5 Produk unik ini jadi komoditi ekspor RI ke berbagai belahan dunia
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai neraca perdagangan Indonesia pada September 2016 mengalami surplus USD 1,22 miliar. Hal ini dipicu oleh sektor non migas yang mengalami surplus USD 1,88 miliar, namun sektor migas mengalami defisit USD 681,1 juta.
Produk Ekspor Indonesia banyak menjadi primadona negara lain. Rempah-rempah, kopi hingga kerajinan tangan daerah mampu menembus pasar dunia.
Bahkan, Kementerian Perindustrian optimistis Indonesia mampu menjadi eksportir utama kopi sangrai (roasted bean) di Asia dan dunia. Sebab, Indonesia saat ini menempati peringkat empat negara penghasil kopi terbesar di dunia.
-
Kenapa ekspor telur ke Singapura bisa menjadi bukti keberhasilan Indonesia di pasar dunia? Singapura menjadi salah satu negara dengan standar mutu dan keamanan pangan yang tinggi, sehingga ekspor ini menjadi salah satu keberhasilan Indonesia di pasar dunia.
-
Apa saja produk pertanian Indonesia yang diekspor ke Timor Leste? Produk pertanian Indonesia yang diekspor ke Timor Leste diantaranya gandum, kedelai, kacang hijau, tomat, jeruk, gula, susu, pakan, dan produk unggas.
-
Kenapa bisnis baju bekas impor dilarang di Indonesia? Presiden Jokowi mengungkapkan bisnis baju bekas impor ilegal sangat mengganggu industri tekstil dalam negeri.
-
Kapan Pemilu Proporsional Tertutup diterapkan di Indonesia? Sistem pemilu proporsional tertutup adalah sistem pemilihan yang memungkinkan rakyat untuk memilih partai, namun tak bisa memilih wakil rakyat secara personal. Sistem ini sempat dianut oleh Indonesia antara tahun 1955 hingga Pemilu 1999.
-
Bagaimana Kemendag memfasilitasi eksportir Indonesia di pameran EIM? “Kemendag memfasilitasi puluhan eksportir Indonesia untuk memamerkan produk-produk potensial melalui pameran EIM agar pangsa pasar produk Indonesia di negara Meksiko semakin luas,” tambahnya.
-
Produk apa saja yang terkenal di dunia dan ternyata asli produk lokal Indonesia? Tak banyak yang tahu banyak produk-produk yang terkenal di dunia ternyata berasal dari Indonesia. Wajar saja, sebab produk tersebut umumnya menggunakan merek dengan bahasa asing.
"Untuk itu, pengembangan industrinya, antara lain melalui peningkatan nilai tambah biji kopi dan peningkatan mutu kopi olahan terutama roasted bean melalui penguasaan teknologi roasting," kata Dirjen Industri Agro Kemenperin, Panggah Susanto.
Berdasarkan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional tahun 2015-2035, industri pengolahan kopi masuk dalam sektor prioritas. Untuk itu, pemerintah terus menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi industri pengolahan kopi melalui kebijakan fiskal dan non-fiskal serta penerapan standar.
Menurut data Kemenperin, sumbangan pemasukan devisa dari ekspor produk kopi olahan mencapai USD 356,79 juta pada 2015 atau meningkat 8 persen dibanding tahun sebelumnya.
"Ekspor produk kopi olahan didominasi produk kopi instan, ekstrak, esens dan konsentrat kopi yang tersebar ke negara tujuan ekspor utama di ASEAN, RRT, dan Uni Emirat Arab," tutur Panggah.
Sementara, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai neraca perdagangan Indonesia pada September 2016 mengalami surplus USD 1,22 miliar. Hal ini dipicu oleh sektor non migas yang mengalami surplus USD 1,88 miliar, namun sektor migas mengalami defisit USD 681,1 juta.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan nilai ini merupakan surplus tertinggi sejak September 2015. Sehingga, diharapkan mampu memberikan pengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Ini merupakan surplus tertinggi kita selama 13 bulan terakhir. Jadi kalau kita lacak dari September 2015 sampai sekarang, surplus USD 1,22 miliar ini merupakan surplus tertinggi," katanya di gedung BPS, Jakarta, Senin (17/10).
