SPBU Shell di Indonesia akan Tutup? Ini Diduga Penyebabnya
Moshe Rizal, Ketua Komite Investasi Aspermigas, mengaku tidak terkejut dengan berita mengenai rencana Shell Indonesia untuk menutup SPBU di tanah air.
Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Nasional (Aspermigas) telah menerima informasi mengenai rencana Shell Indonesia yang dikabarkan akan menutup semua stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang dimilikinya di Indonesia. Ketua Komite Investasi Aspermigas, Moshe Rizal, mengaku tidak terkejut mendengar kabar tersebut karena menurutnya jaringan ritel penyaluran bahan bakar di SPBU Indonesia saat ini telah dikuasai oleh Pertamina.
“Kalau di Indonesia terlihat jelas, saya enggak heran kalau dia mau tutup bisnis SPBU-nya di Indonesia. Karena kita lihat sendiri, mayoritas dari SPBU itu dikelola atau di bawah Pertamina. Jadi untuk mereka bersaing itu sulit,” ujarnya kepada Liputan6.com.
- Masih Ada Sisa Rp140 Triliun Investasi Mangkrak Jelang Akhir Kepemimpinan Jokowi
- Resmi Terbitkan SBR013, Kementerian Keuangan Target Himpun Dana Rp15 Triliun
- Eks Kadishub Sumsel Dituntut 4,5 Tahun Penjara karena Diduga Korupsi Angkutan Batu Bara Rp18 M
- RUPSLB Gunung Raja Paksi Putuskan Lepas Saham Anak Usaha ke Tiga Investor Strategis
Melihat kembali ke belakang, Moshe menceritakan bahwa Shell pernah meraih kesuksesan di bisnis jaringan ritel di Indonesia ketika produk BBM-nya memiliki keunggulan dibandingkan dengan Pertamina dan perusahaan lain. Namun, ketika Shell berencana untuk berinvestasi lebih banyak dalam Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), mereka sempat menyatakan akan menutup 1.000 SPBU hingga tahun 2025.
Selain itu, Pertamina sebagai pesaing utama telah menjadi lebih kompetitif dan memiliki keunggulan yang sulit ditandingi.
“Pertamina semakin lama semakin baik, dari kualitasnya, servisnya, dan lain sebagainya. Di satu sisi, Pertamina satu-satunya perusahaan yang diperbolehkan pemerintah untuk menjual BBM bersubsidi,” ungkap Moshe.
“Jadi ya susah kalau mau bersaing. Satu kualitasnya makin tinggi, Shell sudah mulai berkurang competitive advantage-nya, nilai jual dia terhadap kompetitornya sudah mulai disamai. Di lain sisi, dia juga enggak bisa berkembang karena sudah dimonopoli oleh Pertamina yang difasilitasi oleh pemerintah,” tambahnya.
Hingga berita ini diturunkan, Liputan6.com telah menghubungi Shell Indonesia, namun belum mendapatkan tanggapan.
Shell Telah Meresmikan Pabrik Gemuk Pertamanya di Indonesia Sebagai Ekspansi Pasar
Shell Indonesia baru saja mengumumkan rencana untuk membangun pabrik manufaktur gemuk (grease) pertamanya di tanah air. Fasilitas ini akan melengkapi pabrik pelumas yang sudah ada, yaitu Lubricants Oil Blending Plant (LOBP) Shell yang terletak di Marunda, Bekasi, Jawa Barat.
Setelah pabrik ini selesai dibangun, kapasitas produksinya diperkirakan mencapai 12 juta liter gemuk per tahun. Hal ini diharapkan dapat memenuhi permintaan yang terus meningkat terhadap produk gemuk premium di Indonesia.
Pabrik gemuk ini juga akan menggunakan teknologi terbaru, termasuk contact reactor, guna meningkatkan efisiensi dan kecepatan produksinya. Jason Wong, yang menjabat sebagai Global Executive Vice President Shell Lubricants, menyatakan bahwa keberhasilan Shell selalu didasarkan pada kemampuannya dalam memenuhi dan merespons kebutuhan pelanggan yang terus berubah.
"Investasi Shell di Indonesia menegaskan komitmen kami untuk menjadikan kebutuhan pelanggan sebagai fokus utama bisnis," ungkap Jason dalam keterangan resmi pada Selasa (5/3/2024).
Pertumbuhan ekonomi yang pesat di Indonesia semakin menekankan pentingnya produk pelumas, termasuk gemuk, untuk mendukung berbagai sektor industri. Dengan memastikan pasokan yang konsisten, efisien, dan berkelanjutan, Shell berkomitmen untuk terus memenuhi permintaan pelanggan.
"Proyek ini memastikan bahwa kami akan selalu ada untuk para pelanggan di masa yang akan datang," tambah Jason.