Diburu Konsumen Eropa, Ternyata Keindahan Rotan Khas Cirebon Bermula dari Lamaran Pangeran terhadap Gadis Desa di Abad ke-15
Aneka olahan rotan khas Tegal Wangi Cirebon ini bermula dari lamaran seorang pangeran terhadap gadis desa yang ditolak di abad ke-15 silam.
Deretan produk rotan berbentuk kursi kuda, miniatur sepeda, tudung saji sampai ayunan anak menghiasi toko-toko di sepanjang jalan Desa Tegal Wangi, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon.
Ini adalah kawasan industri rotan yang sudah eksis sejak awal tahun 1900-an silam. Seiring berkembangnya zaman, olahan dari tanaman tersebut semakin bervariasi dengan konsumen hingga dari daratan Eropa.
-
Apa yang terkenal dari Toko Roti Tegal? Toko roti Tegal jadi salah satu tempat legendaris yang masih eksis di wilayah Matraman, Kota Jakarta Timur.
-
Apa keunikan kuliner Cirebon? Namun selain empal gentong dan tahu gejrot, terdapat kuliner lainnya yang jarang diketahui bernama Sate Kalong dan Tongseng Jagal.
-
Bagaimana baju pengantin Cirebon melambangkan bangsawan? Simbol bangsawan Makna lain dari baju pengantin adat Cirebon adalah tersiratnya sosok bangsawan dari pengantin yang mengenakan baju Kepangeranan Menurut kepercayaan orang Cirebon, pakaian ini mengibaratkan pengantin sebagai raja dan ratu (pemaisuri).
-
Siapa keturunan bangsawan dari Kesultanan Cirebon? Raden Adjeng Dewi Pudjijati merupakan keturunan bangsawan Kesultanan Cirebon dan Melayu Palembang.
-
Siapa yang menyatakan cinta di Toko Roti Tegal? Menurut buku Gie dan Surat-Surat yang Tersembunyi (2016), di Toko Roti Tegal ia menembak perempuan yang ia kagumi yang bernama Nurmala Kartini Panjaitan.
-
Kenapa tahu gejrot jadi makanan populer di Cirebon? Sejarah tahu gejrot tidak diketahui secara pasti, namun dipercaya sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Makanan ini awalnya merupakan makanan rakyat biasa yang dijual di pinggir jalan. Seiring waktu, popularitasnya semakin meningkat hingga kini bisa ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.
Keunggulan dari rotan khas Cirebon ini adalah di motifnya yang beragam, dengan aneka hiasan dan warna. Selain itu, kualitasnya juga terkenal kuat dan bisa bertahan sampai puluhan tahun.
Namun siapa sangka, aneka olahan rotan khas Tegal Wangi ini bermula dari lamaran seorang pangeran terhadap gadis desa di abad ke-15 silam.
Cerita ini, menjadi salah satu daya tarik dari sejarah industri furnitur yang sampai saat ini belum kehilangan konsumennya tersebut. Yuk yuk simak asal usulnya berikut.
Belasan Pabrik Rotan Hiasi Cirebon
Merujuk kemenperin.go.id, sampai saat ini total ada 11 pabrik rotan besar yang aktif memproduksi aneka olahan tanaman khas Kalimantan itu. Kebanyakan, produk yang dibuat adalah barang rumah tangga.
Konsumen biasanya berburu boks bayi, kursi berbentuk miniatur hewan, ayunan balita, kursi santai sampai meja televisi.
Semuanya dibanderol dengan harga mulai dari ratusan ribu rupiah, sampai jutaan rupiah tergantung jenis dan ukurannya. Dari pesatnya perkembangan industri rotan, warga Tegal Wangi mampu bertahan hidup.
Gabungkan Produksi Tradisional dan Modern
Dalam laman rattanstore.id, pembuatan rotan di Cirebon sendiri masih menggunakan cara yang unik. Perusahaan-perusahaan biasanya menggabungkan teknik produksi modern dan tradisional, melalui pemanasan, pelengkungan, dan pembuatan motif.
Cara ini harus dilakukan presisi, karena batang rotan rentan patah sehingga tidak sesuai desain yang dirancang.
Warga kemudian banyak yang merasa terbantu dengan adanya industri rotan di Cirebon. Mereka bisa turut menyekolahkan anak-anaknya, karena hasil bekerja di pabrik selama puluhan tahun.
Diekspor ke Asia sampai Eropa
Sebenarnya, masih ada industri rotan berskala kecil yang turut membantu memenuhi kebutuhan pasar. Puluhan kontainer pun bisa diberangkatkan dalam beberapa bulan, untuk memenuhi pesanan luar negeri.
Tercatat pasar mancanegara mulai dari Asia hingga Eropa menjadi konsumen tetap dari produk rotan khas Cirebon. Beberapa negara yang menjadi langganan adalah Malaysia, Singapura, Timur Tengah sampai Prancis.
Untuk Prancis, jumlahnya mencapai 90-an unit kursi yang diangkut melalui puluhan kontainer.
"Ini bukti apa yang kami lakukan untuk keperluan UMKM, sehingga tempat waktu dan efort yang kami berikan semata-mata bagi UMKM. Semoga dengan sinergi dan kolaborsi yang terjalin kita bisa kembangkan UMKM dalam tataran go ekspor," kata salah satu pengusaha rotan di Tegal Wangi, Anton, mengutip Liputan6, Rabu (11/9).
Bermula dari Legenda Rakyat
Mundur ke ratusan tahun lalu, industri rotan sebelumnya bermula dari legenda rakyat di wilayah Tegal Wangi, Kabupaten Cirebon. Menurut sejarahnya, industri rotan tidak bisa dilepaskan dari cerita rakyat tentang Pangeran Kejaksan yang terpikat dengan Kecantikan Nyi Mas Galmantro.
Alkisah di abad ke-15 silam, ada seorang gadis desa yang cantik dan kharismatik bernama Nyi Mas Galmantro. Menurut babad Desa Tegal Wangi, ia merupakan warga desa setempat.
Saat Pangeran Kejaksan hendak melamar putri tersebut menggunakan beberapa batang rotan, lamarannya langsung ditolak. Ini karena, Pangeran Kejaksan membawa rotan kurang dua buah yang telah dijanjikan.
Meski ditolak, ia menerimanya dengan lapang dada. Rotan-rotan akhirnya dihibahkan kepada warga setempat untuk kebutuhan hidup anak cucu mendatang. Meski baru sebagai legenda, namun kepercayaan ini dipegang teguh oleh masyarakat Galmantro yang kini menjadi Tegal Wangi.