Berdaya dari Rotan Trangsan yang Mendunia
Usaha rotan di desa ini tak sedikit yang dijalankan oleh para pemuda. Terjualnya produk sampai ke luar negeri bisa langsung dirasakan manfaatnya.
Usaha rotan di desa ini tak sedikit yang dijalankan oleh para pemuda. Terjualnya produk sampai ke luar negeri bisa langsung dirasakan manfaatnya.
Berdaya dari Rotan Trangsan yang Mendunia
Satu unit truk engkel tengah memuat hasil kerajinan rotan dan akan dibawa ke luar kota. Beberapa pegawai gerai bergantian memasukannya ke dalam bak kayu, sembari ditata sesuai jenis dan ukuran agar muat.
Tak jauh dari gerai, berdiri kokoh Balai Desa Trangsan, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Kawasan ini belakangan kesohor dengan kerajinan rotannya, dan kerap dijadikan lokasi karyawisata oleh instansi sampai kalangan siswa sekolah.
-
Dimana industri rotan Tegal Wangi berkembang? Deretan produk rotan berbentuk kursi kuda, miniatur sepeda, tudung saji sampai ayunan anak menghiasi toko-toko di sepanjang jalan Desa Tegal Wangi, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon.
-
Gimana BRI bantu Desa Tunjungan buat Kampung Durian? “Dari bantuan CSR tersebut, kami kembangkan Kampung Durian. Kami kelola kebun warga dan kami jadikan tempat wisata. UMKM lokal jalan semua karena menjadi pelengkap kuliner durian,“ jelas Andi.
-
Apa yang terkenal dari Toko Roti Tegal? Toko roti Tegal jadi salah satu tempat legendaris yang masih eksis di wilayah Matraman, Kota Jakarta Timur.
-
Apa yang diangkat Desa BRILian di Tunjungan? Desa BRILian angkat prospek kuliner buah durian Desa BRILian Desa BRILian yang mengangkat prospek kuliner komoditas hortikultura yakni buah durian di Desa Tunjungan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
-
Dimana Umbut Rotan berasal? Pulau Kalimantan begitu kaya akan budaya, adat istiadat, ritual, hingga ragam jenis pariwisata yang menarik untuk dikunjungi. Lebih dari itu, Kalimantan tentunya mempunyai ragam kuliner tradisional yang sudah diwariskan turun-temurun.
-
Apa yang membuat rotan Cirebon istimewa? Keunggulan dari rotan khas Cirebon ini adalah di motifnya yang beragam, dengan aneka hiasan dan warna. Selain itu, kualitasnya juga terkenal kuat dan bisa bertahan sampai puluhan tahun.
Oalahan rotan asal Desa Trangsan memang terkenal bagus, dengan beberapa produk unggulannya seperti kursi, keranjang, ember, tempat mainan anak sampai tikar dengan nilai ekonomi yang tinggi. Dari sinilah, kelompok warga setempat menjadi berdaya sehingga menekan angka pengangguran.
“Geliat rotan di sini sudah dimulai sejak 2016 lalu, dengan sampai saat ini jumlah perajin di Desa Trangsan mencapai 215 orang yang terdiri dari perajin dan pengusaha,” kata Kepala Desa Trangsan, Mujiman kepada Merdeka.com, baru-baru ini.
Kebanyakan Industri Rumahan
Sejak persimpangan dari arah Jalan Solo – Yogyakarta menuju jalan Desa Trangsan, dapat dengan mudah dijumpai gerai olahan rotan. Para pengusaha ini memajangnya di halaman depan, dan menggantungnya di plafon gerai.
Ini memudahkan konsumen memilih produk hasil olahan rotan, dengan berbagai model, ukuran sampai warna yang beragam. Harganya juga rupa-rupa. Namun, para pengusaha rotan skala rumahan ini menjual dengan harga yang cukup terjangkau.
Jumlah penjualan terus meningkat dari tahun ke tahun, walau sebelumnya sempat berada di masa-masa penurunan minat konsumen. Namun, dalam satu bulan, sebanyak ratusan truk engkel hingga kontaner hilir mudik mengangkut hasil produksi rotan untuk dibawa ke para konsumen.
“Pasar kami sendiri sudah sampai ke Jepang dan Korea dengan rata-rata per bulan sekitar 150 sampai 200 kontainer yang mengangkut rotan,” terangnya.
Melihat Proses Produksinya Secara Langsung
Terkat kunjungan, biasanya mulai ramai di akhir pekan atau masa-masa liburan sekolah. Puluhan hingga ratusan siswa datang, didampingi guru untuk melihat langsung produksi rotan di Desa Trangsan yang kebanyakan belum memakai mesin modern.
Biasanya, rombongan akan dikumpulkan di halaman balai desa untuk selanjutnya dikenalkan dengan produk rotan dari Desa Trangsan. Tak hanya itu, para pengunjung juga bisa mendapatkan paket edukasi membuat kerajinan rotan dan melihat proses produksi secara langsung di UMKM warga memakai kereta kelinci.
