Jenderal TNI Andika Turun Tangan, Dalam 2 Hari Kebutuhan Mendesak Dikirim dari Korea
Di tengah pandemi corona seperti sekarang, pemerintah telah mengumumkan daftar rumah sakit rujukan penanganan covid-19. Salah satunya RSPAD Gatot Soebroto.
Di tengah pandemi corona seperti sekarang, pemerintah telah mengumumkan daftar rumah sakit rujukan penanganan covid-19. Salah satunya RSPAD Gatot Soebroto.
Sebagai rumah sakit rujukan covid-19, RSPAD tentu harus dilengkapi dengan berbagai peralatan medis yang memadai. Tetapi, ternyata RSPAD sempat mengalami kekurangan reagen dan melaporkan hal tersebut pada Kasad Jenderal TNI Andika Perkasa.
-
Kenapa Andhika Perkasa mengubah ransum TNI? Kondisi ini membuat Andhika yang pada saat itu menjabat sebagai Pangkostrad merasa gelisah. Ketika jabatannya naik menjadi Kepala Staff Angkatan Darat, Andhika merombak pola konsumsi para prajurit di medan operasi.
-
Di mana prajurit TNI AD ini berasal? Diungkapkan oleh pria asli Kaimana, Papua Barat ini bahwa sebelum memutuskan menikah, Ia sudah menjalin asmara atau berpacaran selama 3 tahun.
-
Apa yang menjadi cikal bakal Kopassus TNI AD? Soegito lulus Akademi Militer dan bergabung dengan Korps Baret Merah yang saat itu bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Pasukan elite ini menjadi cikal bakal Kopassus TNI AD. Berbagai penugasan tempur pernah dijalani oleh Soegito. Termasuk terjun ke Dili saat Indonesia menyerbu Timor Timur.
-
Bagaimana Andhika Perkasa merancang ransum TNI yang baru? “Saya desain dan saya bandingkan dengan negara maju. Itu ada teorinya. Kilo kalori harus terpenuhi tapi gimana caranya itu tidak terlalu berat yang kita banyakin adalah porsi protein,” tandasnya.
-
Kapan Jenderal Wismoyo menjabat sebagai Kepala Staf TNI AD? Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar menjabat Kepala Staf TNI AD dari tahun 1993 sampai 1995.
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
Mengetahui hal tersebut, Kasad Jenderal TNI Andika Perkasa segera turun tangan. Berikut ulasan lengkapnya.
RSPAD Kekurangan Reagen dan Lapor pada Jenderal Andika
2020 Merdeka.com/Youtube TNI AD
Melalui unggahan di channel Youtube 'TNI AD', diketahui RSPAD sempat kekurangan reagen. Hal ini diungkapkan Waka RSPAD, Brigjen TNI A Budi Sulistya pada teleconference dengan Kasad Jenderal TNI Andika Perkasa.
"Ternyata memang betul bahwa Reagen extract right NA virus memang kesulitan di dapat di laboratorium-laboratorium yang ada di Indonesia bapak," ujar Brigjen Budi.
Dokter Spesialis Patologi Jelaskan Pentingnya Reagen
2020 Merdeka.com/Youtube TNI AD
Reagen memiliki fungsi yang sangat penting. Dokter Spesialis Patologi RSPAD, Letkol CKM dr. Martina Liliana pun menjelaskan pentingnya reagen.
"Kami ini kan melaksanakan pemeriksaan active PCR untuk covid-19. Pemeriksaan active PCR itu tidak hanya cuma periksa PCR nya saja, tapi ada beberapa proses yang harus kita lakukan, antara lain kita melakukan ekstrasi RNA, nah di mana reaksi untuk RNA ini memerlukan suatu reagen," kata Lektol dr Martina.
Jadi suatu larutan zat kimia yang akan dicampurkan ke sample nanti akan kita dapatkan suatu RNA virus tersebut," imbuhnya.
