Gulung Tikar, Puluhan Hotel dan Restoran di Yogyakarta Dijual Online
Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Deddy Pranowo Eryono mencatat sebanyak 50 hotel dan restoran di Yogyakarta gulung tikar akibat pandemi Covid-19. Bahkan, hotel-hotel tersebut sudah banyak merumahkan karyawan hingga melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Deddy Pranowo Eryono mencatat sebanyak 50 hotel dan restoran di Yogyakarta gulung tikar akibat pandemi Covid-19. Bahkan, hotel-hotel tersebut sudah banyak merumahkan karyawan hingga melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Dia mengatakan, secara cash flow atau uang yang masuk ke hotel dan restoran tersebut sudah tidak ada sama sekali. Belum lagi, mereka harus dibebankan untuk bayar karyawan yang dirumahkan, mulai dari gaji, pesangon, hingga BPJS Ketenagakerjaanya.
-
Kapan Hotel Du Pavillon diresmikan? Peresmian hotel baru Du Pavillon itu diwarnai dengan pertunjukkan sebuah grup opera dari Italia dan dihadiri para pejabat tinggi pemerintah kolonial Hindia Belanda.
-
Kapan Hotel Cheribon didirikan? Tidak banyak sumber yang menjelaskan tentang hotel ini. Namun dari sejumlah catatan sejarah, bangunan ini didirikan pada awal 1900-an, di mana tata kota di sana sudah beranjak modern dari yang sebelumnya hanya memiliki arsitektur bergaya keraton.
-
Kapan Siantar Hotel diresmikan? Mengutip dari beberapa sumber, Siantar Hotel dulunya diresmikan pada 1 Februari 1915.
-
Di mana Hotel Cheribon berada? Kini bekas bangunan bak itu diduga sudah menjadi bangunan Bank CCB yang berada di Jalan Yos Sudarso, Cangkol, Cirebon, nomor 14. Bangunan hotel diduga berada di samping bank tersebut, dengan kondisi yang tidak terpelihara.
-
Apa ciri khas dari 'Downtown Hotel'? Berbeda dengan residential hotel yang jauh dari keramaian, downtown hotel justru berada di pusat keramaian. Biasanya, jenis hotel ini berada di kawasan perdagangan dan perbelanjaan.
-
Bagaimana Hotel Du Pavillon menjadi tempat singgah para tamu penting? Pada awal berdirinya, hotel itu menjadi tempat singgah para tamu negara dan para pelancong Eropa yang singgah di Kota Semarang.
"Lalu dia punya alternatif, pilihan yang terkahir yang pahit itu adalah menjual," kata dia saat dihubungi merdeka.com, Jumat (5/2).
Dia mengakui, memang sebagian besar daripada hotel-hotel yang tutup tersebut memilih untuk menjual melalui platform online. Menurutnya, itu sah-sah saja dilakukan oleh pemilik hotel, karena memang kondisinya sangat tidak memungkinkan.
Meski begitu dirinya belum mengetahui dan mendapatkan laporan hotel-hotel mana saja yang sudah ditawarkan melalui online. "Nah itu belum ada laporan resmi ke kita, tapi itu dari mereka menawarkan melalui online. Tapi emmang kondisinya seperti itu, real-nya seperti itu," jelas dia.
Di samping itu, PHRI juga mencatat masih terdapat sekitar 170-an hotel yang masih beroperasi di daerah Yogyakarta. Akan tetapi kondisi mereka juga sudah memprihatinkan. "Bahkan dari 400-an anggota PHRI sisanya sekitat 100-an imemilih tutup, karena melihat situasi dan kondisi. Kalau membaik dibuka lagi," ujarnya.
Baca juga:
Dampak Pandemi Corona, 60 Hotel di Bali akan Dijual
Terdampak PPKM, Puluhan Hotel di Yogyakarta Terancam Gulung Tikar
Dana Hibah Tidak Cair, Pelaku Usaha Hotel dan Restoran di Makassar Datangi DPRD
Hotel Isolasi Mandiri di Jakarta Rekomendasi Garuda Indonesia Beserta Tarif per Malam
Accola Hotel Indonesia Renovasi Unit Hotel di Jabar, Siapkan Konsep Dinamis
30 Hotel di Jakarta Siap Digunakan untuk Isolasi Mandiri Pasien Covid-19 Tanpa Gejala