Secara kumulatif (Januari-September 2016), neraca perdagangan juga mengalami surplus sebesar USD 5,67 miliar, dengan total ekspor sebesar USD 104,36 miliar dan impor sebesar USD 98,69 miliar.
"Meski secara kumulatif kita surplus, namun dibanding tahun lalu nilai ekspor kita menurun 9,41 persen dan impor juga menurun 8,61 persen. Karena ekonomi global masih lemah, sementara harga komoditas di pasar internasional belum pulih," imbuhnya.
Selain itu, lanjut Suhariyanto, volume neraca perdagangan Indonesia juga mengalami surplus 30,6 juta ton. Ini didorong oleh neraca volume perdagangan non migas yang mengalami surplus sebesar 31,6 juta ton, meski sektor migas mengalami defisit 969.200 ton.
Selain ekspor komoditi tersebut, Indonesia juga menjadikan produk-produk unik sebagai komoditi ekspor. Berikut 5 produk uniknya.
Kereta bekas
Indonesia melalui PT Kereta Api Indonesia akan membantu operasional kereta api di Myanmar, yaitu mengirimkan gerbong kereta yang sudah tua namun masih layak digunakan.
Direktur Logistik dan Pengembangan PT KAI Budi Noviantoro moda transportasi kereta api di Myanmar belum berkembang dengan baik. Saat ini, kecepatan kereta api di Myanmar rata-rata adalah 30 kilometer per jam.
"Indonesia memiliki sekitar 600 gerbong kereta yang sudah berusia lebih dari 20 tahun. Ini yang akan kami kirimkan ke Myanmar untuk membantu kereta api di sana," kata Budi ditulis Antara, Selasa (18/10).
Budi menjelaskan, nantinya perusahaan akan melakukan rekondisi terlebih dulu terhadap gerbong yang akan dikirim agar bisa digunakan secara layak. Dengan bantuan tersebut, dia berharap berharap kecepatan kereta di Myanmar bisa ditingkatkan 100 persen menjadi sekitar 60 kilometer per jam.
"Kami belum bisa memastikan waktunya. Namun kedua belah pihak terus mematangkan rencana ini. PT KAI pun sudah datang ke Myanmar untuk melihat secara langsung bagaimana kondisi di sana," katanya.
Bantuan ke Myanmar tersebut merupakan salah satu hasil jangka pendek dari pertemuan perusahaan operator kereta di Asia Tenggara (ARCEO) yang rutin digelar setiap tahun.
Konferensi yang diikuti perusahaan operator kereta di Asia Tenggara tersebut dilakukan untuk membahas berbagai hal di antaranya adalah tantangan, kesempatan dan potensi kerja sama antar perusahaan operator kereta api di ASEAN.
Minyak oles
Minyak oles yang diproduksi oleh salah satu industri obat tradisional, PT Karya Pak Oles Tokcer Bali yakni Minyak Oles Bokashi (MOB) berhasil masuk pasar ekspor.
Direktur Utama PT Karya Pak Oles, Gede Ngurah Wididana mengatakan, seorang konsumen yang juga direktur perusahaan Effective Migroorganisme (EM) dari Rusia sempat datang ke Bali membeli 500 dus, masing- masing dus berisi 24 biji. Selain konsumen dari Rusia juga datang dari China, Hongkong, India, Korea Selatan, Laos, Malaysia, Selandia Baru, Pakistan, Singapura, Srilanka, Thailand dan Vietnam.
Kedatangan mereka terkait dengan Bali sebagai tuan rumah pertemuan internasional yang membahas berbagai perkembangan dan hambatan penerapan teknologi organik EM di sebuah hotel di Pantai Sanur, Bali akhir Juli lalu.
Sebanyak 80 peserta dari 20 negara di kawasan Asia Pasifik yang ikut ambil bagian dalam kegiatan tersebut, sekembali ke negaranya membeli minyak oles bokashi dalam jumlah besar.
Gede Ngurah Wididana menjelaskan, pihaknya memproduksi minyak oles bhokasi tersebut mulai 1998, berawal dari menemukan sebuah formula ekstrak minyak tanaman obat yang difermentasi dengan teknologi EM.
Dia kemudian memberi nama produk itu dengan sebutan Minyak Oles Bokashi. Bekat kemampuannya melihat dan membaca trend pasar produk Minyak Oles Bokashi yang sangat disukai berbagai lapisan masyarakat luas.
