Freeport saja masih sering diganggu buat investor takut masuk Papua
Menurut Said Didu, investor asing justru lebih memilih Papua Nugini dibanding masuk ke Papua.
Ketua Tim Sinkronisasi untuk Pengolahan dan Pemurnian Minerba Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Said Didu berkomentar mengenai keberadaan PT Freeport Indonesia di Papua. Said Didu berharap keberadaan Freeport di Papua tidak lagi diganggu secara politis.
Menurut mantan sesmen BUMN ini, banyak investor takut masuk Papua karena Freeport selalu diganggu. Investor luar negeri tersebut malah kabur ke Papua Nugini.
"Tidak ada masuk ke Papua, mereka banyak ke Papua Nugini. Mereka berpikiran Freeport sebesar itu dan dari negara besar saja diganggu, apalagi kami. Ini kita ubah, sekarang rezimnya datanglah ke Papua," ucap Said Didu di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (20/2).
Said Didu meminta masyarakat tidak berlebihan menanggapi keberadaan Freeport di Papua. Perusahaan asal Amerika tersebut hanya menguasai 0,02 persen total luas Papua atau 10 Km x 10 Km.
"Pemerintah harus menimbulkan Freeport baru. Sekarang seakan akan Papua tergantung Freeport. Ini harus diubah jadi landasan berpikir kami ke depan," katanya.
Said Didu berharap keberadaan Freeport di Papua bisa menarik investor lain. "Saya berharap isu Freeport jadi simbol menariknya investor masuk Papua. Sekarang penambang besar ke Papua Nugini," tutupnya.