Ambil divestasi Freeport, pemerintah kena 'jebakan batman'
Harga saham Freeport saat ini cenderung menurun.
Pemerintah saat ini tengah mengkaji nilai 10,64 persen divestasi saham yang ditawarkan PT Freeport Indonesia kepada pemerintah Indonesia. PT Freeport Indonesia membanderol 10,64 persen sahamnya senilai USD 1,7 miliar atau setara Rp 23,6 triliun.
Mantan Menteri Keuangan, Fuad Bawazier menilai pemerintah akan masuk dalam 'jebakan batman' apabila menanggapi tawaran saham tersebut.
-
Dimana Smelter Freeport yang akan mengolah tembaga dan emas di Indonesia? Presiden Jokowi mengatakan smelter PT Freeport Indonesia yang berlokasi di Gresik akan rampung pada Juni 2024.
-
Apa yang akan dihasilkan dari beroperasinya Smelter Freeport di Gresik? Menurut dia, beroperasinya smelter PT Freeport ini akan memberikan sejumlah keuntungan bagi Indonesia. Dengan hilirasasi ini, negara akan mendapatkan nilai tambah yang besar dari pajak maupun dividen.
-
Bagaimana Kemendag memfasilitasi eksportir Indonesia di pameran EIM? “Kemendag memfasilitasi puluhan eksportir Indonesia untuk memamerkan produk-produk potensial melalui pameran EIM agar pangsa pasar produk Indonesia di negara Meksiko semakin luas,” tambahnya.
-
Kapan Smelter Freeport di Gresik ditargetkan mulai beroperasi? Presiden Jokowi mengatakan smelter PT Freeport Indonesia yang berlokasi di Gresik akan rampung pada Juni 2024.
-
Siapa yang akan direkrut untuk bekerja di Smelter Freeport di Gresik? Dia menuturkan industri pengolahan tembaga ini nantinya akan merekrut 20 ribu anak-anak muda Indonesia untuk bekerja .
-
Kapan Pertamina Shipping berhasil mengurangi emisi? “Kami sudah bisa mengurangi 9 persen emisi yang kami hasilkan di 2022, sebesar 1,9 megaton CO2eq,” ucap Direktur Utama PIS Yoki Firnandi, Sabtu (3/12).
"Kalau sekarang beli saham Freeport namanya masuk jebakan Batman kalau pemerintah beli saham sekarang," kata Fuad di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Minggu (17/1).
Fuad memaparkan, harga saham Freeport saat ini cenderung menurun. Apalagi menjelang berakhirnya masa kontrak penambangan Freeport di Indonesia jika renegosiasi di 2019 tidak mendapatkan kesepakatan baru dari pemerintah Indonesia.
"Harga itu akan cenderung terus menurun. Jadi menurut saya enggak akan ada swasta atau orang lain yang akan berani membeli saham itu karena harganya saja tahun 11-12 (2011-2012) itu masih USD 60 dolar, bulan lalu saja masih USD 8 dolar sekarang tinggal USD 3,5 dolar," jelas Fuad.
"Jadi memang harganya itu anjlok, kalau kita beli kan BUMN pasti bankrut, rugi, pemerintah juga beli rugi, saya rasa siapa juga tidak berani beli," imbuh dia.
Lebih lanjut, Fuad menilai apabila di 2019 ternyata pemerintah memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak Freeport, maka nilai saham yang dibeli pemerintah hanya akan seharga tisu toilet.
"Kalau tahun 2021 misalnya pemerintah memutuskan tidak memperpanjang itu saham yang dipunya itu menjadi seharga toilet tisu saja, jadi saya yakin gak ada seluruh dunia tawarkan kemana-mana saja keliling dunia tidak akan ada orang yang beli," jelas dia.
Fuad meminta pemerintah untuk menunggu hingga ada keputusan mengenai kontrak Freeport yang akan dibicarakan pada 2019.
"Mending nanti tunggu sampai 2019 ketika sudah ada mulai dilakukan negosiasi untuk perpanjangan atai tidak diperpanjang, kalau diperpanjang syarat-syaratnya bagaimana baru kita berani membeli, masa sekarang kita mau nyemplungin kaki dulu ke pembelian saham itu, tidak usah," pungkas dia.
(mdk/sau)