Momen Pria Diduga Ikut PKI Madiun 1948 Diinterogasi TNI, Dikelilingi Todongan Senjata
Potret langka pria diduga terlibat PKI Madiun 1948 yang tengah diinterogasi oleh TNI.
Foto lawas saksi bisu peristiwa kelam pemberontakan PKI Madiun tahun 1948 mencuri perhatian. Potret langka tersebut memperlihatkan seorang pria yang sedang ditodong senjata oleh beberapa pria.
Diketahui pria tersebut tengah diinterogasi karena diduga terlibat PKI Madiun 1948. Lantas bagaimana potret langka pria diduga terlibat PKI Madiun 1948 yang tengah diinterogasi oleh TNI tersebut?
-
Kapan peristiwa G30S PKI terjadi? Sesuai Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 28 Tahun 1975, G30S PKI adalah peristiwa pengkhianatan atau pemberontakan yang dilancarkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan atau pengikut-pengikutnya terhadap Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 30 September 1965, termasuk gerakan atau kegiatan persiapan serta gerakan kegiatan lanjutannya.
-
Kapan peristiwa G30S/PKI terjadi? Tanggal 30 September sampai awal 1 Oktober 1965, menjadi salah satu hari paling kelam bagi bangsa Indonesia.
-
Apa tujuan utama dari peristiwa G30S PKI? Terdapat latar belakang dan tujuan tertentu yang berada di balik sejarah G30S PKI yang kelam ini. G30S PKI dilakukan bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan saat itu.
-
Siapa yang memimpin PKI saat peristiwa G30S PKI terjadi? Di mana peristiwa ini dilancarkan oleh PKI yang saat itu dipimpin Dipa Nusantara (DN) Aidit dan Pasukan Cakrabirawa di bawah kendali Letnan Kolonel Untung Syamsuri.
-
Mengapa G30S PKI menjadi salah satu peristiwa kelam dalam sejarah Indonesia? Bagaimana tidak, G30S PKI dikenal sebagai salah satu upaya penghianatan besar yang pernah terjadi di Indonesia.
-
Mengapa Soebandrio dianggap terlibat dalam G30S/PKI? Bagi AD, Soebandrio dianggap terlibat PKI, atau setidaknya memberi angin terjadinya G30S.
Melansir dari akun Instagram arsip_indonesia yang diambil dari Nationaal Archief (Arsip Nasional Belanda), Senin (3/7), simak ulasan informasinya berikut ini.
Pria Diduga Terlibat PKI Diinterogasi
Potret langka yang memperlihatkan pria sedang duduk di kursi di hadapan sejumlah orang, viral di media sosial. Dijelaskan, pria yang mengenakan kaos berwarna putih ini diduga terlibat dalam PKI Madiun 1948.
Dalam foto tersebut tampak Ia tengah diinterogasi oleh sejumlah orang. Bahkan, beberapa di antaranya tengah menodongkan senjata laras panjang ke pria tersebut.
Instagram arsip_indonesia yang diambil dari Nationaal Archief (Arsip Nasional Belanda) ©2023 Me
"Seorang pria terlihat dari belakang sedang diinterogasi mengenai keterlibatannya dalam pemberontakan yang dilakukan PKI di Madiun sambil ditodong senjata di sebuah kantor (1948)," jelas keterangan unggahan.
Republik Sovyet Madiun
18 September 1948, pukul 02.00 dini hari, pasukan Brigade 29 bergerak melucuti kekuatan-kekuatan TNI di Madiun, Jawa Timur. Mereka dikomandoi Kolonel Sumarsono, seorang tokoh Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo). Kekuatan militer beraliran kiri.
Pagi harinya, Kolonel Sumarsono memproklamirkan berdirinya Sovyet Republik Indonesia di Madiun. Musso dan Amir Sjarifuddin, dua tokoh komunis yang sedang berkeliling ke berbagai daerah, juga kembali ke Madiun.
Gerakan bersenjata segera pecah di Magetan, Ponorogo, Pacitan, Trenggalek, Ngawi, Purwantoro, Blora, Pati, Cepu, dan Kudus. Kekuatan utamanya terdiri dari batalyon-batalyon di bawah Brigade 29 dan sejumlah Laskar Pesindo.
Mereka resah dengan rencana Kabinet Hatta yang akan mengurangi jumlah tentara. Sebagai tentara dengan latar belakang kiri, mereka yakin akan jadi yang pertama dilucuti. Situasi pun panas akibat aksi culik menculik antara tentara Siliwangi pro Soekarno-Hatta dengan laskar kiri di Solo. Ketegangannya menjalar sampai Madiun.
