Distribusi BBM Pulau Jawa gunakan pipa di 2019
Risiko menggunakan truk untuk mendistribusikan BBM lebih besar karena masalah kemacetan dan potensi bahaya kebakaran.
PT Pertamina (Persero) tengah menuntaskan Front End Engineering Design (FEED) proyek pembangunan pipa bahan bakar minyak (BBM) di Pulau Jawa sepanjang 956 kilometer (km). Pipa tersebut nantinya akan mendistribusikan BBM ke seluruh daerah di Pulau Jawa dan selesai pada 2019.
Vice President Technical Services Direktorat Pemasaran Pertamina Sofyan Yusuf, mengatakan pada tahap awal, Pertamina akan membangun pipa sepanjang 401 km, yakni Lomanis-Rewulu sepanjang 180 km, Lomanis-Tasikmalaya 128 km, dan Cikampek-Plumpang II sepanjang 93 km.
-
Bagaimana Pertamina dan Kemendag melakukan penyegelan SPBU? Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Zulkifli Hasan didampingi Direktur Pemasaran Regional Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo melakukan penyegelan dispenser SPBU 34.41345 Jalan Tol Jakarta – Cikampek (Japek) Rest Area KM 42, Wanasari, Telukjambe Barat, Karawang, Jawa Barat.
-
Mengapa Pertamina melakukan peninjauan ke kilang dan SPBU? Kunjungan ini bertujuan untuk memastikan kesiapan Pertamina mulai dari unit produksi hingga distribusinya siap untuk merespon kebutuhan mudik Nataru.
-
Mengapa Pertamina mengkaji peningkatan kadar oktan BBM Subsidi? “Kalau misalnya dengan harga yang sama, tapi masyarakat mendapatkan yang lebih baik, dengan octan number lebih baik." Nicke menegaskan, Program Langit Biru Tahap 2 ini merupakan kajian internal di Pertamina dan untuk implementasinya nantinya akan diusulkan kepada pemerintah, dan nantinya akan jadi kewenangan pemerintah untuk memutuskan.
-
Kenapa Pertamina Patra Niaga menambah stok di SPBU dan agen LPG? Di seluruh lembaga penyalur baik SPBU dan Agen LPG, stok juga ditambah 2-3 hari dari normal untuk mengantisipasi peningkatan konsumsi masyarakat.
-
Mengapa Pertamina ingin meningkatkan kualitas BBM Subsidi? Pertamina pernah menjalankan Program Langit Biru dengan menaikkan (kadar oktan) BBM Subsidi dari RON 88 ke RON 90.
-
Kapan Pertamina berhasil mengurangi penyalahgunaan BBM bersubsidi? Sejak implementasi exception signal ini pada tanggal 1 Agustus 2022 hingga 31 Desember 2023, Pertamina telah berhasil mengurangi risiko penyalahgunaan BBM bersubsidi senilai US$ 200 juta atau sekitar Rp 3,04 trilliun.
"Mudah-mudahan akhir tahun ini konstruksi sudah bisa dimulai karena harus proses lelang dulu dan menyesuaikan dengan phasing out anggaran investasi 2016 yang disetujui," ujar Sofyan dalam siaran pers di Jakarta, Selasa (15/3).
Lahan untuk jalur pipa menurut rencana menggunakan lahan eksisting Cirebon-Bandung dan Cilacap-Yogyakarta, selain memanfaatkan lahan di sisi jalur kereta api. Pipa yang dibangun nantinya mengalirkan BBM jenis premium, diesel, pertalite, dan pertamax.
"Jalur pipa nantinya multipurporse. Kami juga akan memprioritaskan local content sepanjang material tersedia di dalam negeri dan harganya cukup kompetitif," kata dia.
Pertamina berencana menambah jaringan pipa untuk menyalurkan BBM saat ini yang sepanjang 1.283 km. Total kebutuhan pengembangan pipa di seluruh Jawa mencapai 2.239 km.
Selain untuk mendukung pipa yang sudah ada, penambahan jaringan pipa ini untuk mengantisipasi risiko pendistribusian BBM ke pelosok daerah.
Risiko menggunakan truk untuk mendistribusikan BBM lebih besar karena masalah kemacetan di jalan raya dan potensi bahaya kebakaran. Untuk membiayai pembangunan pipa tersebut, Pertamina memperkirakan kebutuhan dana sebesar USD 400 juta, termasuk biaya pembebasan lahan di sekitar jalur pipa.
Vice Presient Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro, mengatakan penambahan jaringan pipa itu merupakan bagian dari rencana jangka panjang Pertamina untuk meningkatkan cadangan BBM nasional. Apalagi, hingga saat ini Indonesia belum memiliki cadangan penyangga energi nasional. Hanya ada cadangan operasional Pertamina selama 22 hari untuk BBM dan 12 hari untuk LPG.
"Tanpa cadangan penyangga, ketahanan energi Indonesia bisa terancam," kata Wianda.
Sementara itu, Direktur Reforminer Institute Komaidi Notonegoro, mengatakan rencana pembangunan pipa BBM oleh Pertamina sangat bagus bagi ketahanan energi dan perekonomian nasional. Dampak utama terbesarnya bagi masyarakat di sekitar area poyek adalah penciptaan lapangan kerja pada saat proses pipanisasi tersebut.
"Selain penyerapan tenaga kerja langsung, tentu juga akan membuka lapangan kerja baru lainnya. Yang sederhana saja, sebagai penunjang seperti industri makanan. Ada warung makan atau restoran di daerah proyek," jelas Komaidi.
Menurut dia, pembangunan pipa BBM dari sisi biaya dan waktu distribusi juga akan lebih baik. Apalagi dengan kebijakan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) dan besarnya investasi untuk pembangunan pipa akan memberikan dampak signifikan bagi perekonomian.
"Pembangunan pipa BBM akan meningkatkan efisiensi Pertamina, khususnya dalam distribusi BBM, jika dibandingkan menggunakan truk-truk tangki BBM sehingga semakin cepat proyek tersebut direalisasikan akan lebih baik buat Pertamina," pungkas dia.
(mdk/sau)