Gencatan Senjata dengan Hamas Palestina, Pejabat Israel Terpecah Belah
Kesepakatan gencatan senjata sementara ternyata menimbulkan silang pendapat antar pejabat Israel.
Kesepakatan gencatan senjata sementara ternyata menimbulkan perpecahan antar pejabat Israel.
Gencatan Senjata dengan Hamas Palestina, Pejabat Israel Terpecah Belah
Israel dan Hamas dilaporkan telah menyetujui gencatan senjata sementara.
Gencatan senjata disepakati berlangsung selama empat hari setelah ditetapkan.
Dalam kurun waktu tersebut, Israel berjanji tidak akan menyerang atau menangkap siapa pun di seluruh wilayah Gaza.
Namun, Keputusan gencatan senjata itu ternyata memecah belah pendapat para pejabat Israel. Simak ulasan selengkapnya:
Israel Lakukan Gencatan Senjata
Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah disetujui pada Rabu (22/11) kemarin.
Pengumuman ditegaskan Qatar, negara yang menjadi mediator keduanya.
Qatar mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah menyetujui jeda kemanusiaan di Gaza selama empat hari.
Berdasarkan perjanjian, Hamas harus membebaskan setidaknya 50 warga Israel yang disandera di Jalur Gaza.
Sementara Israel juga harus membebaskan 150 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara mereka, terutama anak-anak dan perempuan.
Pejabat Israel Terpecah
Sebanyak 35 dari 38 menteri Israel dikabarkan setuju dengan penghentian sementara agresi, sebagai imbalan atas pembebasan sejumlah sandera.
Namun, beberapa anggota kabinet lainnya dengan lantang menyatakan ketidaksetujuan mereka.
Salah satunya ialah Menteri Keamanan Nasional Israel Ben-Gvir.
"Tetapi kami tidak bersatu. Keputusan ini akan menyebabkan kerugian besar bagi kita selama beberapa generasi," kata Gvir dikutip dari laman aljazeera (23/11).
Sementara itu, Presiden Israel Isaac Herzog sempat menenangkan anggota kabinet yang tidak setuju dengan keputusan gencatan senjata sementara.
"Ini adalah kewajiban moral dan etika yang secara tepat mengungkapkan nilai-nilai Yahudi dan Israel dalam menjamin kebebasan mereka yang disandera, dengan harapan bahwa ini akan menjadi langkah pertama dalam memulangkan semua sandera," kata Herzog.
Meski terdapat silang pendapat, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menjelaskan jika perjanjian tersebut tidak berarti membuat perang akan berhenti.
Dia berjanji bahwa militer Israel akan terus melanjutkan perang setelah jeda pertempuran.
Gencatan senjata dilakukan atas dasar kemanusiaan untuk memasukkan terlebih dulu bantuan ke jalur Gaza yang terkepung.
Israel telah memutus akses terhadap makanan, bahan bakar, dan listrik bagi lebih dari 2,3 juta penduduk Gaza.
Mereka juga memusnahkan seluruh lingkungan dalam serangan yang menurut pihak berwenang Palestina telah menewaskan lebih dari 14.000 orang, dan lebih dari 5.600 di antaranya adalah anak-anak.
Warga Israel Setuju Pertukaran Sandera Dilakukan
Beberapa warga Israel dikabarkan juga meminta pemerintah untuk memprioritaskan kembalinya para sandera.
Menteri Kerja Sama Regional sekaligus anggota Partai Likud sayap kanan Netanyahu David Amsalem mengatakan, dirinya setuju pertukaran sandera segera dilakukan.
"Orang-orang tidak diculik di luar negeri. Mereka diculik di sini, di Israel, dari tempat tidur mereka. Kegagalan besar terjadi di sini. Oleh karena itu, kita harus membawa mereka kembali," kata Menteri Kerja Sama Regional David Amsalem, anggota Partai Likud sayap kanan Netanyahu.
Selama gencatan senjata sementara ini, Israel berjanji tidak akan melakukan serangan ataupun menangkap siapapun di jalur Gaza, Palestina.