Menlu Retno Marsudi Bongkar Pembagian Vaksin Multilateral Dunia, Bak Patungan Arisan
Menlu Retno Marsudi membongkar proses pembagian vaksin multilateral dunia.
Hingga kini dunia masih terus berjuang melawan pandemi Covid-19. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menciptakan vaksin yang ampuh.
Vaksin tersebut kemudian dibagikan ke seluruh negara yang membutuhkan. Menlu Retno Marsudi membongkar proses pembagian vaksin multilateral dunia. Siapa sangka, pembagian tersebut seperti patungan dalam arisan.
-
Apa itu Vaksin Herpes Zoster? Vaksin Herpes ZosterSangat penting bagi masyarakat untuk melakukan pencegahan dengan mendapatkan vaksin Herpes Zoster. Hal ini agar kondisi seperti yang dijelaskan sebelumnya bisa dicegah. Vaksin Herpes Zoster sendiri perlu didapatkan oleh kelompok usia 50 tahun ke atas.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Apa itu vaksin HPV? Vaksin HPV merupakan vaksin untuk mencegah infeksi human papillomavirus (HPV). HPV adalah virus yang dapat menyebabkan kutil kelamin dan berbagai jenis kanker di organ kelamin dan reproduksi, seperti kanker serviks, kanker penis, kanker anus, dan kanker tenggorokan.
-
Kenapa bentuk kapsid virus berbeda-beda? Bentuk kapsid sangat bergantung pada jenis virusnya. Kapsid virus bisa berbentuk bulat, polihedral, heliks, atau bentuk lain yang lebih kompleks. Kapsid tersusun atas banyak kapsomer atau sub-unit protein.
-
Bagaimana vaksin polio memberikan kekebalan terhadap virus? Vaksin bekerja dengan memperkenalkan virus yang dilemahkan atau sudah mati ke dalam tubuh manusia. Dalam respons terhadap vaksinasi tersebut, tubuh akan menghasilkan antibodi untuk melawan virus polio.
-
Kenapa vaksin Herpes Zoster penting? Vaksin Herpes ZosterSangat penting bagi masyarakat untuk melakukan pencegahan dengan mendapatkan vaksin Herpes Zoster. Hal ini agar kondisi seperti yang dijelaskan sebelumnya bisa dicegah.
Melansir dari akun YouTube Deddy Corbuzier, Jumat (8/1), simak ulasan informasinya berikut ini.
Indonesia Strong Suporter
Menlu Retno Marsudi mengatakan, Indonesia menjadi salah satu strong suporter untuk vaksin multilateralisme.
"Sebenarnya kalau kita lihat posisi Indonesia ya, kita salah satu strong suporter untuk vaksin multilateralisme. Dalam artian begini, kepentingan nasional memang penting tetapi at the end kita akan saling terkait satu sama lain. Sehingga harus ada bagian yang kita juga berikan atau fokuskan untuk apa sih dunia nanti, akan seperti apa kalau kita tidak berbuat," ujar Menlu
"You saying about kita harus care dengan orang lain atau negara lain?" tanya Deddy Corbuzier.
YouTube @Deddy Corbuzier ©2021 Merdeka.com
"Care dengan negara lain. Oleh karena itu Indonesia is one of the strong suporter untuk vaksin multilateralisme. Artinya apa, di-pull di satu tempat, di situ di-manage oleh ada WHO, ada GAVI, ada CEPI dan ada sebagainya. Dikumpuli, terus kemudian dari situ akan dibagi. Dibagi tentunya tidak ke-100% seluruh penduduk di dunia. Mereka punya presentase mulai dari 3 sampai 20%. Jadi yang akan diupayakan untuk di-share ke semua negara itu 3-20% kalau pakai vaksin multilateral," jelas Menlu Retno.
"Dan itu juga dibantu pendanaannya oleh negara maju, oleh institusi-institusi keuangan dan sebagainya," lanjutnya.
Patungan Bak Arisan
Retno menjelaskan bagaimana proses pembagian vaksin multilateral dunia. Bisa dikatakan pembagian tersebut bak patungan dalam arisan. Indonesia sendiri sebenarnya masuk ke dalam golongan yang tidak harus membayar. Akan tetapi, Indonesia memilih untuk memberikan sumbangan karena peduli terhadap negara lain.
"Saya baru tahu, ini maksudnya jadi kaya patungan arisan gitu?" tanya Deddy.
"Hooh (iya), benar. Kaya arisan terus kemudian kalau negara yang maju patungannya banyakan," jelas Menlu.
"Tetapi dibaginya rata gitu?" tanya Deddy.
YouTube @Deddy Corbuzier ©2021 Merdeka.com
"Dibaginya presentasenya itu (sesuai dengan presentase). Nah untuk negara yang ada istilahnya sih EMC, EMC 92 negara termasuk kita masuk ke situ. Itu kita range-nya sama 3-20% tergantung ketersediaan vaksinnya yang bisa dikumpulkan lah katakan lah. Kita tidak harus bayar, vaksinnya ya," sambung Retno.
"Tetapi kan kita sudah bayar dulu diawal dong berarti dong? Kalau kita mengumpulkan dan masuk ke dalam sana," tanya Deddy.
"Jadi gini, kita tidak membeli vaksin ini. Tetapi sebagai salah satu tanggung jawab kita sebagai anggota negara dunia, kita matung (patungan). Oh kita nyumbang segini ya, tapi kita bilang kita nyumbang segini adalah because we do care gitu loh. Nah terus kalau negara-negara maju yang kaya-kaya dia juga nyumbang dan dia vaksinnya juga ada harganya. Tapi harganya jauh lebih rendah daripada harga yang harus dibeli melalui bilateral secara komersial," jelas Retno.
Total Vaksin yang Terkumpul
Hingga video tersebut ditayangkan, Menlu Retno mengatakan sudah terkumpul sebanyak lebih dari 1 miliar vaksin. Di mana untuk range 20% harus memiliki 2 miliar vaksin yang tersimpan. Meski mendapat 10%, Indonesia tetap harus mencari vaksin lainnya untuk bisa mencukupi seluruh masyarakat Indonesia.
"Jadi intinya adalah vaksin ini konsepnya patungan tambal sulam gitu ya?" tanya Deddy.
YouTube @Deddy Corbuzier ©2021 Merdeka.com
"Kalau subsidi iya, tambal sulam. Tapi kan range nya 3% sampai 20%. 20 itu kalau memang 2 billion doses vaccine bisa dikumpulkan. Per hari ini (6/01/2021) sudah lebih dari 1 billion yang bisa dikumpulkan. Nah berarti kita sekarang bermain di angka oke deh 10% kaya nya kita dapat. Nah kalau 10% yang kita sudah granted lah katakan lah ngejagain dari vaksin multilateral berarti kan masih ada 90% penduduk yang belum tercover," kata Menlu.
"Dari mana itu?" tanya Deddy.
"Nah itu yang kemudian negara-negara ini berusaha untuk katakan lah membelinya secara bilateral. Jadi effort untuk bilateral itu masih harus dilakukan karena yang multilateral tidak mungkin mencukupi kebutuhan," papar Retno.
Video Penjelasan Menlu Retno Marsudi
Berikut video penjelasan Menlu Retno Marsudi terkait vaksin Covid-19 yang tengah diupayakan dunia.