Beredar juga sejumlah pemimpin Pesindo akan ditangkap. Maka Sumarsono mengambil inisiatif lebih dulu. Bergerak sebelum lawan bergerak.
Kemarahan Soekarno
Pasukan Sumarsono-Musso ini menghabisi lawan-lawan yang tak sejalan. Sejumlah tokoh dan alim ulama dieksekusi oleh Tentara Merah. Gubernur Soerjo, yang hendak mengunjungi saudaranya dicegat di Magetan. Dia kemudian tewas dibantai dengan kejam. Dua perwira polisi yang mendampingi Gubernur Soerjo juga ditelanjangi dan dibunuh. Padahal Gubernur Soerjo inilah sosok yang mengobarkan perlawanan rakyat Surabaya melawan Inggris 10 November 1945.
Presiden Soekarno marah mendengar kabar ini. Di saat TNI sedang bersiap menghadapi agresi militer Belanda, malah PKI menusuk dari belakang. Dia berpidato sehari setelah Sovyet Madiun didirikan.
"Pada saat yang begini genting, di mana engkau dan kita sekalian mengalami percobaan yang sebesar-besarnya dalam menentukan nasib kita sendiri, bagimu adalah pilihan antara dua: Ikut Muso dengan PKI-nya yang akan membawa bangkrutnya cita-cita Indonesia Merdeka, atau ikut Soekarno-Hatta, yang Insya Allah dengan bantuan Tuhan akan memimpin Negara Republik Indonesia yang merdeka, tidak dijajah oleh negeri apa pun juga," teriak Soekarno.
Hatta menugasi Kolonel Gatot Soebroto dan Kolonel Sungkono untuk menumpas para avonturir tersebut. Pasukan TNI bergerak cepat merebut kota yang dikuasai pasukan komunis satu demi satu.
Jalannya pertempuran ini dikisahkan Letjen (Purn) Himawan Soetanto dalam buku Perintah Presiden Soekarno: Rebut Kembali Madiun, terbitan Pustaka Sinar Harapan.
Pertempuran Basmi PKI
Salah satu pertempuran paling seru terjadi di Cepu. Laskar Minyak yang bertugas mempertahankan Blok Minyak Cepu dari serangan Belanda, malah menyerang markas TNI di tanggal 27 September 1948.
Selama delapan hari, Blok Minyak Cepu berganti tangan empat kali! Awalnya TNI berhasil merebut, tapi PKI merebut lagi, begitu berkali-kali. Di siang hari TNI memegang kendali, di malam hari Laskar Minyak yang mengambil alih kendali Cepu. Akhirnya dengan susah payah TNI berhasil merebut seluruh daerah minyak itu.
Untuk Madiun sendiri berhasil diduduki TNI setelah operasi militer digelar 12 hari. Tanpa perlawanan berarti, para pemberontak lari dari Madiun ke arah Gunung Wilis. Sisa-sisa pelarian ini masih terus melanjutkan perlawanan secara sporadis.
Amir Syarifuddin dan Musso yang berselisih paham kemudian berpisah. Musso yang hanya dikawal dua orang ditembak mati saat naik delman. Sementara Amir Syarifuddin dan sejumlah tokoh lainnya yang tertangkap dieksekusi tanggal 19 Desember 19548, tepat saat Belanda melancarkan agresi militer II.
Berakhirlah perlawanan kelompok merah itu dalam hitungan hari. Namun proses hukum pada para anggota PKI ini tak bisa dijalankan karena TNI harus menghadapi serangan Belanda. Banyak tentara komunis ini yang kemudian mengganti nama dan kembali bergabung dengan TNI.
Salah satunya adalah Kusman. Dia lari kemudian mengganti namanya dengan Untung Sjamsuri. Karirnya melesat dengan memimpin operasi tempur di Irian Barat. Hingga akhirnya dia dipercaya menjadi Komandan Batalyon I Tjakrabirawa, pasukan elite pengawal Presiden Soekarno.
Untung lah yang kemudian memimpin aksi 30 September 1965. Dia menculik enam jenderal dan satu perwira TNI AD. Dia mengulang apa yang dilakukan Sumarsono. Bergerak, sebelum lawan bergerak.
Sejarah berulang, gerakan komunis ini gagal mengganti ideologi Pancasila. Untung dieksekusi mati, bersama sejumlah tokoh PKI lainnya.