King Faisal, Raja Arab Saudi Musuh Israel yang Wafat Ditembak di Kepala
Kisah Raja Arab Saudi pro-Palestina yang meninggal karena ditembak oleh keponakannya sendiri.
Kisah Raja Arab Saudi pro-Palestina yang meninggal karena ditembak oleh keponakannya sendiri.
King Faisal, Raja Arab Saudi Musuh Israel yang Wafat Ditembak di Kepala
King Faisal Abdul Aziz bin Abdurrahman as-Saud merupakan raja Arab Saudi yang pernah memerintah pada tahun 1964 sampai 1975.
Faisal dikenal sebagai sosok yang sangat pro-Palestina. Selama memerintah, dia banyak melakukan gerakan untuk membantu kemerdekaan Palestina.
Sekitar 48 tahun lalu, King Faisal tewas dibunuh oleh keponakannya sendiri. Faisal ditembak di bagian kepala sebanyak dua kali. Simak ulasan selengkapnya:
Tentang King Faisal
King Faisal naik tahta pada tahun 1964 setelah mendorong Raja Saud, yang merupakan saudara ayahnya, untuk lengser.
Selama menjabat, Faisal terkenal dengan kebijakan modernisasi dan reformasinya. Salah satu unsur kebijakan luar negeri Faisal adalah pro-Palestianisme.
Sikapnya yang selalu mendukung kemerdekaan Palestina ditunjukkan sejak Faisal masih menjadi Menteri Luar Negeri (Menlu).
Faisal pernah menulis pesan kepada rakyat Saudi pada 1948 yang membahas perjuangan dan penderitaan rakyat Palestina. Dia bahkan disebut sebagai 'advokat global' untuk hak Palestina.
Pada pertemuannya dengan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di tahun 1947, King Faisal secara blak-blakan menuturkan dukungannya untuk Palestina. Dia bahkan menolak untuk mengakui Israel.
"Namun kini, bangsa Arab mengharapkan penarikan agresi kelompok minoritas politik, yakni, Zionis. Kelompok tersebut adalah sebuah kelompok yang tak mewakili orang Yahudi di dunia.
Kelompok tersebut adalah sebuah kelompok yang lebih bersifat politis ketimbang agamis, sebuah kelompok yang cara dan metodenya tak berbeda dari orang-orang Nazi," kata King Faisal.
Kirim Pasukan untuk Perang
Faisal juga pernah mengirimkan 20.000 prajurit Saudi untuk ikut serta dalam Perang Enam Hari.
Perang Enam Hari adalah perang antara Israel dan tiga negara Arab tetangganya, yakni Mesir (kala itu bernama Republik Arab Bersatu), Yordania, dan Suriah.
Kemudian pada tahun 1973, Presiden Mesir Anwar Sadat meluncurkan Perang Arab-Israel (Perang Ramadan).
Pada saat itu, Faisal menarik minyak bumi Saudi dari pasar dunia dan menjadi sebab utama di balik krisis minyak bumi 1973.
Ini merupakan salah satu sikapnya dalam menentang dukungan Barat terhadap Israel pada konflik tersebut.
Embargo awalnya diberlakukan terhadap Kanada, Jepang, Belanda, Britania Raya, dan Amerika Serikat.
Namun kemudian diperluas ke Portugal, Rhodesia, dan Afrika Selatan.
Di Arab Saudi, Embargo minyak bumi Faisal kemudian banyak diyakini sebagai sebab sebenarnya dari pembunuhan Faisal, melalui persekongkolan Barat.
Dibunuh Keponakannya
Tepat pada tanggal 25 Maret 1975, King Faisal dibunuh oleh keponakannya sendiri.
Pembunuh King Faisal adalah Pangeran Faisal bin Musaid, anak dari Musaid bin Abdulaziz, yang baru saja kembali dari Amerika Serikat.
Pembunuhan tersebut terjadi pada sebuah acara. Sesuai kebiasaan Saudi, King Faisal menciumi keponakan-keponakannya yang datang.
Namun, tiba-tiba Pangeran Faisal mengeluarkan pistol dan menembak sang paman. Tembakan pertamanya mengenai dagu Raja dan tembakan kedua mengenai telinganya.
Raja Faisal dengan cepat dibawa ke Rumah Sakit Pusat di Riyadh.
Ia masih dalam keadaan sadar saat dokter memeriksa jantungnya dan memberikannya transfusi darah.
Namun, upaya para dokter gagal, dan sang Raja meninggal dunia tak lama setelahnya.
"Aku memohon kepada Allah SWT, jika Dia telah catat kematianku, agar Dia catat bagiku kematian sebagai syahid di jalan-Nya," ungkapnya dikutip dari Youtube Cordova Media (10/11).
Sosok Pangeran Faisal yang Membunuh Raja Faisal
Saat membunuh pamannya, Pangeran Faisal bin Musaid bin Abdulaziz masih berusia sangat muda, yaitu 27 tahun.
Otoritas Keamanan Saudi terus melakukan penyelidikan mendalam mengenai motif yang dilakukan.
Namun, tak menemukan adanya bukti dari konspirasi.
Mossad sendiri merupakan satuan dinas rahasia Israel. Namun, kabar tersebut tak pernah dikonfirmasi hingga saat ini.
Akibat tindakan yang dilakukannya, Pangeran Faisal mendapatkan hukuman mati. Dia dihukum mati di depan istana Gubernur Riyadh disaksikan oleh 10.000 orang.