tersebut.
Perusahaan Willem Smit & Co’s Transformatorenfabriek memasok kumparan besar dan beberapa trafo. Sementara kebutuhan generator dipasok oleh Smit Slikkerveer.
Dalam ulasan sejarah Komunikasi di Bandung lewat buku Tjitaroemplein-Bandung (2014) Sudarsono Katam menyebut keunggulan dari sistem pemancar tanpa kabel (nirkabel) yang jadi satu-satunya di dunia.
Alasan disebut sebagai sistem pemancar nirkabel yang pertama di dunia dikarenakan menggunakan sistem peluncur listrik untuk mengangkat gelombang sebesar 750 Volts dan daya 1 MA.
Kemudian gelombang radio ribuan kilowatt bisa terbangun, bahkan dengan tanpa kabel sehingga tidak terganggu kegiatan perang dunia pertama pada jamannya.
Stasiun Radio Malabar diresmikan oleh Gubernur Jenderal Dirk Fock pada 5 Mei 1923.
Dipertahankan Pada Masa Jepang
Meski demikian, Radio Malabar beroperasi di bawah kendali Jepang.
Pada saat itu, penyiar radio seperti Bert Garthoff memiliki peran penting dalam menyampaikan pesan dan menjaga semangat di tengah situasi sulit.
Setelah pasukan Jepang pergi dari Indonesia, Belanda ingin menguasai kembali Indonesia.
Namun para pejuang republik di Bandung Selatan menghancurkan Stasiun Radio Malabar.
Stasiun radio tersebut hancur bersamaan dengan peristiwa Bandung Lautan Api karena pejuang republik tidak ingin stasiun Radio ini digunakan oleh Belanda sebagai alat komunikasi ke Belanda.