Faisal Basri ungkap penyebab harga gas RI lebih mahal dari Singapura
Dia menduga mahalnya harga gas di Indonesia lantaran perusahaan pemasok gas tak langsung menjual ke pembeli utama.
Pemerintah mengungkapkan harga gas di Indonesia lebih mahal dibandingkan dengan di negara-negara tetangga seperti Singapura. Saat ini, harga gas industri di Indonesia hampir mencapai USD 8-10 per million metric british thermal unit (MMbtu)
Plt Menteri ESDM Luhut Binsar Panjaitan mengatakan harga ini dua kali lipat lebih mahal dibanding negara tetangga seperti Singapura yang hanya sebesar USD 4 per MMbtu. Padahal, Singapura impor gas dari Indonesia.
-
Kapan Faisal Basri meninggal? Namun takdir berkata lain, Ramdan mengaku kalau sekira pukul 04.30 WIB atau waktu Subuh tadi, Faisal telah menghembuskan nafas terakhirnya, setelah melalui masa kritis pada dua hari lalu.
-
Di mana Faisal Basri dimakamkan? Sebagai informasi, nantinya pemakaman almarhum Faisal Basri akan dilakukan sekitar Ba’da Ashar dari Masjid Az Zahra, Gudang Peluru, Tebet, Jakarta Selatan.
-
Kapan Faisal Basri wafat? Diketahui, almarhum wafat pada pagi dini hari, 5 September 2024, pukul 03.50 WIB di RS Mayapada, Kuningan, Jakarta.
-
Siapa yang menyatakan duka atas wafatnya Faisal Basri? Guru Besar Hukum Tata Negara Mahfud MD, mengaku berduka atas berpulangnya salah satu tokoh ekonom bangsa, Faisal Basri.
-
Apa yang terjadi pada Faisal Basri sebelum meninggal? Jadi mau dikateter, tapi gak stabil gula maupun ginjal. Jadi masuk icu dulu deh biar stabil senin siang. Lalu masuklah ICU. Semalam itu seharusnya sudah mulai membaik sudah mulai stabil," tambahnya.
-
Bagaimana kondisi Faisal Basri sebelum meninggal? "Terus pulang hari Sabtu (31/8) sudah lemas tapi enggak mau ke dokter, abang saya agak malas kalau ke dokter kalau nggak sakit sekali,” kata Ramdan.
Ekonom UI Faisal Basri mengatakan pemerintah sudah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 40 tahun 2016 tentang penetapan harga gas bumi. Akan tetapi, Perpres itu menimbulkan banyak masalah baru. Perpres menetapkan penurunan harga gas yang berlaku surut sejak Januari 2016.
Menurutnya, permasalahan harga gas ini disebabkan banyaknya pemburu rente gas atau trader bermodal kertas. Bahkan, dia memperkirakan terdapat 60 trader gas atau calo gas yang berbisnis tanpa memiliki infrastruktur gas bumi.
"Bertahun-tahun praktek bisnis gas tidak sehat tanpa penyelesaian yang menohok ke akar masalah. Salah satu akar masalah utama adalah bisnis gas dijadikan bancakan oleh para pemburu rente," ujar Faisal dalam blog pribadinya di Jakarta, Jumat (2/9).
Selain itu, dia menduga mahalnya harga gas di Indonesia lantaran perusahaan pemasok gas tak langsung menjual ke pembeli utama. Hal ini pernah terjadi di anak usaha Pertamina, PT Pertamina Gas (Pertagas).
Dalam laporan BPH Migas tahun 2014, Pertagas hanya menjual langsung gas kepada dua pengguna akhir, yaitu PT Pupuk Sriwijaya (Persero) dan pabrik keramik PT Arwana AK. Selebihnya dijual kepada 19 trader.
"Contoh gamblang yang membuat harga gas sangat mahal adalah yang dialami oleh pengguna akhir PT Torabika. Gas yang dibeli oleh PT Torabika berasal dari sumber gas Bekasi. Trader pertama memasok ke trader kedua dengan harga USD 9 per MMBtu," tegasnya.
Selanjutnya, trader kedua mengalirkan gasnya ke trader ketiga seharga USD 11,75 per MMBtu dengan menggunakan pipa open access 24 inch milik Pertagas dengan toll fee sebesar USD 0,22 per MMBtu. Dengan demikian, trader kedua memperoleh margin USD 2,53 per MMBtu tanpa bersusah payah membangun infrastruktur pipa.
Setelah itu, trader ketiga menyalurkan gas ke trader keempat dengan harga USD 12,25 per MMBtu. Dengan begitu, trader ketiga memperoleh margin USD 0,5 per MMBtu. Kemudian, trader keempat langsung mengirimkan gasnya ke PT Torabika dengan harga USD 14,50 per MMBtu. Hasilnya, trader keempat sudah untung USD 2,25 per MMBtu.
Alhasil, harga dari trader pertama sampai ke pembeli akhir terkerek dari USD 9 per MMBtu menjadi USD 14,5 per MMbtu atau menggelembung sebesar USD 5,5 per MMBtu.
"Alangkah baiknya pemerintah menertibkan praktek bisnis gas yang amat tidak sehat sebelum mendirikan holding migas. Kalau dipaksakan, sangat boleh jadi praktek pemburuan rente bakal melebar dan membesar. Perusahaan yang betul-betul sehat akan terseret menjadi obyek bancakan baru," pungkasnya.
Baca juga:
Beraninya Freeport bohongi pemerintah Jokowi-JK
Luhut akui Freeport bohongi pemerintah soal pembangunan smelter
Menko Luhut bongkar kronologi perpanjangan izin ekspor Freeport
Kasak kusuk kembalinya Arcandra Tahar ke kursi menteri ESDM
Luhut soal pembangunan smelter mandek: Salah pemerintah juga!
Depan DPR, Luhut kembali puji kinerja Arcandra Tahar selama 20 hari
DPR panggil Menko Luhut pertanyakan pemberian izin ekspor Freeport