Momen Raja & Ratu Spanyol Dilempari Lumpur saat Datangi Lokasi Banjir, Reaksinya Tak Terduga
Masyarakat merasa kecewa karena pihak berwenang tidak memberikan peringatan dan dukungan yang cukup setelah terjadinya musibah banjir.
Raja dan Ratu Spanyol mengalami insiden tidak menyenangkan saat berkunjung ke Valencia, yang baru saja dilanda banjir bandang yang parah. Mereka dilempari lumpur serta berbagai benda oleh para pengunjuk rasa yang marah dan meneriakkan kata-kata seperti "pembunuh" dan "memalukan" kepada mereka, serta kepada perdana menteri Spanyol dan pemimpin lainnya.
Saat melintasi Kota Paiporta, salah satu daerah yang paling parah terkena dampak, Raja Felipe VI dan Ratu Letizia tetap berusaha untuk menghibur masyarakat meskipun dalam kondisi wajah dan pakaian yang penuh lumpur. Dalam banjir tersebut, lebih dari 200 orang dilaporkan tewas, menjadikannya sebagai bencana terburuk yang dialami Spanyol dalam beberapa dekade terakhir.
- Blusukan ke Penggilingan, Ridwan Kamil Janji Bereskan Kali Mati yang Jadi Penyebab Banjir
- Banjir Bandang Dahsyat Terjang Spanyol, Ratusan Warga Tewas dan Hilang
- Banjir juga Terjang Sidrap, 2 Jembatan Putus dan Seorang Lansia Meninggal Dunia
- Momen Menegangkan Evakuasi Wanita Akan Melahirkan Melewati Banjir di Kabupaten Kupang
Petugas penyelamat terus melakukan pencarian di area parkir mobil dan terowongan bawah tanah, berharap menemukan korban selamat serta mengevakuasi jenazah. Video yang beredar menunjukkan raja berjalan di jalanan, sementara pengawalnya dan polisi kewalahan menghadapi kerumunan yang terus melontarkan hinaan.
Mereka berjuang untuk menjaga keamanan raja, sementara beberapa pengunjuk rasa melemparkan lumpur dan benda lainnya. Meskipun situasi semakin tegang, Raja Felipe VI tetap berusaha berinteraksi dengan masyarakat, bahkan memberikan pelukan kepada beberapa orang. Foto-foto yang beredar menunjukkan kondisi raja, ratu, dan rombongan mereka yang dipenuhi lumpur.
Dalam kunjungan tersebut, Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez dan kepala pemerintahan daerah Valencia, Carlos Mazon, juga turut hadir, namun mereka segera dievakuasi ketika suasana semakin tidak kondusif. Setelah kepergian Sanchez, kerumunan semakin berteriak.
"Di mana Sanchez?" teriak seorang anak laki-laki bernama Pau berusia 16 tahun, mengungkapkan kesedihannya kepada BBC dengan air mata.
"Kami membantu - tetapi para pemimpin tidak melakukan apa pun. Orang-orang masih sekarat. Saya tidak tahan lagi dengan ini," katanya.
"Mereka membiarkan kami mati. Kami telah kehilangan segalanya, bisnis kami, rumah kami, impian kami," kata seorang perempuan.
Situasi semakin memburuk ketika garda sipil dan petugas berkuda terlihat berusaha membubarkan kerumunan yang marah. Sebelumnya, rombongan kerajaan berencana melanjutkan perjalanan ke Chiva, kota lain di Valencia yang juga terkena banjir, namun rencana tersebut terpaksa ditunda.
Dalam sebuah video yang diunggah di akun Instagram keluarga kerajaan, Raja Felipe VI menyatakan bahwa dia memahami "kemarahan dan frustrasi" yang dirasakan masyarakat akibat bencana ini.
Kirim Pasukan Tambahan
Wali Kota Paiporta, Maribel Albalat, mengungkapkan kepada BBC bahwa dia merasa terkejut dengan apa yang dialami oleh raja dan ratu. Namun, dia juga menyadari rasa frustrasi dan keputusasaan yang dirasakan oleh masyarakat.
Anggota parlemen Valencia, Juan Bordera, mengkritik kunjungan raja dan ratu, menyebutnya sebagai keputusan yang sangat tidak tepat.
"Pihak berwenang tidak mengindahkan peringatan yang ada," ungkap Bordera kepada BBC.
"Sangat wajar jika masyarakat merasa marah dan tidak memahami mengapa kunjungan ini dianggap sangat mendesak," lanjutnya.
Pada hari Sabtu, Perdana Menteri Sanchez memerintahkan penambahan 10.000 tentara, polisi, dan penjaga sipil ke daerah yang terkena dampak banjir. Sanchez menyatakan bahwa pengerahan pasukan ini merupakan yang terbesar dalam sejarah Spanyol pada masa damai. Namun, dia juga mengakui bahwa respons tersebut "tidak memadai" dan mengakui adanya "masalah serta kekurangan yang serius".
Banjir mulai melanda pada hari Selasa (29/10) setelah hujan deras yang berlangsung cukup lama. Banjir yang terjadi dengan cepat mengakibatkan jembatan roboh dan menutupi kota-kota dengan lumpur yang tebal.
Banyak komunitas terisolasi, kehilangan akses terhadap air, makanan, listrik, dan layanan dasar lainnya. Pada hari Minggu, jumlah korban yang tewas akibat banjir meningkat menjadi 217, dengan banyak orang lainnya masih dikhawatirkan hilang.
Hampir semua kematian yang telah dikonfirmasi terjadi di wilayah Valencia. Badan meteorologi Spanyol, AEMET, mengeluarkan peringatan tingkat tertinggi pada hari Minggu untuk beberapa daerah di selatan Valencia, termasuk Kota Alzira, Cullera, dan Gandia. Namun, badai yang diperkirakan akan melintasi wilayah tersebut tidak akan sekuat badai yang terjadi pada hari Selasa.