Digitalisasi Kartu Prakerja Dapat Pengakuan Internasional
Direktur UNESCO Institute for Lifelong Learning, David Atchoarena mengatakan, program ini adalah game changer, atau pembawa perubahan besar, dalam upaya meningkatkan pembelajaran bagi orang dewasa di luar pendidikan formal.
Program Kartu Prakerja mendapat pengakuan internasional atas keberhasilannya memanfaatkan teknologi digital. Program ini telah memberi manfaat kepada 16,4 juta orang di seluruh Indonesia dalam kurang dari tiga tahun pelaksanaan program.
Direktur UNESCO Institute for Lifelong Learning, David Atchoarena mengatakan, program ini adalah game changer, atau pembawa perubahan besar, dalam upaya meningkatkan pembelajaran bagi orang dewasa di luar pendidikan formal.
-
Mengapa kejadian ini viral? Tak lama, unggahan tersebut seketika mencuri perhatian hingga viral di sosial media.
-
Kenapa Hanum Mega viral belakangan ini? Baru-baru ini nama Hanum Mega tengah menjadi sorotan hingga trending di Twitter lantaran berhasil membongkar bukti perselingkuhan suaminya.
-
Kenapa video tersebut viral? Video yang diunggahnya ini pun viral dan menuai perhatian warganet."YaAllah Kau bangunkan aku tengah malam, aku kira aku mimpi saat ku lihat suamiku sedang sujud," tulisnya di awal video yang diunggahnya.
-
Kata-kata lucu apa yang dibagikan di media sosial? Kata-Kata lucu yang dibagikan di medsos bisa menjadi hiburan bagi orang lain.
-
Kenapa Pantai Widodaren viral? Keberadaannya belum banyak yang tahu. Namun belakangan ini, pantai ini viral karena keindahannya.
-
Apa yang dimaksud dengan kata-kata motivasi yang viral dan trending? Kata-kata motivasi singkat terkadang memang sangat dibutuhkan. Baik itu bagi para pekerja, pelajar maupun masyarakat pada umumnya. Kata-kata ini akan sangat membantu terlebih saat seseorang mulai merasa lelah dengan kehidupan ataupun kesulitan dalam mengejar cita-cita.
Pemanfaatan perkembangan digital dalam pelaksanaan Kartu Prakerja dengan menyediakan pelatihan adalah hal yang baik dan inovatif terutama terkait pembelajaran dan pendidikan orang dewasa (adult learning and education).
"Ini sekaligus membangun jembatan antara pendidikan formal dan informal. Teknologi menjadi ‘game changer’ terutama dalam memberikan tempat bagi platform digital untuk pengembangan keterampilan angkatan kerja (upskilling dan reskilling)," kata David dikutip di Jakarta, Sabtu (11/2).
Dia menambahkan, pengalaman Kartu Prakerja patut ditiru negara-negara lain. Menurutnya, apa yang dilakukan Prakerja sejalan dengan misi organisasi yang dipimpinnya yakni memberikan kesempatan pembelajaran seumur hidup. "Tujuan pembelajaran sepanjang hayat, antara lain bertujuan untuk menekan ketidakadilan gender dan ketimpangan ekonomi," ujarnya.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang juga Ketua Komite Cipta Kerja sebagai lembaga pengarah kebijakan Program Kartu Prakerja, menguraikan Prakerja merupakan misi kemanusiaan dengan pemberdayaan yang melibatkan pendidikan, ketenagakerjaan, dan kewirausahaan.
"Hasilnya, sejak tahun 2020 hingga 2022, lebih dari 16,4 juta orang dari seluruh wilayah dan kota di Indonesia telah mengikuti program ini. 51 persen dari mereka adalah perempuan dan 3% adalah penyandang disabilitas. Dari mereka yang menganggur, sepertiga dari mereka kini bekerja, baik sebagai pemilik usaha kecil maupun sebagai karyawan," kata Airlangga.
Airlangga menyatakan bahwa program ini lebih dari sekadar kebijakan, pendanaan atau teknologi. Dibutuhkan perubahan radikal dalam institusi dan budaya, serta di pemerintahan, perusahaan dan individu. *Program ini tidak hanya efektif dalam memberikan hasil yang baik, tetapi juga dengan biaya yang efisien," kata dia.
Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Purbasari menambahkan, Kartu Prakerja memberikan beasiswa kepada angkatan kerja yang bisa secara bebas memilih pelatihan online yang tersedia di mitra e-marketplace yang relevan dengan pasar kerja saat ini tanpa diskriminasi.
"Sebanyak 12 persen penerima berusia lebih dari 50 tahun, 19 persen adalah lulusan SMP," ujar Denni.
Spesialis Statistik UN Women kantor Asia Pasifik Cecilia Tinonin mengungkapkan, pandemi memberikan dampak besar terhadap perempuan pemilik usaha mikro. Tidak banyak perempuan yang bisa beralih ke digital dalam menjalankan usahanya.
"Pada 2022, ada 2,8 miliar orang di dunia tidak memiliki akses ke internet, dan perempuan, terutama pada kelompok usia yang lebih tua, berada pada posisi yang kurang menguntungkan," kata Cecilia.
(mdk/idr)