Ciptakan Benefit Rp1,8 Triliun, Begini Krusialnya Inovasi di Industri pupuk
Beragam karya inovasi Pupuk Indonesia terbukti berhasil memberikan kinerja operasional yang positif.
PT Pupuk Indonesia (Persero) menegaskan komitmennya untuk menjawab tantangan masa depan melalui beragam karya inovasi. Adapun fokus utama perusahaan adalah mengedepankan inovasi yang mengarah pada pertumbuhan serta keberlanjutan industri.
Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi menyatakan bahwa inovasi pada industri pupuk sangat krusial, mengingat peran strategis Pupuk Indonesia dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Terlebih di tengah dinamika perekonomian dan geopolitik dunia hingga perubahan iklim yang turut mempengaruhi rantai pasok pangan global.
- Inovasi, Jadi Cara Pupuk Kaltim Perkuat Industri Ramah Lingkungan
- Pemerintah Dukung Revitalisasi Industri Pupuk: Kalau Efisien, Harga Pokok Produksi Turun
- Laba Bersih Pupuk Indonesia Tahun 2023 Turun Jadi Rp6,25 Triliun
- Inovasi Produk Pupuk Kaltim Ini Tingkatkan Produktivitas Pertanian Hingga 55 Persen
"Ini adalah event konvensi inovasi yang dilakukan Pupuk Indonesia Grup. Seleksi inovasi dilakukan mulai dari level anak perusahaan, kemudian dilakukan agregasi dan dilombakan kembali di level holding. Proses agregasi dan kompetisi ini dilakukan agar ada transfer knowledge antar anak perusahaan sehingga penemuan di satu anak perusahaan bisa diterapkan di tempat lain dalam ekosistem Pupuk Indonesia Grup,” jelas Rahmad dalam acara Pupuk Indonesia Quality & Innovation (PIQI) 2024 dikutip di Jakarta, Jumat (6/9).
Beragam karya inovasi Pupuk Indonesia terbukti berhasil memberikan kinerja operasional yang positif. Hal ini pun mendapat pengakuan publik di tingkat nasional maupun global, di mana Pupuk Indonesia berhasil masuk dalam daftar 100 perusahaan terbaik di Indonesia versi Majalah Fortune Indonesia, dan masuk ke dalam 500 perusahaan terbaik di ASEAN versi Majalah Fortune pada tahun 2024.
Untuk menjaga keberlanjutan kinerja positif, Pupuk Indonesia ke depan semakin gencar menggalakkan budaya inovasi, salah satunya lewat konvensi inovasi tahunan seperti PIQI 2024.
Para finalis PIQI 2024 tercatat mampu menjawab kebutuhan dan tantangan bisnis di Pupuk Indonesia, baik dari segi keandalan operasional, penekanan biaya produksi, peningkatan daya saing produk, hingga peningkatan efektivitas organisasi.
Misalnya saja inovasi dari Pupuk Sriwidjaja Palembang yang memodifikasi unit daya hidrolik sehingga mempercepat waktu perbaikan aktuator hidrolik yang merupakan komponen vital untuk mengendalikan berbagai peralatan dan mesin pada pabrik pupuk Urea.
Sebelum ada inovasi ini, proses perbaikan aktuator hidrolik memakan waktu 336 jam dan dilakukan oleh pihak ketiga. Setelah inovasi, perbaikan dapat dilakukan secara mandiri dan hanya memakan waktu 16 jam, sehingga meningkatkan keandalan operasional, efisiensi serta optimalisasi produksi.
Inovasi Pupuk Kaltim
Begitu juga dengan inovasi dari Pupuk Kaltim yang mendorong efisiensi energi dengan mengoptimalkan rasio batubara pada boiler, sehingga memberikan dampak positif pada efisiensi anggaran perusahaan.
Inovasi berikutnya adalah produk pupuk Phosgreen dari Petrokimia Gresik. Pupuk berbasis fosfat ini memiliki rasio bahan baku yang dimodifikasi untuk menawarkan harga yang lebih kompetitif dengan kualitas tetap terjaga, sehingga meningkatkan keterjangkauan harga pupuk non-subsidi di tingkat petani.
Sementara itu, Pupuk Indonesia sendiri telah berhasil mengembangkan aplikasi digital terintegrasi di tingkat kios (i-Pubers) untuk menurunkan nilai koreksi sekaligus mempercepat proses penagihan subsidi pupuk. Aplikasi ini telah dijalankan oleh lebih dari 27 ribu kios dan meningkatkan kemudahan petani dalam menebus pupuk bersubsidi.
Pada tahun ini, PIQI 2024 mengusung tema “Green Growth”, yaitu menjaring dan mengembangkan inovasi yang mampu menciptakan pertumbuhan usaha dan ramah lingkungan. Setidaknya terdapat 4.684 karya inovasi dari 6.531 karyawan Pupuk Indonesia dan anak perusahaan. Inovasi yang terkumpul pada PIQI 2024 terbagi dalam 3 kategori, yakni Growth, Digital, dan Sustainability. Kategorisasi ini ditentukan dengan melihat kebutuhan untuk menunjang operasional bisnis serta manfaat bagi masyarakat.
"Selama tiga tahun penyelenggaraannya, kontribusi benefit tercatat sebesar Rp1,8 triliun, sebuah jumlah yang signifikan. Ini menandakan budaya inovasi sudah benar-benar melekat di pupuk Indonesia," tutup Rahmad.