Adhi Karya target raup nilai kontrak Rp 44 T pada 2017
Adhi Karya target raup nilai kontrak Rp 44 T pada 2017. Besaran tersebut didapat dari proyek LRT sebesar Rp 23 triliun, dan proyek non LRT sebesar Rp 21 triliun. Perseroan menyakini nilai kontrak pada tahun depan masih baik sejalan dengan masih bergairahnya proyek infrastruktur.
PT Adhi Karya (ADHI) membidik kontrak baru sebesar Rp 44 triliun tahun depan. Besaran tersebut didapat dari proyek LRT sebesar Rp 23 triliun, dan proyek non LRT sebesar Rp 21 triliun.
Direktur Utama Adhi Karya Budi Harto mengatakan, untuk proyek non LRT, perseroan mengincar kontrak pembangunan proyek kilang minyak di Balikpapan dengan nilai Rp 30 triliun. "Ada juga pelabuhan yang cukup besar di Kalimantan Barat (Kalbar) sebesar Rp 7 triliun, di Banjarmasin juga ada bandara akan dikembangkan, kemudian ada di Sorong akan dibangun pelabuhan cukup besar. Itu proyek yang akan diikuti," kata Budi dalam keterangannya, Jakarta, Kamis (24/11).
Budi merinci, proyek di Luar Jawa juga mencakup kontrak di Bangka Belitung yang nilainya mencapai Rp 400 miliar. Dalam rencananya, perseroan berharap tahun depan mendapatkan kontrak baru dari daerah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan.
"Kita akan bangun bendungan di Sulsel antara kuartal III atau IV di tahun depan," tutur Budi.
Perseroan menyakini nilai kontrak pada tahun depan masih baik sejalan dengan masih bergairahnya proyek infrastruktur. "Infrastruktur proyek masih baik, makanya kita akan genjot," terang Budi.
Adhi Karya mencatat perolehan kontrak baru sebesar Rp 11,4 triliun per Oktober 2016, atau setara dengan 63 persen dari target kontrak baru sebesar Rp 17,9 triliun hingga akhir 2016.
"Pertumbuhan kontrak baru ADHI hingga Oktober 2016 mengalami peningkatan sebesar 8,2 persen bila dibanding periode yang sama tahun lalu," kata Budi.
Kontribusi per lini bisnis pada perolehan kontrak baru hingga Oktober 2016 masih didominasi oleh lini bisnis konstruksi sebesar 86,6 persen, dan sisanya merupakan lini bisnis lain.
Berdasarkan segmentasi sumber dana, realisasi kontrak baru terdiri dari BUMN sebesar 39,7 persen, ABPN atau APBD sebesar 34,9 persen, sedangkan swasta atau lainnya sebesar 25,4 persen.
Baca juga:
Gara-gara pipa, Adhi Karya dihukum MA bayar Rp 3,3 miliar
Hingga Agustus 2016, perolehan kontrak baru Adhi Karya Rp 9,2 T
Ikut standar dunia, Adhi Karya perlebar jarak rel LRT
Renovasi Stadion GBK, Adhi Karya raup kontrak Rp 769,6 miliar
Ini aturan baru Presiden Jokowi percepat pembangunan LRT Jakarta
Kemenhub ribet, Ahok akan gandeng Adhi Karya bangun LRT
Ahok sebut LRT tidak batal tapi tunggu keputusan presiden
-
Di mana Adi Suryanto meninggal? Kabar duka datang dari salah satu instansi pemerintah, Lembaga Administrasi Negara (LAN). Kepala LAN, Prof Dr. Adi Suryanto, meninggal dunia di Yogyakarta pada Jumat (15/12).
-
Kapan Adi Suryanto meninggal? Kabar duka datang dari salah satu instansi pemerintah, Lembaga Administrasi Negara (LAN). Kepala LAN, Prof Dr. Adi Suryanto, meninggal dunia di Yogyakarta pada Jumat (15/12).
-
Siapa Serda Adhini? Serda Adhini telah menunjukkan keberaniannya dalam menghadapi berbagai tantangan yang dihadapinya. Ia telah menjalani pendidikan khusus pramugari RI 1 di Garuda Indonesia Training Center selama 3 bulan Prestasinya di dunia pertahanan dan keamanan negara telah mendapat banyak pujian dari netizen.
-
Kenapa Pak Adna setia menjadi nasabah BRI? Sementara itu, Adna mengaku setia menjadi nasabah BRI karena ia terbantu dengan berbagai layanan yang disediakan bank BUMN tersebut.
-
Mengapa Adi Suryanto meninggal? Ia wafat pada usia 54 tahun.
-
Siapa sosok Buya Haji Ahmad Rasyid? Nama Buya Haji Ahmad Rasyid Sutan Mansur atau dikenal dengan A.R. Sutan Mansur menjadi salah satu tokoh berpengaruh di Indonesia. Beliau merupakan salah satu tokoh besar Muhammadiyah di Minang dan berkecimpung di dunia politik semasa perjuangan kemerdekaan.