SBY Turun Gunung Dengar Empat Tuduhan Ini, Salah Satunya Ucapan Eks Pejabat Negara
Menanggapi hal tersebut, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) angkat bicara.
Unjuk rasa penolakan Undang-Undang Cipta Kerja berakhir ricuh di sejumlah wilayah di Indonesia. Beberapa yang diduga sebagai perusuh telah diamankan polisi.
Muncul dugaan ada 'sponsor' di balik aksi demonstrasi tersebut. Tak jarang para pendengung (buzzer) di media sosial, turut menggaungkan kabar adanya dalang di balik demo penolakan UU Ciptaker.
-
Apa yang dilakukan Aira Yudhoyono bersama kakeknya, Susilo Bambang Yudhoyono? Mereka menikmati waktu bersama dengan penuh keasyikan, saling memperhatikan berbagai hal di sekitar mereka!
-
Kenapa SBY memberi lukisan kepada Prabowo? "Ini Pak Prabowo keyakinan saya atas pemipin kita mendatang, atas harapan saya, dan juga doa kita semua agar Pak Prabowo kokoh kuat seperti batu karang ini memajukan Indonesia, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menegakkan hukum dan keadilan, dan tugas-tugas lain yang diemban oleh beliau nanti. Semoga berkenan," imbuh SBY.
-
Bagaimana Soeharto mengenal keluarga BJ Habibie? Soeharto mengaku cepat akrab dengan keluarga BJ Habibie karena ibu Habibie, Raden Ayu Tuti Marini Puspowardojo atau R.A. Habibie yang berasal dari Yogyakarta masih fasih berbahasa Jawa.
-
Siapa yang menemani SBY di atas panggung? SBY didampingi oleh Vincent dan Desta sebagai pembawa acara.
-
Bagaimana SBY membuat lukisan itu? SBY mengungkapkan sejarah dibalik lukisan yang akan dia berikan kepada Prabowo. Di mana, lukisan tersebut dirinya buat hanya kurun waktu 10 jam saja. "Kemarin saya baru melukis selama 5 jam, dengan harapan masih ada dua hari, ternyata dipercepat. Tadi, habis subuh, habis sahur habis salat saya langsung menuju studio selama 5 jam saya tuntaskan ini 10 jam Pak Prabowo untuk bapak tercinta," kata SBY.
-
Kapan SBY memberikan lukisan kepada Prabowo? Lukisan tersebut diberikan, saat acara buka bersama seluruh jajaran Partai Demokrat, di Kawasan Jakarta Selatan, Rabu (27/3).
Tuduhan tersebut justru mengarah ke Partai Demokrat, sebagai fraksi yang menolak. Menanggapi hal tersebut, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) angkat bicara.
SBY bercerita, tudingan yang menyerang Partai Demokrat dan pribadinya bukan kali ini terjadi. Terpaan fitnah sudah dialaminya sekian kali, termasuk dari seorang pejabat negara. Simak informasinya berikut ini.
Dituding Penggerak Demo UU Cipta Kerja
SBY kembali menelan pil pahit, meski sudah tidak berkecimpung di pemerintahan. Namanya diseret-seret dalam kondisi politik di tanah air yang memanas pasca-UU Cipta Kerja disahkan.
"Saya ini orang tua ya. Pernah berjuang sebagai prajurit selama 30 tahun pernah juga di pemerintahan 15 tahun. Juga mengerti pemerintahan menghadapi masalah, masalah itu mesti dipecahkan. Saya juga mengalami itu. Jadi kalau kemarin saya dituduh seperti itu tidak baik, tidak baik kalau negeri kita makin subur fitnah, hoaks, tuduhan tak berdasar," ujarnya dalam sebuah dialog yang diunggah akun YouTube SBY, Senin (12/10/2020).
SBY menegaskan, tidak memiliki niat maupun pikiran untuk menggerakkan massa.
"Andai kata saya ini punya kemampuan menggerakkan gerakan massa yang begitu luas di tanah air kemarin. Andai kata saya punya uang banyak menggerakan aksi begitu, saya tidak punya niat, tidak berpikir untuk melakukan sesuatu yang menurut saya tidak tepat saya lakukan. Dan begini memfitnah itukan sebenarnya menuduh seseorang saya dalam hal ini tidak mengandung kebenaran. Saya menjadi korban," tegasnya.
Selain itu, SBY juga menilai bahwa massa yang menolak UU Cipta Kerja, pasti merasa terhina jika gerakannya disebut ditunggangi atau diberi uang.
"Jadi saya prihatin makin berkembang seperti ini tetapi yang jelas lagi-lagi saya mesti bersabar. Dulu waktu almarhum ibu Ani masih ada saya sering mengalami seperti ini tetapi nampaknya Allah masih meminta saya untuk bersabar. Mudah-mudahan negara kita makin baik dan tidak berkembang fitnah atau tuduhan yang tidak berdasar seperti itu," papar SBY.
Difitnah Mantan Ketua KPK Antasari Azhar
SBY juga sempat mengungkit kembali fitnah yang dilontarkan padanya, saat Pilgub DKI 2017. Saat itu, Partai Demokrat mengusung Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni sebagai pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI. SBY mengaku mendapat serangkaian fitnah dan serangan politik.
