28 Negara Antre Minta Tolong ke IMF, BI: Posisi Indonesia Masih Baik
Namun demikian, kondisi perekonomian global saat ini menghadapi ketidakpastian yang sangat tinggi. Bank Indonesia menyebut kondisi itu VUCA, yakni Volatility, uncertainty, complexity dan ambiguity.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendapat kabar dari Amerika Serikat (AS), bahwa sebanyak 28 negara meminta pertolongan kepada Dana Moneter Internasional (IMF) untuk dibantu perekonomiannya.
Menanggapi hal itu, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti menegaskan kondisi Indonesia sejauh ini masih dalam posisi yang cukup baik. Artinya, Indonesia tidak termasuk dalam 28 negara yang minta bantuan dana ke IMF.
-
Bagaimana IMF membantu negara yang mengalami kesulitan ekonomi? IMF memberikan pinjaman kepada negara-negara anggotanya yang mengalami kesulitan keuangan. Tetapi sejalan dengan itu, IMF juga memberikan persyaratan dan rekomendasi kebijakan ekonomi yang harus diimplementasikan oleh negara peminjam.
-
Kenapa IMF didirikan? Tujuan utama pendirian IMF adalah untuk mempromosikan stabilitas moneter dan pertumbuhan ekonomi internasional dengan memberikan dukungan keuangan kepada negara-negara yang menghadapi kesulitan pembayaran internasional.
-
Kapan IMF didirikan? IMF adalah organisasi yang berperan penting dalam kancah perekonomian negara-negara Dunia Ketiga. Dalam suasana pasca-Perang Dunia II yang penuh ketidakstabilan ekonomi dan politik, pada 22 Juli 1944, Konferensi Moneter dan Keuangan Internasional di Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat, menghasilkan pembentukan Dana Moneter Internasional (IMF).
-
Apa tujuan utama dari IMF? Tujuan utama pendirian IMF adalah untuk mempromosikan stabilitas moneter dan pertumbuhan ekonomi internasional dengan memberikan dukungan keuangan kepada negara-negara yang menghadapi kesulitan pembayaran internasional.
-
Bagaimana cara bank pemerintah berperan dalam mengatasi tantangan ekonomi? Selain itu, bank pemerintah juga seringkali memiliki peran strategis dalam mengatasi tantangan ekonomi, seperti mengelola krisis keuangan dan memberikan dukungan finansial kepada sektor-sektor yang dianggap vital bagi pembangunan ekonomi.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
"Pertemuan IMF-World Bank Annual Meeting yang baru saja selesai di Washington DC dan terinfo bahwa pada saat ini sudah ada 28 negara yang telah mengajukan permintaan bantuan keuangan dari IMF. Nah, bagaimana dengan Indonesia? Alhamdulillah sejauh ini kita masih dalam posisi yang cukup baik. Di mana perekonomian kita di kuartal II kemarin masih bisa tumbuh di atas 5 persen,” kata Destry di Jakarta, Jumat (21/10).
Bahkan, Bank Indonesia optimis sepanjang tahun 2022 ini perekonomian Indonesia bisa tumbuh di kisaran 4,5 – 5,3 persen.
Namun demikian, kondisi perekonomian global saat ini menghadapi ketidakpastian yang sangat tinggi. Bank Indonesia menyebut kondisi itu VUCA, yakni Volatility, Uncertainty, Complexity dan Ambiguity.
"Nah ini, tentunya akan menyebabkan tekanan tidak hanya pada negara maju tetapi juga pada negara berkembang. Bahkan kalau kita lihat episentrum dari terjadinya Gejolak VUCA saat ini adalah kita lihat di negara maju," ujarnya.
Dia mencontohkan, negara yang mengalami VUCA adalah Amerika Serikat (AS). Negara yang dijuluki Paman Sam ini menghadapi tekanan inflasi yang sangat tinggi, dan kemudian direspon dengan kebijakan moneter suku bunga yang sangat agresif.
"Sehingga Ini akhirnya memberikan tekanan, bukan hanya untuk negaranya sendiri tapi juga untuk negara maju sekitarnya dan juga untuk negara-negara emerging seperti Indonesia," ujarnya.
Diperparah Perang Rusia-Ukraina
Di samping itu, kondisi ketidakpastian ini diperparah dengan perang antara Rusia dengan Ukraina. Kemudian juga ada kebijakan proteksionisme masing-masing negara dan juga tambahan lagi dengan adanya zero covid policy di China, yang akhirnya membuat ekonomi China juga tertahan pertumbuhannya.
"Kita melihat fenomena terjadinya perlambatan ekonomi secara global dan bahkan diperkirakan akan terjadi resesi di tahun 2023," ujarnya.
Kendati begitu, pertumbuhan ekonomi Indonesia sejauh ini masih positif. Misalnya, pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2022 ini sangat didukung oleh investasi yang tumbuh dan dari ekspor yang juga tumbuh cukup kuat untuk menopang perbaikan ataupun pertumbuhan ekonomi.
Namun, dengan melihat kondisi ekonomi global saat ini, Indonesia tetap harus waspada dan optimis. Waspada karena gejolak, volatilitas ataupun tekanan yang terjadi di ekonomi global diprediksi setidaknya akan mempengaruhi ekonomi Indonesia.
"Namun Kita juga harus optimis karena Indonesia mempunyai daya dukung ekonomi yang cukup bervariasi dan cukup solid ditambah lagi kita mempunyai domestik ekonomi yang juga strong baik itu didukung dengan konsumsi masyarakat kita dan juga potensi ekonomi yang luar biasa sekali di Indonesia," pungkasnya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/idr)