Reagen Sangat Terbatas
2020 Merdeka.com/Youtube TNI AD
Letkol CKM dr. Martina Liliana pun menjelaskan bahwa reagen saat ini sangat terbatas. Hal ini karena jumlah produksinya menurun sedangkan jumlah pemakainya banyak.
"Ini sangat sangat penting sekali, nah masalahnya saat ini itu reagen extra RNA sangat terbatas terutama di Indonesia. Karena kita tahu sendiri bahwa ini wabah dunia, jadi semua negara juga menggunakan reagen ini juga. Jadi untuk Indonesia kami juga dibatasi," ujar Letkol dr Martina.
"Kami menanyakan ke vendor waktu itu, kenapa saya pesan waktu itu sejumlah tertentu, saya cuma dapat separuh saja. Vendor menyampaikan bahwa Indonesia pun dibatasi karena jumlah produksi menurun, jumlah pemakainya banyak," lanjutnya.
Jenderal TNI Andika Turun Tangan
2020 Merdeka.com/Youtube TNI AD
Jenderal Andika yang mengetahui RSPAD mengalami kekurangan reagen segera turun tangan. Melalui teleconference, ia menyampaikan beberapa hal pada jajarannya.
"Supaya kalau ketemu bantu, misalnya kesulitan mengeluarkan dari bea cukai atau mungkin kesulitan teknis lainnya yang mungkin mereka tidak bisa mengatasi. Sehingga kalau Jumat datang harusnya Sabtu itu sudah bisa," ujar Jenderal Andika.
Jenderal Andika Minta Jajaran Koordinasi dengan Mitra Terkait
2020 Merdeka.com/Youtube TNI AD
Jenderal Andika lantas meminta jajarannya untuk berkoordinasi dengan mitra terkait. Asrena Kasad, Mayjen TNI Hassanudin pun segera menghubungi mitra terkait.
"Perintah Bapak Kasad secepat mungkin. Saya diperintahkan untuk berkoordinasi dengan mitra potensial. Saya laksanakan koordinasi tersebut," kata Mayjen Hassanudin.
Reagen Datang dalam Waktu 2 Hari
2020 Merdeka.com/Youtube TNI AD
Setelah menghubungi mitra tersebut, didapatkan kesepakatan bahwa reagen akan sampai dalam dua hari.
"Didapatkan suatu kesepakatan bahwa reagen tersebut bisa diadakan dari Korea. Dan bisa memenuhi, dua hari ke depan sudah tiba di RSPAD," kata Mayjen Hassanuddin.
1000 Reagen Diterima RSPAD
2020 Merdeka.com/Youtube TNI AD
Setelah reagen tiba dan diterima oleh RSPAD, Waka RSPAD, Brigjen TNI A Budi Sulistya pun mengucapkan terima kasihnya.
"Siang hari ini bersyukur dan berterima kasih bahwa Bapak Kasad sudah membelikan kami seribu unit untuk pemeriksaan seribu pasien dan baru saja reagen ini kami terima setelah diambil dari bandara oleh Letkol CPM Yudho," ujar Brigjen Budi.
Ucapan Terima Kasih dari Dokter RSPAD
2020 Merdeka.com/Youtube TNI AD
Selain itu, Dokter Spesialis Patologi RSPAD, Letkol CKM dr Martina Liliana juga mengungkapkan rasa terima kasihnya.
"Izin kami laporkan juga bapak, kami terima kasih sudah menerima seribu reagen," kata Letkol dr Martina.
Lebih Mudah Digunakan
2020 Merdeka.com/Youtube TNI AD
Letkol dr Martina pun mengungkapkan bahwa reagen yang diterima oleh pihaknya tersebut lebih mudah digunakan.
"Kemarin sudah kami coba dan ternyata itu reagen bapak ini lebih mudah digunakan bapak. Kalau reagen kami yang pertama itu, kami harus melakukan dengan kecepatan yang berbeda-beda," ujar Letkol dr Martina.
"Itu kadang bikin ribet, ada waktu yang lebih lama untuk memencet ini memencet itu. Dengan reagen yang bapak kasih itu cukup 1 putaran tiga belas ribu sudah cukup," pungkasnya.