Dulu Panglima ABRI, Try Sutrisno Ternyata Pernah Gagal Atekad Gara-Gara Postur Tubuh
Try Sutrisno pernah tidak lolos seleksi tentara
Bagi sebagian orang mungkin sudah tidak asing ketika mendengar nama Try Sutrisno. Dia merupakan mantan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dan Wakil Presiden RI ke-6.
Jenderal bintang empat ini memulai karier militernya sejak mendaftar di Sekolah Perwira Zeni yang kemudian bernama Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad) pada tahun 1956.
-
Bagaimana Try Sutrisno memulai karir militer? Try menjadi pesuruh di markas militer TNI di Purwoasri, Kediri. Sebutannya tobang, tugasnya bantu-bantu di barak.Mulai dari mencuci piring, mengangkut barang, mengelap senjata hingga menyemir sepatu.
-
Apa yang Try Sutrisno jual di stasiun? Anak kecil yang dulu menenteng kendi berjualan air minum di stasiun, di kemudian hari menjadi seorang Panglima.Try bahkan menjabat wakil Presiden RI.
-
Apa posisi penting yang pernah dipegang Try Sutrisno dalam TNI? Try kemudian menjadi wakil presiden mendampingi Presiden Soeharto dari tahun 1993 hingga 1998.Karir yang sangat mengesankan bagi seorang perwira militer. Dari Letnan Dua, bisa menjadi RI-2.
-
Bagaimana Try Sutrisno bisa masuk ke ATEKAD? Meski demikian, Mayor Jenderal GPH Djatikusumo tertarik dengan Try dan memanggilnya kembali. Try berpartisipasi dalam pemeriksaan psikologis di Bandung, Jawa Barat, dan dinyatakan diterima di ATEKAD.
-
Dimana Try Sutrisno berjualan air? Anak kecil yang dulu menenteng kendi berjualan air minum di stasiun, di kemudian hari menjadi seorang Panglima.Try bahkan menjabat wakil Presiden RI.
-
Apa yang membuat Try Sutrisno menjadi terkenal? Sosoknya bukan orang ambisius yang menghalalkan segala cara demi mendapat jabatan Arek Suroboyo ini pernah menduduki jabatan tertinggi di TNI AD hingga terpilih menjadi Wakil Presiden mendampingi Presiden Soeharto.
Keinginannya untuk menjadi prajurit ternyata sudah ada sejak Try masih kecil. Namun, perjalanannya untuk menjadi tentara tidak selalu mudah. Try disebut pernah gagal seleksi karena postur tubuhnya yang kurang ideal. Simak ulasan selengkapnya:
Try Sutrisno Pernah Gagal Daftar Atekad
Try Sutrisno lahir di Surabaya, pada 15 November 1935. Saat berusia 21 tahun dia memutuskan untuk menempuh pendidikan sebagai prajurit tentara. Walau sudah diterima di Fakultas Kedokteran Unair, impiannya menjadi seorang perwira militer rupanya belum hilang.
Try mendaftar Sekolah Perwira Zeni yang kemudian bernama Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad) tahun 1956. Memiliki otak cerdas dan hobinya berolahraga, Try sempat sangat yakin dirinya bisa dengan mudah diterima.
Ternyata, Try justru gagal dalam seleksi lantaran postur tubuhnya yang dianggap kurang ideal. Try Sutrisno disebut memiliki bahu yang tinggi sebelah.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh hobi Try yang sangat menyukai olahraga angkat besi sejak masih duduk di bangku SMA. Maklum, saat itu dia melakukannya tanpa pelatih dan hanya bermodal alat seadanya.
Dipanggil Kembali
©2023 Merdeka.com
Tak disangka, setelah dinyatakan tidak lulus dia justru kembali dipanggil oleh Direktur Zeni AD, Brigadir Jenderal GPH Djatikusumo. Try kemudian dipanggil kembali untuk melakukan tes psikologi susulan. Hal ini pun menjadi salah satu kejadian langka.
Biasanya jika calon sudah dinyatakan gugur, tidak akan menerima surat panggilan. Namun rupanya Brigjen Djatikusumo punya penilaian tersendiri pada sosok Try.
Setelah menjalani pendidikan selama satu tahun, Try kemudian mendapatkan pengalaman pertamanya untuk ikut berperang. Saat itulah dia mengawali karier militer sebagai prajurit yang turut bertempur melawan Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik indonesia (PRRI).
Kepemimpinannya Menonjol
Sebagai Taruna, nilai Try terbilang rata-rata dan tidak terlalu istimewa. Namun yang menonjol adalah kepemimpinannya. Sejak awal Try sudah terlihat bisa memotivasi dan mengarahkan kawan-kawan seangkatannya.
Demikian ditulis dalam buku Kasad Jenderal Try Sutrisno, Sosok Arek Suroboyo yang diterbitkan Disjarah tahun 2019. Pendidikan di Atekad cukup berat. Tak cuma latihan militer, sebagai perwira zeni mereka juga mempelajari teknik sipil.
©2022 Merdeka.com
Karier Militer Try Sutrisno
Setelah mengikuti perang pertamanya, lima tahun setelah itu Try kembali terlibat dalam Operasi Pembebasan Irian Barat. Dari tugas lapangan itu, Try kemudian mengenal baik sosok Soeharto yang saat itu sudah menjadi Panglima Komando Mandala berpangkat Mayor.
Saat Soeharto jadi presiden, Try Sutrisno kemudian ditunjuk untuk menjadi ajudannya. Dari situlah karier Try Sutrisno meroket. Tahun 1978, Try diangkat menjadi Kepala Komando Daerah Staf di KODAM XVI/Udayana.
Karir militer Try pun terus mengalami peningkatan. Pada awal 1988 ia dipromosikan menjadi Panglima ABRI (Pangab) menggantikan Jenderal TNI LB Moerdani. Try Sutrisno akhirnya memimpin ABRI selama 5 tahun, sejak 1988 hingga 1993. Ketika itu ABRI masih terdiri dari institusi TNI AD, TNI AL, TNI AU, dan POLRI.
Jadi Wakil Presiden
Pada Februari 1993, Try Sutrisno pensiun dari dunia militer dan dicalonkan menjadi wakil presiden. Pencalonan Try itupun disetujui oleh Soeharto dan disahkan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Dia pun mendampingi Soeharto sejak tahun 1993 sampai 1998. Try Sutrisno tercatat menjadi wakil presiden Soeharto yang ketiga dari kalangan militer. Dia menjabat di kursi RI-2 persis setelah Sudharmono turun tahta.