Bank sentral masih tahan BI rate 7,75 persen
Suku bunga fasilitas pinjaman dan deposito masih dipatok 8 persen dan 5,75 persen.
Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuan atau BI rate 7,75 persen. Selain itu, suku bunga fasilitas pinjaman dan deposito masih dipatok 8 persen dan 5,75 persen.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menyebut, pihaknya kukuh meneruskan pengetatan likuiditas di pasar keuangan Tanah Air.
-
Bagaimana BRI meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia? Sebagai bank yang berfokus pada pemberdayaan UMKM, BRI memiliki jutaan database nasabah, baik simpanan maupun pinjaman. Ini menyebabkan BRI terpapar risiko data privacy breach dan cyber security system.
-
Bagaimana BRI meningkatkan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia? Melalui Holding Ultra Mikro dengan BRI sebagai induk, bersama PT Pegadaian, dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM), perseroan secara grup berupaya meningkatkan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia.
-
Apa yang menjadi catatan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditasnya di tengah kenaikan BI Rate? “Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,” tambahnya.
-
Bagaimana Bank Indonesia memperkuat ketahanan eksternal dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan? "Bank Indonesia juga terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah dalam memperkuat ketahanan eksternal sehingga dapat menjaga stabilitas perekonomian dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," tegas dia.
-
Bagaimana The Banker menilai kinerja BRI? Dalam situs resminya The Banker melakukan pemeringkatan Top 1000 World Banks 2023 mengacu pada pencapaian kinerja keuangan pada 2022. Adapun aspek penilaian diantaranya terdiri dari sisi balance sheet, income statement, dan capital adequacy.
"Kebijakan tersebut konsisten mengarahkan inflasi ke sasaran 4 persen plus-minus 1 persen pada 2015, dan menurunkan defisit transaksi berjalan ke arah yang lebih sehat," ujar Tirta di Jakarta, Selasa (7/10).
Bank sentral melihat masih ada risiko terhadap perekonomian nasional. Hal itu dianggap bisa mengancam defisit transaksi berjalan dan inflasi. "Sumbernya internal maupun eksternal," jelasnya.
BI akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial untuk memperkuat ekonomi nasional menghadapi seluruh risiko itu. Faktor paling diwaspadai BI adalah kebijakan Bank Sentral Amerika.
Meski begitu, Tirta menegaskan, bank sentral optimis perekonomian Indonesia ke depan makin baik. "Ke depan, perekonomian Indonesia semakin baik, dengan pertumbuhan ekonomi yang makin tinggi. Serta makin kuatnya reformasi struktural," terangnya.
Baca juga:
BI: Harga minyak turun bisa sumbang deflasi 0,24 persen
BI optimistis ekonomi Indonesia 2015 bisa tumbuh 5,8 persen
BI: Kewajiban L/C sejalan dengan aturan devisa hasil ekspor
BI catat cadev akhir Desember naik tipis ke USD 111,9 M
Tak mau krisis 98 terulang, BI awasi utang korporasi non bank
BI catat uang beredar periode November 2014 mencapai Rp 4.076 T