Faisal Basri Sindir Cara Pemerintah Ancam Boikot Produk Uni Eropa
Ekonom Senior Faisal Basri menilai langkah pemerintah mengancam untuk melarang (boikot) produk Uni Eropa (UE) sebagai perlawanan atas diskriminasi kelapa sawit, kurang tepat. Seharusnya, pemerintah melakukan introspeksi kenapa UE bisa sampai mendiskriminasi produk kelapa sawit.
Ekonom Senior Faisal Basri menilai langkah pemerintah mengancam untuk melarang (boikot) produk Uni Eropa (UE) sebagai perlawanan atas diskriminasi kelapa sawit, kurang tepat. Seharusnya, pemerintah melakukan introspeksi kenapa UE bisa sampai mendiskriminasi produk kelapa sawit.
"Sebelum ke sini saya diskusi sama pak Laode KPK. Kasarnya gini "ngaca dulu" kenapa UE memboikot sawit kita? Karena banyak lahan tumpang tindih sawit termasuk ratusan ribu hektar yang harusnya hutan. Jadi isunya lingkungan. Ngaca dulu," kata dia saat ditemui di Kawasan SCBD Sudirman, Jakarta, Kamis (28/3).
-
Kapan Faisal Basri meninggal? Namun takdir berkata lain, Ramdan mengaku kalau sekira pukul 04.30 WIB atau waktu Subuh tadi, Faisal telah menghembuskan nafas terakhirnya, setelah melalui masa kritis pada dua hari lalu.
-
Kapan Faisal Basri wafat? Diketahui, almarhum wafat pada pagi dini hari, 5 September 2024, pukul 03.50 WIB di RS Mayapada, Kuningan, Jakarta.
-
Di mana Faisal Basri dimakamkan? Sebagai informasi, nantinya pemakaman almarhum Faisal Basri akan dilakukan sekitar Ba’da Ashar dari Masjid Az Zahra, Gudang Peluru, Tebet, Jakarta Selatan.
-
Siapa yang menyatakan duka atas wafatnya Faisal Basri? Guru Besar Hukum Tata Negara Mahfud MD, mengaku berduka atas berpulangnya salah satu tokoh ekonom bangsa, Faisal Basri.
-
Apa yang dilakukan Mahfud MD bersama Faisal Basri? Momen terakhirnya bersama almarhum adalah saat dirinya masih menjabat sebagai menko polhukam. Kala itu, Faisal Basri turut terlibat dalam tim ahli dari Satgas Anti Pencucian uang yang dibentuk pemerintah.
-
Kapan Agus Salim wafat? Tepat hari ini, 4 November pada tahun 1954 silam, Haji Agus Salim meninggal dunia.
Selain itu, menurutnya yang lebih pantas menyelesaikan permasalahan tersebut bukan Menko Maritim Luhut Binsar Pandjaitan, melainkan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Sebab permasalahan tersebut merupakan hubungan diplomasi antar negara.
"Kalau sudah begitu, serahkan ke ibu menlu karena sudah negosiasi antar negara. Karena kalau ada apa-apa, ini bukan urusan sekadar sawit, urusan diplomasi secara keseluruhan," ujarnya.
Jika yang menangani Menko Luhut, faisal khawatir suasana justru akan tambah memanas. "Kalau yang diplomasi Luhut, panas terus. Kalau ibu Retno kan sejuk, perempuan, santun, semua terukur, semua terhitung. Tiap ucapan itu membawa implikasi pada chemistry negosiasi," ujarnya.
Jika semua tuduhan UE terbukti salah, maka langkah yang paling tepat adalah membawa kasus tersebut ke WTO. "Kita lihat tuduhan-tuduhan UE itu benar tidak? Kalau tuduhan itu tidak benar, bawa ke WTO gitu. Jadi apa gunanya ngancam-ngancam (boikot produk Eropa)?" ujarnya.
Selain itu, dia menyarankan dalam proses diplomasi sawit tersebut seharusnya satu pintu agar semua pernyataan yang keluar bisa selaras. "Kalau diplomasi satu pintu, jangan Darmin (Menko Perekonomian) ngomong, Luhut ngomong, pusing. Menlu dia? ini sudah ranah diplomasi, kalau diplomasi masalah satu masalah lain terkait, hubungan baik," tutupnya.
Baca juga:
Menko Darmin Soal Pemboikotan Produk Eropa : Dia Siap, Nanti Susah Kita
Sawit Didiskriminasi, Ancaman Boikot Produk Eropa dan Perang Dagang Menanti
Pengusaha Dukung Pemerintah Gugat Eropa Terkait Diskriminasi Kelapa Sawit
Indonesia Ajak Kolombia Lawan Diskriminasi Kelapa Sawit Uni Eropa
Minimalisir Dampak Diskriminasi Eropa, Asosiasi Dukung Implementasi B30
Perlawanan RI Terhadap Kampanye Hitam Sawit Masuk Tahap Litigasi