Alas kaki asal Banten jadi primadona ekspor ke Amerika Serikat & Eropa
Golongan barang alas kaki menguasai ekspor nonmigas pada September 2017 dengan nilai mencapai USD 196,11 juta, disusul bahan kimia organik senilai USD 89,33 juta. Besarnya nilai ekspor alas kaki karena permintaan yang tinggi dari Amerika Serikat dan Eropa.
Golongan barang alas kaki menguasai ekspor nonmigas pada September 2017 dengan nilai mencapai USD 196,11 juta, disusul bahan kimia organik senilai USD 89,33 juta.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Banten Agoes Soebeno mengatakan besarnya nilai ekspor alas kaki pada September itu selain Banten memiliki banyak industri alas kaki seperti sepatu dan sandal, juga permintaan yang tinggi dari negara Amerika Serikat dan sejumlah negara di Eropa.
Soebeno mengatakan, alas kaki selalu memberikan andil yang besar terhadap ekspor nonmigas Banten yang pada September mencapai nilai USD 882,35 juta, turun 10,35 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai USD 890,14 juta.
Nilai ekspor nonmigas untuk sepuluh golongan barang mencapai USD 608,39 juta, sementara untuk golongan barang lainnya sebesar USD 273,96 juta.
"Delapan dari sepuluh golongan barang ekspor nonmigas utama mengalami penurunan kecuali tembaga dan kertas/karton yang masing-masing naik sebesar USD 1,62 juta dan 2,41 juta," kata Soebeno dikutip Antara, Sabtu (18/11).
Penurunan tertinggi terjadi pada golongan barang alas kaki yang turun USD 23,40 juta, diikuti oleh penurunan pada golongan plastik dan barang dari plastik sebesar USD 20,18 juta. Sedangkan, enam barang yang lain terjadi penurunan masing-masing kurang dari USD 20 juta dengan penurunan terendah berasal dari golongan mesin/peralatan listrik sebesar USD 3,74 juta.
Sementara itu, ekspor nonmigas sepuluh golongan barang utama untuk Januari - September 2017 memberikan kontribusi 71,74 persen terhadap total ekspor nonmigas. Nilai ekspor nonmigas untuk sepuluh golongan barang utama tersebut naik 31,03 persen dibanding ekspor nonmigas pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai USD 4.566,84 juta.
Kesepuluh golongan barang ekspor nonmigas Januari-September 2017 seluruhnya mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun lalu. Peningkatan tertinggi berasal dari bahan kimia organik dan terendah terjadi pada golongan barang tembaga masing-masing sebesar USD 360,53 juta dan USD 9,90 juta.
"Bila dibandingkan secara bersamaan untuk sepuluh golongan barang ekspor nonmigas utama pada September 2017 dan Agustus 2017, maka akan didapati seluruh golongan barang yang sama. Tujuh dari sepuluh golongan barang tadi, kecuali berbagai makanan olahan, tembaga dan kertas/karton, merupakan golongan barang yang selalu masuk dalam sepuluh golongan barang utama ekspor nonmigas Banten selama satu tahun terakhir, dengan pangsa ekspor nonmigas gabungan tidak pernah kurang dari 59 persen," jelasnya.
Sementara itu, negara tujuan ekspor nonmigas terbesar September 2017 adalah Amerika Serikat dengan nilai ekspor USD 142,77 juta, disusul Tiongkok dan Jepang sebesar USD 120,89 juta dan USD 65,70 juta, sementara untuk tujuan negara-negara ASEAN dan Uni Eropa masing-masing sebesar USD 222,95 juta dan USD 87,45 juta.
Sepuluh golongan utama nilai ekspor nonmigas Banten bulan September adalah alas kaki USD 196,11 juta, bahan kimia organik (USD 89,33 juta), plastik dan barang dari plastik (USD 70,56 juta), besi dan baja (USD 44,17 juta), tembaga (USD 38,01 juta), mesin-mesin/pesawat mekanik (USD 37 juta), berbagai makanan olahan (USD 36,13 juta), mesin/peralatan listik (USD 34,05 juta, kertas/karton (USD 32,56 juta) serta karet dan barang dari karet senilai (USD 31,45 juta).
-
Apa yang menunjukkan pertumbuhan industri manufaktur Indonesia? Geliat pertumbuhan ini dapat terlihat dari peningkatan permintaan baru yang menunjukkan aktivitas produksi yang semakin terpacu.
-
Bagaimana Kemendag memfasilitasi eksportir Indonesia di pameran EIM? “Kemendag memfasilitasi puluhan eksportir Indonesia untuk memamerkan produk-produk potensial melalui pameran EIM agar pangsa pasar produk Indonesia di negara Meksiko semakin luas,” tambahnya.
-
Kenapa bisnis baju bekas impor dilarang di Indonesia? Presiden Jokowi mengungkapkan bisnis baju bekas impor ilegal sangat mengganggu industri tekstil dalam negeri.
-
Bagaimana PT Astra Agro Lestari Tbk mengembangkan industri perkebunan di Indonesia? Astra Agro Lestari Tbk (Perseroan) mulai mengembangkan industri perkebunan di Indonesia sejak lebih dari 30 tahun yang lalu.
-
Apa julukan internasional Jakarta? Istilah ini agaknya masih asing di telinga masyarakat Indonesia, terlebih bagi warga Jakarta itu sendiri. Padahal, kepopulerannya sudah lama melekat di kalangan internasional. Menariknya, sematan kata “The Big Durian” membuatnya sering disamakan dengan Kota New York di Amerika.
-
Kapan puncak kejayaan industri kapuk di Jawa? Puncaknya adalah tahun 1936-1937 di mana kapuk jawa mampu memenuhi 85 persen kebutuhan dunia.
Baca juga:
Amerika Serikat makin minati ikan kayu asal Sulut
China rayu pemerintah jadi pemasok garam di Indonesia
Indonesia impor jeruk dari China senilai USD 9,9 juta, meroket 147,5 persen
Oktober 2017, neraca perdagangan RI surplus USD 0,90 miliar
Hingga Oktober 2017, ekspor Indonesia capai USD 138,46 miliar
Impor Indonesia meroket 11 persen di Oktober 2017