Untuk produk meubeul, harganya bervariasi dan tergantung jenis serta tingkat kerumitan dari produk yang dihasilkan.
“Harganya bervariasi, seperti kursi tamu ada yang harganya Rp10 juta, kursi teras itu Rp400 ribu sampai Rp500 ribu dan ada juga yang Rp1 juta per setnya. Harganya juga sama di kursi makan yang dijual per item,” kata Mujiman.
70 Persen Layani Kebutuhan Ekspor
Dari 215 perajin yang ada di Desa Trangsan, rata-rata produknya terjual di pasar ekspor.
Bahkan dalam setiap periodenya, sebanyak 70 persen pasar luar negeri bisa dipenuhi oleh Desa Trangsan. Sedangkan untuk pasar dalam negeri karena permintaannya tidak sebanyak di luar, maka penjualan bertahan di angka 20 sampai 30 persen.
“Penjualannya paling besar masih di Eropa, Australia, dan Amerika. Saya kurang paham sebab permintaannya meningkat ke sana. Namun, mereka rata-rata belum dianggap rumah yang nyaman kalau tidak ada perabotan berbahan bambu,” ujarnya.
Namun, ada banyak hal yang perlu diperhatikan dari para perajin di tempatnya saat hendak menjual produk ke luar negeri. Konsumen di sana kabarnya cukup perfeksionis, sehingga tidak menerima barang yang terjadi cacat walau hanya kecil di bagian tertentu.
Sebagai contoh, kata Mujiman. Untuk simpul tali di kursi rotan, tiap sisinya harus presisi. Lalu jumlahnya juga tidak boleh kurang atau lebih di masing-masing sudutnya sebagai dari unsur estetika.
“Jadi kadang ikatannya kurang, misal ada yang tiga lalu di sisi lainnya empat itu mereka biasanya tidak mau menerima,” kata dia.
Banyak Pemuda yang Menjadi Pengusaha Rotan
Di Trangsan, cukup berbeda dari desa kebanyakan. Sebab, warga usia muda di sini justru sukses mengembangkan usaha rotan.
Selama ini, industri rotan yang berjalan memang warisan dari keluarga secara turun temurun.
Ini yang membuat para pemuda justru semangat dan lihai dalam membuat model dan memasarkan rotan-rotannya di pasar domestik dan mancanegara. Satu lagi. Mereka juga paham memakai media sosial, sehingga mampu merangkul pasar dari luar Indonesia.
Di sini, iklim industrinya juga saling mendukung. Jika salah satu gerai kekurangan bahan, maka yang lainnya mensupport. Pun saat barang di gerai lain kehabisan, pemilik usaha akan mengambilnya dari tetangga.
“Sekarang iklimnya yang lebih berhasil mengembangkan usaha rotan itu generasi muda. Mereka menguasai pasar online, bahkan bisa menjadi bos rotan. Jadi mereka jarang ada yang merantau, karena terbantu dengan penjualan onlinenya,” terang Mujiman.
Lakukan Inovasi
Soal kualitas, para perajin di Trangsan benar-benar menjaganya. Mereka tak ingin para pembeli kecewa dari kualitas yang serampangan.
Pemilihan bahan tak main-main, karena hanya rotan dengan kualitas super cocok dijadikan bahan utama kerajinan.
Guyub, salah satu pelaku usaha rotan mengungkapkan jika dari hasil kolektif warga, kegiatan produksi rotan bisa dikerjakan sesuai pesanan dengan desain dan hasil rajutan yang halus.
Lalu, inovasi juga menjadi kunci usaha rotan di Trangsan terangkat. Di tempat Guyub, bahan yang digunakan tak hanya rotan, namun merambah ke serat tumbuhan seperti pisang hingga enceng gondok
“Di tempat kami, tidak hanya memakai rotan. Dan ini keunikannya,” terang Guyub
Pemodalan Dibantu BRI
Terkait pemodalan, tak sedikit pelaku usaha yang memanfaatkan program pembiayaan dari Kredit Usaha Rakyat atau KUR dari Bank BRI. Rata-rata pelaku usaha meminjam modal untuk membantu geliat usaha mereka.
Bukan hanya itu, BRI juga memberikan pelatihan terkait pemasaran digital termasuk sistem pembayaran QRIS. Ini cukup memudahkan para pembeli yang tidak membawa uang cash, sehingga hanya sekali scan proses transaksi bisa berjalan.
Kemudian, BRI juga membantu memfasilitasi BUMDes di Trangsan melalui agen BRILink yang bisa diakses oleh masyarakat dan para pelaku usaha rotan di Trangsan. Pengelolaan BRILink ini dilakukan oleh seorang pegawai BUMDes bernama Handayani.
“Kalau warga sini malah udah akrab sekali dengan BRI, jadi para pelaku usaha rotan di sini melakukan setor lewat BRILink,” kata Handayani yang juga didapuk sebagai Agen BRILink di Desa Trangsan.
Adanya BRI mampu menunjang geliat industri rotan yang ada di Desa Trangsan, dengan skema pinjaman yang ringan.