Debat pamungkas, dua capres luput bahas isu BBM subsidi
Kedua pasang kandidat memiliki visi-misi di sektor energi yang realistis.
Dalam debat calon presiden dan wakil presiden semalam, kedua pasang kandidat luput menyinggung persoalan utama dalam ketahanan energi nasional. Debat penutup masa kampanye itu tidak dimanfaatkan oleh kubu Prabowo Subianto - Hatta Rajasa dan Joko Widodo - Jusuf Kalla untuk menguraikan strategi masing-masing dalam mengatasi konsumsi BBM subsidi yang terus melonjak.
"Sayang tidak ada yang menyinggung mengenai penghematan energi, itu masih bisa dilakukan dengan memenuhi kebutuhan transportasi massal,misal bangun MRT meskipun butuh waktu 5 tahun. Terus, membatasi penggunaan di dalam kota," ujar Ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia Rofiky Dwi Putrohari kepada merdeka.com, Minggu (6/7).
-
Mengapa debat capres-cawapres penting? Tujuan dari debat sendiri adalah untuk mencari pemahaman yang lebih mendalam mengenai suatu isu, dan juga untuk menemukan solusi atau keputusan yang terbaik.
-
Kapan debat capres ketiga ini diadakan? Debat ketiga Pilpres akan digelar malam ini di Istora Senayan, Minggu (7/1).
-
Apa yang diprotes oleh Cak Imin terkait debat capres? Cawapres nomor urut 01, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) memprotes soal dua panelis debat capres yang berasal dari Universitas Pertahanan.
-
Bagaimana cara debat capres-cawapres diselenggarakan? Debat adalah sebuah proses diskusi formal antara dua pihak atau lebih yang memiliki pandangan atau pendapat yang berbeda mengenai suatu hal.
-
Siapa saja yang ikut berdebat di debat capres ketiga? Debat akan menghadirkan seluruh kandidat calon presiden, yaitu Anies Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo.
-
Kenapa Prabowo Subianto begitu rileks menghadapi debat capres? "Beliau sangat rileks, sangat santai menghadapi debat ini, karena kan memang materinya beliau pasti sangat mengetahui dan menguasai ya," Habiburokhman menandasi.
Dia menyebut kedua pasang kandidat memiliki visi-misi di sektor energi yang realistis. Namun, butuh waktu untuk menunaikannya.
Semisal, pasangan Prabowo-Hatta mengusung ide mengembangkan energi terbarukan dari minyak nabati. Namun, menurut Rofiky butuh waktu sepuluh tahun untuk menyukseskan itu.
Meskipun teknologi sudah tersedia, pengembangan minyak nabati masih terkendala harganya yang sangat mahal. Untuk itu, butuh insentif dari pemerintah.
"Memang eksplorasi itu bener tapi butuh waktu 10 tahun paling tidak. Ya baru bisa dinikmati setelah 2020," ucapnya.
Rofiky membenarkan bahwa produksi minyak nasional bisa meningkat pada tahun mendatang seiring ditemukannya lapangan baru. Namun, itu bukan berarti impor minyak bakal berkurang.
"Iya memang produksi akan naik dengan adanya sumber- sumber baru, tapi pasti kebutuhan juga meningkat. Ini tentunya tidak mengurangi impor," kata dia.
Dia juga menyoroti ide milik pasangan Jokowi-JK yang bakal mengutamakan konversi minyak ke gas. Menurutnya, pengalihan itu membutuhkan waktu untuk pembangunan infrastruktur.
"Untuk gas itu dari sisi upstream plant mahal, seperti pengeboran untuk lapangan gas. Dan untuk downstream plant seperti transmisi dan distribusi tidak sampai triliunan tapi ratusan miliar saja," katanya.
(mdk/yud)