5 Sektor usaha ini rentan terpuruk saat Rupiah anjlok
Saat Rupiah melemah, ada beberapa sektor usaha yang akan terkena dampak. Perusahaan yang memiliki sumber daya di dalam negeri yang kuat, berorientasi ekspor, memiliki sumber pembiayaan non-rupiah yang rendah, mereka mampu bertahan jika nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sedang tertekan.
Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) sudah menyentuh Rp 14.000 per Rupiah dibuka di level Rp 14.028 per USD pada Jumat (11/5) atau menguat tipis dibanding penutupan perdagangan kemarin Rp 14.085 per USD.
Rupiah melemah terhadap dollar karena para investor di bursa saham dan pasar utang pemerintah menjual kepemilikan mereka. Saat itu mereka melepas rupiah dan mengoleksi dollar AS. Sebab itulah dollar AS menguat, dan sebaliknya Rupiah melemah.
-
Apa yang membuat Pejuang Rupiah istimewa? "Makin keras kamu bekerja untuk sesuatu, makin besar perasaanmu ketika kamu mencapainya."
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Apa yang menunjukkan pertumbuhan industri manufaktur Indonesia? Geliat pertumbuhan ini dapat terlihat dari peningkatan permintaan baru yang menunjukkan aktivitas produksi yang semakin terpacu.
-
Kapan Pejuang Rupiah harus bersiap? "Jangan khawatir tentang menjadi sukses tetapi bekerjalah untuk menjadi signifikan dan kesuksesan akan mengikuti secara alami." – Oprah Winfrey
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Apa manfaat utama dari Redenominasi Rupiah untuk mata uang Indonesia? Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyatakan manfaat utama dari redenominasi rupiah adalah untuk mempertahankan harkat dan martabat rupiah di antara mata uang negara lain.
Saat Rupiah melemah, ada beberapa sektor usaha yang akan terkena dampak. Berdasarkan riset Bank Indonesia pada Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan tahun 1998, perusahaan yang memiliki sumber daya di dalam negeri yang kuat, berorientasi ekspor, memiliki sumber pembiayaan non-rupiah yang rendah, mereka mampu bertahan jika nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sedang tertekan. Bahkan perusahaan itu tetap bisa tumbuh positif.
Berikut 5 sektor usaha yang rentan terpuruk akibat Rupiah melemah, dikutip Halomoney.
Industri pengolahan
Sektor ini memiliki kandungan impor yang tinggi sehingga sangat terpengaruh dengan pelemahan rupiah terhadap dollar AS. Kegiatan produksi sektor ini menjadi sangat mahal dengan kondisi rupiah yang sedang melemah. Saat bank menaikkan suku bunga kredit, sektor ini juga akan mengalami tekanan baru.
Sektor properti
Pelemahan nilai tukar rupiah diperkirakan cukup memukul sektor properti ini. Maklum di sektor bangunan ini banyak menggunakan bahan baku impor, terutama perlengkapan pembangunan properti, dan pinjaman non-rupiah. Tekanan dari sisi suku bunga juga cukup besar. Sebab konsumen mengerem membeli bangunan jika suku bunga bank naik.
Sektor perdagangan
Pelemahan rupiah cukup berpengaruh terutama pada sektor perdagangan konsumer goods, barang-barang mewah, peralatan elektronik, dan barang kebutuhan lain yang punya kandungan impor tinggi. Dari sisi kenaikan suku bunga, sektor ini juga cukup rentan karena memiliki kredit perbankan untuk kegiatan usaha maupun kredit konsumsi oleh konsumen.
Transportasi
Sektor ini terpengaruh cukup besar jika rupiah terus melemah. Sebab sektor ini umumnya memiliki pembiayaan luar negeri untuk pengadaan spare part dan pembelian alat transportasi. Akibatnya mau tidak mau tarif transportasi darat, laut, dan udara, akan naik.
Selain itu perusahaan otomotif akan terkena imbas. Kenaikan suku bunga juga akan menggencet sektor ini karena pembelian sarana transportasi umumnya dengan dana dari pinjaman.
Sektor keuangan
Sektor keuangan memiliki korelasi yang cukup tinggi dengan pelemahan nilai tukar rupiah. Sebab bank banyak mengambil pinjaman non rupiah dari lembaga keuangan di luar negeri. Namun tekanan terbesar berasal dari kenaikan suku bunga. Nasabah kredit perbankan akan kesulitan membayar cicilan sehingga keuangan bank ikut carut marut akibat kredit bermasalah meningkat.
(mdk/azz)