Bahan pangan dan harga minyak hambat gerak ekonomi tahun ini
Jika konsumsi BBM bersubsidi membengkak, anggaran subsidi minyak diyakini bakal melonjak.
Wakil Presiden Boediono menanggapi kondisi perekonomian saat ini yang masih bergejolak. Boediono menyebut pelbagai tantangan perekonomian Indonesia tahun ini mulai dari dampak tapering off, harga minyak, dunia, bahan pangan dan politik.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti melihat, pasokan bahan pangan dan harga minyak dunia menjadi penghambat gerak ekonomi tahun ini.
-
Kapan subsidi BBM mulai diterapkan di Indonesia? Akan tetapi sejak tahun 1974-1975 keadaan berubah dari memperoleh LBM menjadi mengeluarkan subsidi BBM," demikian penjelasan dalam buku terbitan Biro Humas dan HLN Pertamina.
-
Apa alasan utama Soeharto memberikan subsidi BBM? Alasan pemberian subsidi BBM karena harga jual BBM terutama minyak tanah, berada di bawah biaya produksinya.
-
Bagaimana cara Soeharto mempertahankan kebijakan subsidi BBM? Sayangnya, saran Habibie yang kala itu menjabat Menteri Riset dan Teknologi tak digubris. Soeharto berkukuh mempertahankan subsidi, dengan alasan negara masih punya uang.
-
Kenapa pemerintah mau mengalihkan anggaran subsidi BBM? Melalui opsi tersebut, pemerintah bakal mengalihkan anggaran subsidi untuk membiayai kenaikan kualitas BBM melalui pembatasan subsidi bagi sebagian jenis kendaraan.
-
Siapa yang mengungkapkan wacana pembatasan pembelian BBM subsidi? Dilansir dari Antara, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pernah mengungkapkan wacana pembatasan pembelian BBM bersubsidi.
-
Kenapa subsidi BBM dimulai di era Soeharto? Alasan pemberian subsidi BBM karena harga jual BBM terutama minyak tanah, berada di bawah biaya produksinya.
"Lebih ke persoalan pangan dan harga minyak, di mana minyak domestik dipengaruhi harga minyak dunia dan depresiasi nilai tukar Rupiah," ujarnya saat ditemui di Gedung Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta, Kamis (2/1).
Dia menambahkan, kenaikan harga minyak di saat tekanan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), akan mendorong lonjakan harga bahan bakar minyak (BBM). Kondisi ini memicu disparitas harga antara BBM subsidi dan non subsidi semakin tinggi.
"Ini menyebabkan konsumsi BBM jadi sulit ditekan. Kalau disparitas harga makin lebar, bagaimana orang mau beralih ke BBM non subsidi," jelas dia.
Jika konsumsi BBM bersubsidi membengkak, anggaran subsidi minyak diyakini bakal melonjak. Harga minyak yang naik juga membuat APBN membengkak dan dampaknya ke defisit transaksi berjalan.
"Defisit tak bisa turun, maka stabilitas makro akan terganggu. Kalau persoalan tapering off sudah di-price-in, masalah politik cuma berpengaruh dalam jangka pendek," ucap dia.
Untuk faktor pangan akan lebih dipengaruhi gejolak harga bahan pokok. Salah satunya cabe rawit. "Di sektor pengadaan beras cukup berhasil. Namun, yang sangat berpengaruh di Indonesia itu pangan yang bersifat volatile. Karena subsidi pangan relatif kecil, sehingga pembebanan uang negara tidak terlalu besar," tutupnya.
Baca juga:
Upaya menjaga stabilitas pangan dinilai berhasil
Biaya hidup di Jakarta Rp 7,5 juta, Banyuwangi Rp 3 juta/bulan
BI telah prediksi dana asing bakal lari keluar negeri
BPS: November, neraca perdagangan surplus USD 776,8 juta
BPS: Makanan dan gas buat inflasi Desember capai 0,55 persen