"Minyak Oles Bokashi kami pasarkan secara bertahap sesuai dengan kemampuan sumber daya yang dimiliki. Melihat prospek yang begitu cerah kini lalu diproduksi secara berkesinambungan," ujarnya seperti ditulis Antara Denpasar, Rabu (3/8).
Teknologi temuan Prof Teruo Higa dari Universitas Ryukyu Okinawa, Jepang itu merupakan suatu teknologi fermentasi dengan mengandalkan mikroorganisme yang menguntungkan untuk mengubah bahan-bahan organik menjadi sesuatu bahan atau produk yang lebih bernilai guna dan bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia.
Sebuah ramuan yang mempunyai ciri khas Bali itu formula dibuat dari fermentasi tanaman obat dan rempah untuk bisa dijadikan pengobatan tradisional.
Mahkota raja kuluk manten
Kerajinan ekonomi kreatif berupa mahkota raja atau 'kuluk manten' yang diproduksi pengrajin Desa Sambon, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, mampu menembus konsumen mancanegara.
Seorang perajin 'kuluk manten', Heri Sanjoyo (55) mengatakan, usaha kerajinan yang ditekuni sejak 1974 kini mampu menembus konsumen luar negeri antara lain Thailand, Suriname, dan Belanda, Dia mengatakan, 'kuluk manten' yang berbentuk bundar tersebut kombinasi antara bahan baku kertas karton dengan kain katun serta aksesoris lainnya mulai diminati konsumen luar negeri.
Selain itu, kata Heri, pelanggan dari pasar lokal di Indonesia pada musim hajatan ini, juga cukup ramai. Pelanggan lokal mulai datang dari Semarang, Yogyakarta, Jakarta, Bandung, dan Surabaya.
Menurut dia, permintaan kerajinan 'kuluk manten' pada musim hajatan saat ini rata-rata mencapai 200 buah per bulan atau meningkat 100 persen dibanding bulan sebelumnya.
Heri yang dibantu tiga tenaga kerja memiliki kemampuan produksi rata-rata 200 buah per bulan dengan kualitas bagus, sedangkan 500 buah per bulan untuk kualitas kedua (kasar).
"Saya rata-rata mampu memproduksi 'kuluk' sekitar 400 buah per bulan," katanya seperti ditulis Antara, Sabtu (30/7).
Menurut dia, kerajinan mahkota raja tersebut dijual bervariasi mulai yang paling murah Rp 9.000 per buah hingga paling mahal Rp 225 ribu per buah.
"Kami selain mampu memproduksi 'kuluk manten' Keraton Surakarta, Yogyakarta, dan juga Thailand. Bisnis ini cukup menjanjikan," kata Heri.
Menurut dia, omzet kotor 'kuluk manten' atau mahkota raja tersebut antara Rp 5 juta hingga Rp 6,5 juta per bulan.
Arang Kayu
Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Jeddah menyatakan bahwa perusahaan asal Indonesia melakukan ekspor produk arang kayu senilai Rp 2,67 miliar atau kurang lebih sebesar USD 197.808.
Transaksi tersebut didapat setelah importir Arab Saudi, Hassan Saeed Al Zahrani melakukan kunjungan ke CV Promosia Dagang Asia di Surabaya. Kunjungan tersebut sebagai tindak lanjut dari business meeting yang difasilitasi ITPC Jeddah pada 16 Mei 2016 silam.
"CV Promosia merupakan salah satu produsen arang kayu yang aktif mengikuti pameran-pameran yang digagas oleh ITPC Jeddah. CV Promosia merupakan perusahaan Indonesia yang berlokasi di Surabaya yang telah lama memproduksi arang kayu berstandar internasional," kata Kepala ITPC Jeddah, Gunawan seperti ditulis Antara, Kamis (16/6).
Importir Arab Saudi mengadakan survei dan kunjungan lapangan untuk melihat fasilitas pabrik pengolahan arang kayu, tempat penyimpanan, dan pengepakan. Melihat proses produksi yang dikerjakan mengikuti standar internasional, pengusaha Arab Saudi tersebut langsung tertarik untuk mengimpor arang kayu CV Promosia Dagang Asia dengan pengiriman per bulan sebesar 40 Highcube (HC).
