Pangeran MBS Ancam Blokade Uni Emirat Arab: "Mereka akan Lihat Apa yang Bakal Saya Lakukan"
Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) mengancam akan memblokade Uni Emirat Arab. Ternyata ini pemicunya.
Pangeran MBS Ancam Blokade Uni Emirat Arab: "Mereka akan Lihat Apa yang Bakal Saya Lakukan"
Pangeran MBS Ancam Blokade Uni Emirat Arab: "Mereka akan Lihat Apa yang Bakal Saya Lakukan"
Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) mengancam akan menjatuhkan sanksi untuk Uni Emirat Arab (UEA). Wall Street Journal mengungkapkan dalam laporannya, ancaman itu dilontarkan MBS dalam bincang-bincang pribadi dengan sejumlah jurnalis tahun lalu.
Ancaman ini terungkap di tengah keretakan antara MBS dan Presiden UEA, Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan. Keretakan ini dipicu perbedaan kebijakan regional dan pembatasan OPEC (Organisasi Negara Eksportir Minyak).
Dalam perbincangan off-the-record pada Desember itu, Pangeran MBS mengatakan kepada wartawan bahwa dia telah mengirimkan sejumlah daftar permintaan ke Abu Dhabi dan memperingatkan bahwa Arab Saudi akan mengambil langkah tegas terhadap sekutu regionalnya itu jika UEA terus memperlemah posisi Saudi di kawasan.
Sumber: Middle East Eye
"Itu akan jauh lebih buruk daripada apa yang telah saya lakukan dengan Qatar."
Pangeran MBS kepada orang-orang yang hadir dalam pertemuan pada Desember 2022.
Embargo Qatar
Pada 2017, Riyadh melakukan embargo politik terhadap Doha, lalu melakukan embargo ekonomi selama tiga tahun. Hubungan Saudi dan Qatar dipulihkan pada 2021.
Tidak Saling Tegur
Menurut sumber-sumber Wall Street Journal, MBS dan Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan terjebak dalam pertarungan kekuatan untuk bersaing mendapatkan dominasi di wilayah Teluk. Kedua pemimpin ini juga dilaporkan tidak saling tegur atau bicara selama lebih dari enam bulan.
Ancaman MBS
MBS mengatakan kepada jurnalis Saudi bahwa UEA telah "menikam kita dari belakang", dan memperingatkan "mereka akan lihat apa yang bisa saya lakukan."
Rebutan Dominasi
Keretakan hubungan kedua pemimpin ini mencerminkan kompetisi yang lebih luas atas pengaruh geopolitik dan ekonomi di Timur Tengah dan pasar minyak global, yang diperparah oleh berkurangya keterlibatan Amerika Serikat wilayah tersebut. Kedua negara juga terlibat dalam menarik Rusia dan China.
AS Ketar Ketir
Meningkatnya ketegangan kedua negara ini mengkhawatirkan para pejabat AS, yang takut persaingan Teluk ini bisa menghalangi upaya membangun aliansi keamanan bersatu untuk melawan Iran, mengatasi perang di Yaman, dan memperluas hubungan diplomatik Israel dengan negara-negara Muslim.
Arab Saudi mendorong diversifikasi ekonomi sehingga tidak terlalu bergantung pada produksi minyak. Ini juga membuat mereka bersaing dengan UEA.
MBS ingin menarik perusahaan-perusahaan memindahkan kantor pusat mereka ke Riyadh, meluncurkan pusat-pusat teknologi, dan membangun pusat kegiatan pariwisata dan logistik. Ini mengancam posisis UEA sebagai pusat komersial Timur Tengah.
Biden Turun Tangan
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah melakukan upaya memperbaiki hubungan kedua belah pihak dan mengatur pertemuan antara MBS dan adik Presiden UEA sekaligus penasihat keamanan UEA, Sheikh Tahnoun bin Zayed pada Mei lalu.
MBS mengatakan kepada Tahnoun, UEA seharusnya tidak mencampuri gencatan senjata yang dipimpin Saudi di Yaman dan berjanji untuk memberikan konsesi atau kelonggaran terhadap Abu Dhabi. Namun menurut sumber Wall Street Journal, MSB kemudian mengatakan kepada penasihatnya jangan mengubah kebijakan apapun terhadap UEA.
"Saya tidak mempercayai mereka (UEA) lagi."
Pangeran MBS.
Sumber: Middle East Eye