Bos OJK: Tekanan Rupiah Dari Faktor Eksternal Mulai Mereda
"Tekanannya mereda, karena memang di dunia juga sudah melihat bahwa normalisasi Amerika tensinya sudah semakin rendah," kata Wimboh.
Ketua dewan komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso mengklaim bahwa tekanan Rupiah yang berasa dari faktor eksternal kian berkurang. Ini disebabkan kondisi ekonomi global yang mulai stabil seiring berkurangnya normalisasi ekonomi di Amerika Serikat.
"Tekanannya mereda, karena memang di dunia juga sudah melihat bahwa normalisasi Amerika tensinya sudah semakin rendah," kata Wimboh saat ditemui di mesjid kompleks Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (23/11).
-
Kapan Wibowo Wirjodiprodjo meninggal? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Bagaimana proses kepergian Wibowo Wirjodiprodjo? Di akhir hidupnya, Ari dan Ira Wibowo menceritakan bahwa sang ayah pergi dengan tenang, tanpa rasa sakit, dan dikelilingi oleh keluarga tercinta.
-
Apa yang ditinjau oleh Jokowi di Kabupaten Keerom? Presiden Joko Widodo (Jokowi) meninjau langsung ladang jagung yang ada di kawasan food estate, Desa Wambes, Kecamatan Mannem, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua.
-
Apa profesi dari Wibowo Wirjodiprodjo? Veteran Wibowo Wirjodiprodjo adalah seorang pejuang kemerdekaan RI, dihormati sebagai veteran dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta Selatan.
-
Kapan P.K. Ojong meninggal? Sebulan kemudian, Ojong meninggal dunia pada 31 Mei 1980.
-
Apa yang ditolak mentah-mentah oleh Prabowo Subianto? Kesimpulan Prabowo lawan perintah Jokowi dan menolak mentah-mentah Kaesang untuk menjadi gubernur DKI Jakarta adalah tidak benar.
Wimboh menjelaskan, normalisasi di AS mulai terlihat dampak negatifnya terutama kepada negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Yang paling parah terkena dampak contohnya adalah Argentina, Venezuela dan Turki yang terkena krisis karena nilai tukar mata uangnya merosot tajam.
Gangguan yang terjadi di negara berkembang secara otomatis juga akan berimbas pada perekonomian di negara maju.
"Ini sudah dilihat bahwa permasalahan di negara berkembang akan juga berimbas kembali pada perekonomian negara maju termasuk Amerika. Ini bagaimana membalance (menyeimbangkan) ini karena di negara berkembang juga mengalami tekanan otomatis kemampuan negara berkembang atau ekonomi di negara berkembang terganggu, mempengaruhi kemampuan negara berkembang untuk mengabsorb pembelian barang - barang luar negeri yang juga itu produksi negara-negara maju," ujarnya.
Wimboh menegaskan normalisasi di suatu negara maju memang harus dilakukan secara terukur sebab imbasnya akan melebar ke negara-negara lain terutama negara berkembang. Lebih jauh dampak tersebut akan mempengaruhi aktivitas ekspor impor dimana barang mentah hasil alam banyak berasal dari negara berkembang.
"Spill backnya harus sangat-sangat terukur. Dan ini harus di pahami dan harus betul – betul dimanage dengan baik. Ini sudah kelihatan bahwa di negara - negara seperti Idonesia ini kan potensinya besar untuk ekspor ke negara-negara klin baik maju dan berkembang mengenai hasil - hasil natural resources kita," tutupnya.
Baca juga:
Investasi Bodong Oleh Fintech, Ini Strategi OJK Cegah Masyarakat Jadi Korban
Di HUT ke-7, OJK Diharapkan Jadi Lembaga Keuangan yang Ditakuti
OJK Resmi Cabut Izin BPR Bintang Ekonomi Sejahtera
Cegah Kerugian Konsumen, OJK Diminta Atur Besaran Bunga Pinjaman Fintech
Per 9 November 2018, Dana Himpunan Pasar Modal Capai Rp 154,09 Triliun