Canggih, toilet ini ubah tinja manusia jadi produk bisa dijual
Proyek toilet canggih ini menghabiskan dana USD 12.000.
Peneliti Amerika Serikat (AS) mengembangkan toilet yang bisa mengubah limbah dan tinja manusia menjadi produk yang bisa dijual. Toilet ini dirancang oleh tim University of Colorado Boulder yang disebut Sol-Char Sanitation.
Toilet ini memanfaatkan energi matahari untuk mengubah kotoran manusia menjadi berguna dan bisa dijual. Hasil olahan tinja ini berbentuk padat dan bisa digunakan untuk bahan bakar maupun pupuk.
-
Bagaimana teknologi masa depan digambarkan mengubah Jakarta? Isi video tersebut seolah ingin menceritakan, bahwa teknologi masa depan akan masuk dan mengubah bentuk Jakarta bukan hanya sekedar menjadi kota metropolitan, melainkan sebagai kota yang futuristik penuh kecanggihan teknologi.
-
Apa yang menjadi kekhawatiran Jokowi tentang penggunaan perangkat teknologi di Indonesia? Jokowi prihatin atas dominasi impor dalam penggunaan perangkat teknologi di Indonesia, dengan nilai impor yang mencapai lebih dari Rp30 triliun. Hal itu disampaikan Jokowi saat meresmikan Indonesia Digital Test House (IDTH) di Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT), Kota Depok, Jawa Barat Selasa, (7/5). "Ini sayangnya perangkat teknologi dan alat komunikasi yang kita pakai masih didominasi barang-barang impor dan nilai defisit perdagangan sektor ini hampir 2,1 miliar US Dollar lebih dari 30 triliun Rupiah," ujarnya.
-
Apa yang dimaksud dengan perkembangan teknologi? Perkembangan teknologi adalah fenomena yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan manusia. Teknologi telah mengubah cara kita hidup, bekerja, dan berinteraksi satu sama lain.
-
Apa yang menjadi salah satu solusi untuk kemacetan di Jakarta? Wacana Pembagian Jam Kerja Salah satu ide yang diusulkan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono adalah pembagian jam masuk kerja para pekerja di Jakarta. Menurutnya, cara itu bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Siapa yang menemukan lempeng tektonik di Kalimantan? Prediksi keberadaan kerak Bumi ini muncul ketika Suzanna van de Lagemaat, ahli geologi lulusan Universitas Utrecht di Belanda, dan supervisornya, Douwe van Hinsbergen, menganalisis data geologi dari pegunungan di kawasan Asia-Pasifik.
Tim pengembangan toilet ini mendapat dana dari Bill and Melinda Gates Foundation's. Mereka menyebut proyek ini sebagai "Reinvent the Toilet Challenge"
"Kami mencoba untuk mengatasi masalah pengelolaan tinja," ucap karl LInden, peneliti utama Sol-Char Sanitation seperti dilansir dari CNBC, Selasa (22/9).
Menurutnya, toilet seperti ini bisa digunakan untuk mengolah limbah suatu wilayah. Setiap kotoran yang masuk akan diolah sehingga masyarakat bisa terhindar dari penyakit. "Ini langkah besar untuk perlindungan kesehatan masyarakat di banyak daerah."
Linden yang juga seorang profesor teknik di University of Colorado ini mengatakan praktik sedot tinja atau pengosongan toilet sebenarnya tidak sehat. Sanitasi seperti itu tidak sehat bagi kesehatan manusia.
Bank Dunia mencatat, rata-rata biaya sanitasi suatu negara mencapai 1,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). India misalnya, negara ini menghabiskan USD 54 miliar setahun untuk mengolah tinja masyarakat. Selanjutnya, Bank Dunia juga menemukan 2,4 miliar orang diseluruh dunia ini belum punya akses sanitasi dasar.
Prototipe toilet yang dirancang Linden dan tim menggunakan piring parabola untuk memanfaatkan sinar matahari. Kemudian cahaya ini dibentuk menjadi titik fokus kecil yang digambarkan sebagai Sol-Char.
Kabel serat optik kemudian mentransmisikan cahaya ke ruang reaksi, di mana materi tinja berubah menjadi produk yang bisa digunakan. Urin setelah melalui proses juga dapat digunakan sebagai pupuk.
"Dari 4 atau 6 orang mungkin fesesnya tidak banyak yang keluar. Tapi Anda kumpulkan dari waktu ke waktu Anda bisa menciptakan nilai," katanya.
Linden mengatakan, untuk membuat proyek ini, pihaknya menghabiskan dana sekitar USD 12.000.
(mdk/idr)