BPS Catat Mayoritas Masyarakat Baru Gunakan 1 Masker Selama PPKM Darurat
BPS merilis survei perilaku masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan selama masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Hasil survei yang dilakukan kepada 212.762 responden menunjukkan tingkat kepatuhan masyarakat secara umum sudah cukup baik.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis survei perilaku masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan selama masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Hasil survei yang dilakukan kepada 212.762 responden menunjukkan tingkat kepatuhan masyarakat secara umum sudah cukup baik.
Kepala BPS, Margo Yuwono menjelaskan, secara nasional penggunaan 1 masker sudah mencapai 88,6 persen sedangkan penggunaan dua masker mencapai 54,5 persen. Sedangkan responden yang melakukan cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer mencapai 74,8 persen dan menghindari kerumunan mencapai 78,5 persen.
-
Apa itu Program Pesiar BPJS Kesehatan? BPJS Kesehatan resmi meluncurkan program Petakan, Sisir, Advokasi dan Registrasi (PESIAR). Program tersebut dihadirkan untuk mengakselerasi proses rekrutmen peserta dan meningkatkan keterlibatan aktif dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
-
Bagaimana BPS berperan dalam penyusunan kebijakan pemerintah? BPS memiliki peran yang sangat vital dalam memberikan data statistik yang akurat dan terpercaya. Serta dalam mendukung penyusunan kebijakan pemerintah, dan dalam menunjang kepentingan masyarakat umum.
-
Apa tugas utama dari BPS? Tugas BPS adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang statistik sesuai peraturan perundang-undangan.
-
Bagaimana BPJS Kesehatan menangani pengaduan peserta di rumah sakit? Petugas rumah sakit yang ditunjuk akan bertugas memberikan informasi dan menangani pengaduan peserta JKN terkait pelayanan. Selanjutnya, petugas akan mencatat pada aplikasi Saluran Informasi dan Penanganan Pengaduan (SIPP)," jelas Ghufron saat peluncuran yang terpusat di RSUP Dr. Sardjito, Jumat (29/9).
Dia menambahkan ada beberapa perilaku yang harus diperhatikan lagi untuk meningkatkan kepatuhan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan.
"Kepatuhan responden terhadap protokol kesehatan secara umum sudah cukup baik. Namun, beberapa perilaku responden dalam melaksanakan protokol kesehatan masih perlu mendapatkan perhatian, seperti kurang patuh dalam menghindari kerumunan (22 persen), cuci tangan dengan sabun/hand sanitizer (25 persen), dan menjaga jarak minimal 2 meter (33 persen)," ujarnya di Jakarta, Senin (2/8).
Lebih rinci Yuwono membeberakan, tingkat kepatuhan masyarakat di Jawa-Bali sudah cukup baik. Berbeda dengan di luar Jawa-Bali yang tingkat kepatuhannya masih relatif rendah. Tercermin dari penggunaan masker 2 lapis di luar Jawa-Bali baru 37,2 persen, mencuci tangan dengan sabun/hand sanitizer sebesar 65,4 persen dan menghindari kerumunan baru 69 persen. Sementara di Jawa-Bali penggunaan masker dua lapis sudah 61,4 persen, mencuci tangan hingga 78,6 persen dan menghindari kerumunan hingga 82,3 persen.
"Responden di wilayah Luar Jawa-Bali cenderung lebih kurang patuh dalam penerapan protokol kesehatan," kata dia.
Selain itu, penilaian responden terhadap tingkat kepatuhan masyarakat di lingkungan sekitarnya terkait penggunaan masker 2 lapis juga masih rendah. Para responden menilai masih 70 persen masyarakat belum menggunakan 2 masker. Mencuci tangan juga baru 48 persen dan menghindari kerumunan 57 persen.
Selajutnya
Dalam survei yang sama, sebagian besar responden menyatakan mengurangi frekuensi perjalanannya selama PPKM Darurat. Responden juga menilai berbagai kegiatan di kantor, sekolah, tempat ibadah, fasilitas umum pasar/warung/supermarket/mall dan sejenisnya, serta kegiatan seni budaya, sosial, keagamaan selama PPKM Darurat turun dibandingkan sebelumnya.
Tak hanya itu, sebanyak 60 persen responden merasa jenuh/sangat jenuh selama PPKM diberlakukan. Banyak responden yang mengisi kegiatan selama pembatasan melalui kegiatan yang meminimalkan mobilitas, yaitu berkomunikasi dengan keluarga/teman secara online dan memperbanyak ibadah.
Sementara itu, responden menilai pemenuhan kebutuhan pokok, obat-obatan, vitamin, masker dan hand sanitizer, dan pelayanan kesehatan jika ada yang sakit relatif mudah. Tetapi untuk pemenuhan alat kesehatan yang menunjang seperti oxymeter, tabung oksigen, nebulizer relatif masih sulit (31 persen responden).
Sebagai informasi, survei ini dilakukan pada 13-20 Juli 2021 lalu. Diikuti oleh 55,2 persen responden perempuan, dan 44,8 persen responden laki-laki. Mereka berasal dari Jawa Bali sebanyak 71,3 persen dan luar Jawa-Bali 28,7 persen.
Metode yang digunakan dalam survei ini yakni non probability sampling yang disebarkan secara berantai (snowball). Sehingga informasi ini hanya menggambarkan individu yang secara sukarela berpartisipasi dalam survei.
"Survei ini tidak mewakili kondisi seluruh masyarakat suatu daerah atau seluruh Indonesia," kata dia.
(mdk/bim)