"Para kader masih ingat ketika dulu dilaksanakan Pilgub DKI, sama situasi yang kita hadapi. Saya sebagai pemimpin partai saat itu mengalami satu rangkaian fitnah dan serangan politik yang menurut saya keterlaluan dan jauh dari akhlaq yang baik," kata SBY dalam jumpa pers di DPP Partai Demokrat, Jakarta, Selasa (6/2/2018).
SBY mengungkapkan, kala itu dituduh menggerakkan dan mendanai aksi massa. Marak demonstrasi menolak Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) terkait kasus penistaan agama.
"Saya dituduh menggerakkan orang mengepung Istana, rumah saya mau digeruduk mereka yang tak bertanggungjawab," jelasnya.
Selain itu, SBY juga mengungkit pernyataan mantan Ketua KPK Antasari Azhar. Menurutnya, pernyataan Antasari sangat tendensius dan merugikan dirinya dan pencalonan AHY di Pilgub DKI.
"Jelang pilkada DKI ada pernyataan saudara Antasari yang sangat tendensius dan akhirnya merugikan perjuangan politik saat itu calon yang kita usung kalah," paparnya.
Saat itu, Antasari Azhar muncul ke publik dan berbicara mengenai kasus pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen yang menjadikannya terpidana. Antasari menyebut kasus itu merupakan kriminalisasi. Ia meminta SBY untuk ikut angkat bicara, selaku Presiden ke-6 RI.
"Beliau jujur, cerita apa yang dia alami dan apa yang beliau perbuat, beliau perintahkan siapa dan siapa melakukan apa untuk merekayasa dan mengkriminalisasi Antasari," kata Antasari di Bareskrim KKP, Jakarta Pusat, Selasa (14/2/2017) lalu.
Difitnah Intervensi Proyek e-KTP
Selain memanasnya isu fitnah UU Ciptaker, SBY juga pernah menerima tamparan hoaks lain di tahun 2018. Dia merasa difitnah dengan pernyataan pengacara Setya Novanto, Firman Wijaya dan mantan politikus Demokrat Mirwan Amir.
SBY merasa tertuduh mengintervensi proyek e-KTP, terkait korupsi senilai Rp 2,3 triliun. Dia ingin fitnah ini diusut tuntas hingga terbukti ada skenario yang ingin menjatuhkan.
"Ada apa dengan semuanya ini, ini skenario siapa, konspirasi model apa di tahun politik tahun jelang pemilihan umum 2019. Inilah yang harus kita ungkap. Inilah perjuangan saya, jihad saya untuk dapatkan keadilan di negeri yang sangat saya cintai ini. Mungkin panjang, tapi akan saya tuntut sampai kapanpun juga," kata SBY dalam jumpa pers di Kantor DPP Demokrat, Wisma Proklamasi, Jakarta.
SBY menekankan, tak ingin main tuduh siapa dalang di balik skema fitnah e-KTP. Meskipun, SBY mengaku sudah mendapatkan informasi tentang cikal bakal isu ini disusun oleh pihak tertentu.
"Saat ini saya memilih untuk tidak dulu main tuduh kepada siapapun, meskipun saya tahu mendapatkan informasi. Menjelang persidangan diman terjadi tanya jawab antara Firman Wijaya dan Mirwan Amir ada sebuah pertemuan dihadiri sejumlah orang dan katakanlah itu jadi cikal bakal munculnya sesuatu yang mengagetkan di ruang persidangan," kata SBY.
"Tapi pengetahuan saya, informasi yang saya miliki, belum waktunya saya buka dan bisa bikin geger nantinya. Para kader tahu ini tahun politik menuju Pemilu 2019 hancur negara kita kalau politik ini makin tidak beradab, memfitnah lawan politik tanpa beban," imbuhnya.
Difitnah Lakukan Pencucian Uang Kasus Bank Century
SBY dapat sedikit bernapas lega, Media Asian Sentinel meminta maaf, atas artikel investigasi terkait pencucian uang atas kasus Bank Century. Merogoh sebesar USD 12 miliar atau setara Rp177 triliun, yang ditulis langsung pendiri Asian Sentinel John Berthelsen.
SBY sudah membaca permohonan maaf Asian Sentinel tersebut. Bahkan mengaku sudah memaafkan sang penulis artikel.
"Meskipun kerusakan (damage) thd nama baik SBY & Demokrat sudah terjadi, sbg org beriman & umat hamba Allah, saya berikan maaf," ujar SBY melalui akun twitternya @SBYudhoyono dikutip merdeka.com, Kamis (20/9/2018).
Bukan tanpa alasan SBY menyebut fitnah itu bagian dari konspirasi. Ia menerima laporan ada politisi dan media massa yang dianggap sudah keterlaluan menyebarkan fitnah. SBY ingin kasus ini diusut tuntas karena tak ingin Indonesia menjadi sarang produksi dan distribusi fitnah dan hoaks.
"Kalau tidak dibongkar sampai akar-akarnya, setiap saat fitnah keji ini akan dimunculkan lagi. Saya sudah lelah & bersabar selama 10 tahun," ucapnya.