Mengingat Operasi Udara Pertama AURI 17 Oktober 1947, Terobos Blokade Belanda
Mengingat Operasi Udara Pertama AURI pada 17 Oktober 1947.
Operasi Udara Pertama AURI pada 17 Oktober 1947.
Mengingat Operasi Udara Pertama AURI 17 Oktober 1947, Terobos Blokade Belanda
Pada tanggal 17 Oktober 1947, Operasi Lintas Udara Pertama AURI dilakukan.
Kala itu, pesawat C-47 Dakota RI-002 yang dipiloti oleh Robert Earl Freeberg dan Co- pilot Opsir Udara III Makmur Suhodo serta jumping master Opsir Muda Udara III Amir Hamzah berhasil menerobos blokade udara Belanda.
Mereka juga berhasil menerjunkan 13 anggota pasukan payung AURI sekaligus dropping perlengkapan maupun perbekalan untuk pasukan bergerilya di daratan Kalimantan.
Melansir dari akun Instagram militer.udara, Selasa (17/10), simak ulasan informasinya berikut ini.
- Sosok Cantik Nanie Darham Pemain 'Air Terjun Pengantin' Tewas saat Operasi Sedot Lemak, Diduga jadi Korban Malapraktik
- 44 Hari Beroperasi, Penumpang Kereta Cepat Whoosh Tembus 352 Ribu Orang
- Operasi Mantap Brata 2023-2024, Polri Terjunkan 261.695 Personel Amankan Pemilu 2024
- Kata Kemenkes soal Bocah 7 Tahun Meninggal Diduga Korban Malapraktik Operasi Amandel di RS Bekasi
Adapun 13 anggota pasukan payung AURI di antaranya Iskandar, Dachlan, J. Bitak, C. Willem, J. Darius, Achmad Kosasih, Bachrie, Ali Akbar, M. Aminuddin, Emanuel, Morawi, Opsir Muda Udara Harry Hadisoemantri dan Sersan Udara Soejoto.
Para penerjun tersebut merupakan Paratroop pertama AURI yang berasal dari putera asli Kalimantan.
Di mana mereka membawa misi rahasia yakni untuk membentuk dan menyusun kekuatan inti gerilya di daerah asal suku Dayak atau lebih tepatnya di daerah Sepanbina, Kotawaringin.
Selain itu, mereka juga dalam misi mendirikan pemancar-pemancar kecil di Kalimantan untuk operasi selanjutnya.
Instagram militer.udara
Sebelum penerjunan, 13 anggota pasukan payung ini mendapat pelatihan dari para pelatih AURI terlebih dahulu. Pelatihan itu di bawah pimpin Opsir Udara I Sudjono.
Di mana dibantu pula oleh Opsir Muda Udara II Amir Hamzah, Opsir Muda Udara II Soerojo, Sersan Mayor Udara Legino, Sersan Udara Sangkala, Sersan Udara Mispar dan Kopral Muda Udara Matjasir.
Sebenarnya, para pemuda yang dilatih pada saat itu terdiri dari 60 orang pemuda dari Kalimantan, 12 orang dari Sulawesi, dan beberapa orang dari Jawa dan Madura.
Para pasukan kemudian dilatih di suatu tempat khusus dan diasramakan di Desa Padasan sebelah Tenggara Pangkalan Udara Maguwo (sekarang Lanud Adisutjipto).
Instagram militer.udara
Mereka mendapatkan pelatihan sangat terbatas yaitu hanya ground training. Sedangkan latihan terjun payung dari pesawat udara belum pernah dilaksanakan.
Hal itu lantaran kondisi yang serba darurat dan tidak memungkinkan untuk memberikan kesempatan memperoleh suatu keahlian yang bersifat khusus.
Setelah satu minggu memperoleh latihan teori terjun dan teori melipat payung, terpilih lah 12 orang.
Kedua belas pemuda yang terpilih semuanya berasal dari Kalimantan. Selain itu juga ditambah 2 anggota dari AURI yang memiliki tugas khusus di bidang Perhubungan (PHB).
Mayor Tjilik Riwut yang juga putra asli Kalimantan bertindak sebagai penunjuk titik penerjunan.
Kemudian, Operasi lintas udara dengan menerjunkan pasukan payung pada tanggal 17 Oktober 1947 ini diabadikan menjadi Hari Jadi pasukan Baret Jingga atau yang sekarang bernama Komando Pasukan Gerak Tjepat (Kopasgat) TNI Angkatan Udara.