BI optimistis tekanan pada Rupiah mereda pada 2019, ini alasannya
Bank Indonesia (BI) optimistis tekanan pada nilai tukar Rupiah akan melemah di tahun depan. Optimisme tersebut tidak lepas dari beberapa faktor pendukung. Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengungkapkan faktor pertama adalah kepastian akan terjadinya normalisasi kebijakan moneter di negara-negara maju.
Bank Indonesia (BI) optimistis tekanan pada nilai tukar Rupiah akan melemah di tahun depan. Optimisme tersebut tidak lepas dari beberapa faktor pendukung.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, mengungkapkan faktor pertama adalah kepastian akan terjadinya normalisasi kebijakan moneter di negara-negara maju.
-
Apa yang dimaksud dengan nilai tukar Dolar Singapura dan Rupiah? Nilai tukar antara Dolar Singapura dan Rupiah mencerminkan perbandingan nilai antara mata uang Singapura (SGD) dan mata uang Indonesia (IDR).
-
Kapan Ayat Seribu Dinar turun? Ayat seribu dinar adalah sebutan untuk dua ayat dalam Surat At Thalaq, yaitu ayat 2 bagian akhir dan ayat 3 seluruhnya.
-
Kapan Pejuang Rupiah harus bersiap? "Jangan khawatir tentang menjadi sukses tetapi bekerjalah untuk menjadi signifikan dan kesuksesan akan mengikuti secara alami." – Oprah Winfrey
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Apa itu Rupiah Digital? Rupiah Digital merupakan uang Rupiah yang memiliki format digital.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
"Mulai tahun depan sejumlah bank sentral lain itu kan juga mulai merencanakan atau bahkan mulai mengimplementasikan normalisasi kebijakan moneternya, khususnya di paruh kedua tahun depan, Eropa, Jepang atau yang lain sejumlah bank sentral negara maju," kata Perry di Kantornya, Jakarta, Kamis (27/9).
Hal tersebut dipastikan akan membuat Dolar tidak seperkasa tahun ini. Beberapa mata uang lain akan kembali menguat dan menyaingi mata uang negara Paman Sam tersebut. "Oleh karena itu yang terjadi normalisasi kebijakan moneternya bukan hanya Amerika, tetapi juga bank sentral lain sehingga ini juga akan mengurangi kekuatan Dolar. Sekarang kan Dolar paling kuat, tahun depan akan ada saingannya oleh mata uang-mata uang lain," ujar Perry.
Faktor selanjutnya adalah perubahan perilaku investor global. Di mana mereka akan mulai menaruh kembali dana yang sempat mereka tarik dari negara berkembang. Sebelumnya, investor global menarik dana mereka dari negara-negara berkembang sebagai respon dari ketidakpastian global serta keagresifan The Fed dalam menaikkan suku bunga acuannya.
"Ini saja sudah mulai mereka sedikit-sedikit kembali berinvestasi di emerging market. nah mulai tahun depan, itu Perilaku yang seperti ini akan semakin kuat dan karena itu juga memberikan faktor positif bagi kembalinya arus modal asing dari global ke emerging market termasuk Indonesia," tutur Perry.
Faktor terakhir adalah dari aspek domestik atau internal. Di mana diperkirakan pada tahun depan defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) yang saat ini tengah membengkak akan kembali normal. "Kami sampaikan tekanan dari neraca pembayaran kan jauh lebih rendah, 2,5 persen terhadap PDB sehingga tentu saja kebutuhan valasnya dalam negeri juga akan lebih rendah. Berbagai faktor ini kenapa waktu itu di DPR kami sampaikan kami perkirakan 2019 itu tekanan terhadap Rupiah nya akan lebih rendah," tutupnya.
Baca juga:
Rupiah merosot ke level Rp 14.922 per USD meski BI sudah naikkan suku bunga acuan
Hingga September 2018, BI sudah naikkan suku bunga acuan 150 bps
Kendalikan Rupiah, BI keluarkan instrumen anyar Domestic Non Deliverable Forward
Menko Darmin beberkan alasan Rupiah tetap stabil meski suku bunga The Fed naik
Rupiah bergerak menguat tinggalkan level Rp 14.900-an per USD
KEIN sarankan pengembangan industri petrokimia demi bantu hemat devisa
Rizal Ramli apresiasi langkah tepat Bank Indonesia stabilisasi Rupiah