Meskipun memiliki cadangan migas yang besar, masyarakat Arab Saudi sangat menghargai cita rasa makanan yang diolah dengan standar proses yang tinggi dan sangat menghindari sisa pembakaran dari bahan bakar yang berasal dari fosil.
Oleh karena, itu makanan khas di daerah jazirah Arab seperti nasi kebuli, nasi bukhori, nasi briani, dan nasi mandi lebih banyak diolah dengan menggunakan pembakaran dari arang kayu.
Arang kayu merupakan salah satu komoditas ekspor nonmigas yang terbuat dari bahan dasar kayu. Arang kayu tersebut digunakan secara luas sebagai bahan bakar untuk keperluan memasak baik untuk keperluan rumah tangga, restoran, dan perhotelan.
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Jeddah berupaya untuk melakukan sosialisasi peningkatan ekspor nonmigas termasuk arang kayu.
"KJRI Jeddah sangat mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh ITPC dan Fungsi Ekonomi Jeddah dalam memfasilitasi pengusaha Indonesia untuk lebih aktif melihat pasar Arab Saudi yang besar dan terbuka lebar," tambah Plt Konjen RI Jeddah, Dicky Yunus.
Kaki kodok
Komoditas daging kodok asal Indonesia tetap laris manis di pasar dunia. Meski saat ini terjadi krisis ekonomi dunia, daging kodok tetap eksis di hati konsumen luar negeri.
Hal ini terlihat dar capaian ekspor paha kodok Sumatera Utara ke Belgia yang nilai ekspornya tahun ini naik 8,37 persen menjadi USD 1,178 juta.
"Nilai ekspor paha kodok Sumut ke Belgia pada Januari-Agustus berasal dari pengiriman sebanyak 218,6 ton," kata staf bidang Perdagangan Luar Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumut, Fitra Kurnia, seperti di lansir Antara di Medan, Senin (24/9).
Paha kodok, menurutnya, termasuk salah satu golongan barang andalan ekspor Sumut. Meski terjadi pengurangan negara tujuan ekspor namun nilai komoditi ini tetap tinggi.
"Sebelumnya negara ekspor sampai ke beberapa negara lain termasuk Singapura, dan China," tuturnya.
Pasokan kodok untuk di ekspor semakin ketat karena faktor alam dan banyaknya permintaan di dalam negeri.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Sumut, Sofyan Subang, mengatakan ekspor paha kodok itu sering terganggu dengan faktor alam.
Pesatnya perkembangan pembangunan telah mengganggu ekosistem sehingga kodok dengan jenis tertentu yang biasanya untuk ekspor semakin sulit diperoleh.
Volume ekspor paha kodok semakin terganggu karena konsumsi di dalam negeri seperti di Sumut juga naik menyusul banyaknya restoran besar dan kecil yang menyajikan menu paha kodok itu.
Sebagai informasi, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), tahun lalu saja Tanah Air telah mengekspor 3.563 ton swike dan menghasilkan uang senilai USD 18,49 juta ( Rp 175 miliar). Hingga April lalu, ekspor swike berada pada 982,6 tondengan nilai jual USD 5,3 juta (Rp 50,35 miliar).
Di antaranya, swike tersebut diekspor ke pasar negara Eropa, AS, Hong Kong, Singapura, dan Jepang. Di samping itu, peluang pasar domestik pun tidak kalah banyak. Hal tersebut mengingat kegemaran pasar lokal untuk mengonsumsi swike dengan diolah menjadi swike goreng tepung, pepes sampai diolah menjadi kerupuk kulit.
Potensi pasar swike ini memang luar biasa. Bahkan, di tahun 1974 hingga 1978 Indonesia pernah menjadi pengekspor swike ketiga terbesar setelah India dan Bangladesh. Bahkan pada tahun 1979, Nusantara menjadi pemasok swike kedua terbesar di Uni Eropa yaitu sebesar 34 persen.
Namun, pada tahun 1985, ketiga negara pengekspor swike terbesar dunia dilarang menangkap kodok yang berada di alam. Setelah itu, muncullah ide untuk budidaya katak. Namun, kodok asli Indonesia memang susah dibudidaya. Lalu Indonesia berinisiatif untuk mendatangkan jenis kodok asal Amerika Utara dari Taiwan yaitu yang disebut dengan kodok lembu atau bullfrog.
(mdk/sau)