2 Subholding Krakatau Steel Raup Laba 2021 Total Rp903,4 Miliar
Laba Subholding Krakatau Sarana Infrastruktur meningkat sebesar 11 persen menjadi Rp 597,5 miliar. Sedangkan, laba Subholding Krakatau Baja Konstruksi meningkat 95 persen menjadi Rp 305,9 miliar.
Subholding Krakatau Sarana Infrastruktur dan Subholding Krakatau Baja Konstruksi, dua Subholding milik Krakatau Steel, mencatatkan peningkatan laba pada 2021.
Laba Subholding Krakatau Sarana Infrastruktur meningkat sebesar 11 persen menjadi Rp 597,5 miliar. Sedangkan, laba Subholding Krakatau Baja Konstruksi meningkat 95 persen menjadi Rp 305,9 miliar.
-
Apa itu bursa karbon? Bursa karbon adalah pasar tempat perdagangan izin emisi karbon dan kredit karbon.
-
Kapan PT Tera Data Indonusa Tbk melantai di bursa saham? Bahkan pada 2022, saat pandemi berlangsung, perusahaan ini berani mengambil langkah melantai di bursa saham.
-
Siapa saja yang memegang saham PT Berau Coal Energy Tbk? Saat ini, PT Berau Coal Energy Tbk menguasai 90 persen saham perusahaan dan 10 persen dimiliki oleh Sojitz Coorporation.
-
Kapan Bursa Karbon Indonesia resmi diluncurkan? Presiden Jokowi mengatakan ingin mengurangi dampak perubahan iklim yang saat ini terjadi di beberapa negara termasuk Indonesia. ”Karena memang ancaman perubahan iklim sangat bisa kita rasakan dan sudah kita rasakan. Dan, kita tidak boleh main-main terhadap ini, kenaikan suhu bumi, kekeringan, banjir, polusi, sehingga dibutuhkan langkah-langkah konkret untuk mengatasinya,” kata Presiden Jokowi.
-
Kapan Bursa Berjangka Aset Kripto diluncurkan? Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan meluncurkan Bursa Berjangka Aset Kripto di Jakarta, Jumat (28/7).
-
Kenapa Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) diluncurkan? Tujuan bursa karbon sendiri untuk mencipatakan insentif bagi perusahaan dan negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengaan menyediakan mekanisme untuk membeli dan menjual izin emisi atau kredit karbon.
Pada 2021, Subholding Krakatau Sarana Infrastruktur meraih pendapatan sebesar Rp3,87 triliun atau meningkat 14 persen dibanding tahun sebelumnya. Subholding ini terdiri dari PT Krakatau Bandar Samudera, PT Krakatau Daya Listrik, PT Krakatau Sarana Properti, PT Krakatau Tirta Industri, dan Krakatau Jasa Industri.
Sementara, Subholding Krakatau Baja Konstruksi yang terdiri dari Krakatau Pipe Industries, Krakatau Global Trading, serta Krakatau Niaga Indonesia mencatatkan pendapatan sebesar Rp5,58 triliun, meningkat 61 persen dibanding 2020.
"Dengan pertumbuhan ini kami, optimis kedua subholding ini akan mempunyai nilai yang semakin tinggi di masa mendatang, yang diikuti dengan rencana-rencana strategis dalam melakukan ekspansi," kata Direktur Pengembangan Usaha Purwono Widodo, Sabtu (9/4).
Subholding Krakatau Sarana Infrastruktur mencatatkan nilai EBITDA sebesar Rp1,13 triliun di 2021 atau meningkat 5 persen dibanding 2020. Sedangkan, Subholding Krakatau Baja Konstruksi mencapai peningkatan nilai EBITDA 65 persen menjadi sebesar Rp 271,7 miliar dibanding di 2020.
"Performa yang baik dari kedua subholding Krakatau Steel pada tahun 2021 ini adalah sebuah langkah awal yang bagus untuk pencapaian lebih tinggi lagi di 2022 sejalan dengan potensi pengembangan yang dimiliki oleh kedua subholding ini," tutup Purwono.
Erick Thohir: Krakatau Steel Untung Rp800 Miliar Berkat Restrukturisasi
Menteri BUMN, Erick Thohir mengapresiasi jajaran komisaris dan direksi PT Krakatau Steel (Persero) Tbk yang telah membawa perseroan ke tahap akhir proses restrukturisasi.
Erick menyebut, Krakatau Steel telah melewati tahap satu dan dua proses restrukturisasi, dan sukses meraih keuntungan Rp800 miliar pasca merugi bertahun-tahun.
Kini, Erick Thohir meminta agar seluruh jajaran pengurus Krakatau Steel tidak berpuas diri terlebih dahulu, dan tetap menyelesaikan proses akhir restrukturisasi.
"Tentu tahapan ini sudah berhasil satu dan dua, dan kalau kita lihat performance-nya yang selama ini Krakatau Steel itu rugi 8 tahun terakhir, sekarang sudah untung Rp800 miliar," terangnya saat acara peresmian pabrik Hot Strip Mill 2 milik Krakatau Steel di Kota Cilegon, Banten, Selasa (21/9).
"Tetapi saya bilang kepada manajemen, jangan berpuas diri, karena ini penting bagaimana kita terus tingkatkan performance daripada Krakatau Steel," tegas Erick Thohir.
Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim mengutarakan, pihaknya kini telah menyelesaikan pembangunan pabrik Hot Strip Mill 2 yang mulai beroperasi sejak beberapa waktu terakhir.
Menurut penjelasannya, pabrik yang memproduksi hot rolled coil (HRC) ini memiliki kapasitas produksi 1,5 juta ton per tahun. Selain di Indonesia, pabrik sejenis ini baru ada di Amerika Serikat.
"Pabrik ini dibangun dengan investasi Rp7,5 triliun di atas lahan 25 ha. Dengan kapasitas 1,5 juta ton per tahun membuat produksi HRC jadi 7,5 juta ton per tahun," ungkapnya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6
(mdk/bim)