Erick Thohir akan Gabung Garuda, Citilink, dan Pelita Air, Ini Alasannya
Baginya, efisiensi di tubuh BUMN terus menjadi agenda utama pada perusahaan-perusahaan milik negara yang ia pimpin.
Baginya, efisiensi di tubuh BUMN terus menjadi agenda utama pada perusahaan-perusahaan milik negara yang ia pimpin.
Erick Thohir akan Gabung Garuda, Citilink, dan Pelita Air,
Ini Alasannya
Erick Thohir akan Gabung Garuda, Citilink, dan Pelita Air, Ini Alasannya
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir akan melakukan penggabungan usaha (merger) terhadap tiga maskapai pelat merah. Mereka adalah Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air. Erick Thohir mengatakan, rencana merger tersebut bagian dari proses efisiensi untuk menekan biaya logistik. Baginya, efisiensi di tubuh BUMN terus menjadi agenda utama pada perusahaan-perusahaan milik negara yang ia pimpin.
- Erick Thohir Akhirnya Buka-bukaan Tujuan Merger Garuda Indonesia, Citilink dan Pelita Air
- Erick Thohir Angkat Wakapolri Jadi Wakil Komisaris Utama Pindad
- Kenang Masa Kecil, Erick Thohir: Rumah jadi Tempat Pertama Memupuk Harapan
- Kenang Masa Kecil, Erick Thohir: Rumah jadi Tempat Pertama Memupuk Harapan
"Setelah melakukan rangkaian program efisiensi pada empat Pelindo. Kita juga upayakan Pelita Air, Citilink, dan Garuda merger untuk menekan cost," kata Erick dalam keterangannya, Jakarta, Selasa (22/8).
Erick mengungkapkan, Indonesia masih kekurangan sekitar 200 pesawat dalam bisnis penerbangan.
Hal ini yang menjadi penyebab mahalnya biaya logistik.
Perhitungan itu diperoleh dari perbandingan antara Amerika Serikat dan Indonesia.
Di Amerika Serikat, terdapat 7.200 pesawat yang melayani rute domestik dengan pangsa pasar 300 juta populasi. Di sana rata-rata GDP (pendapatan per kapita) mencapai USD40.000. Sementara di Indonesia, dengan 280 juta penduduk memiliki GDP USD4.700. "Itu berarti Indonesia membutuhkan 729 pesawat. Padahal sekarang, Indonesia baru memiliki 550 pesawat. Jadi perkara logistik kita belum sesuai," ujar Erick.
Melalui merger Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air ini dia mengupayakan agar biaya logistik di Indonesia terus menurun. Sehingga semakin meningkatkan daya saing dunia bisnis dalam negeri.
"BUMN terus menekan logistic cost. Pelindo dari 4 (perusahaan) menjadi 1. Sebelumnya, logistic cost mencapai 23 persen, sekarang jadi 11 persen. Kita juga upayakan Pelita Air, Citilink, dan Garuda merger untuk menekan cost," ucap Erick mengakhiri.
Kadin: Biaya Logistik Masalah Utama Ekspor Indonesia
Sebelumnya, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin), Arsyad Rasyid mengatakan, ekspor Indonesia terus mengalami kenaikan dalam beberapa waktu terakhir. Namun, ekspor yang tinggi ini masih dihantui oleh biaya logistik yang mahal. "Selama kita punya ekspor tinggi. Kita punya masalah, kenapa logistiknya tinggi. Memang itu masalah dunia," ujar Arsyad dalam Pelantikan Pengurus Kadin 2021-2026, Jakarta, Rabu (20/10) lalu.