Hadirkan Energi Terbarukan Terangi Nelayan Arungi Lautan
Pemerintah terus berkomitmen menghadirkan energi bersih untuk menekan emisi karbon di Indonesia. Namun, langkah ini nyatanya tak hanya dilakukan oleh pemerintah, namun masyarakat pun turut mendukung langkah ini.
Pemerintah terus berkomitmen menghadirkan energi bersih untuk menekan emisi karbon di Indonesia. Namun, langkah ini nyatanya tak hanya dilakukan oleh pemerintah, namun masyarakat pun turut mendukung langkah ini.
Seperti beberapa nelayan di Pantai Sadeng, Gunung Kidul, Yogyakarta yang mulai memanfaatkan energi terbarukan untuk berlayar. Salah satunya Bajri yang mulai mencoba memakai panel surya untuk penerangan di kapalnya.
-
Bagaimana panel surya bekerja untuk menghasilkan energi listrik? Saat sinar matahari mengenai sel surya, foton dalam sinar matahari akan menabrak atom dalam sel surya dan melepaskan elektron. Proses ini disebut efek fotovoltaik.
-
Apa keuntungan utama yang didapat dari penggunaan panel surya untuk lingkungan? Panel surya adalah sumber energi yang ramah lingkungan karena tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca atau polusi udara.
-
Apa contoh energi terbarukan yang memanfaatkan sinar matahari untuk menghasilkan listrik? Energi surya menggunakan sinar matahari untuk menghasilkan listrik dan panas. Panel surya mengkonversi sinar matahari menjadi energi listrik melalui proses fotovoltaik.
-
Apa yang ditransmisikan ke Bumi melalui panel surya di satelit? Sejak Juni tahun lalu, sebuah eksperimen di luar angkasa telah mentransmisikan energi ke Bumi melalui panel surya pada satelit di orbit dan sekarang memiliki hasil pertama mengenai bagaimana eksperimen tersebut berjalan.
-
Apa yang sedang dibangun oleh PLN untuk memfasilitasi penggunaan energi terbarukan di Indonesia? PLN sendiri saat ini sedang membangun green enabling supergrid yang dilengkapi dengan smartgrid dan flexible generations. “Karena adanya ketidaksesuaian antara lokasi energi terbarukan yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan, serta jauh dari pusat demand yang berada di Jawa, maka kita rancang skenario Green Enabling Supergrid. Sehingga, potensi EBT yang tadinya tidak bisa kita manfaatkan, ke depan menjadi termanfaatkan. Selain itu, tentunya akan mampu membangkitkan kawasan dengan memunculkan episentrum ekonomi baru," jelas Darmawan.
-
Siapakah Ki Ageng Suryomentaram? Walaupun terlahir dari keluarga ningrat, Ki Ageng Suryomentaram (1892-1962) memilih jalan hidupnya dengan menjadi rakyat jelata.
Sebanyak 15 panel surya memenuhi atap kapalnya, dilengkapi lampu LED di setiap sisi yang diarahkan ke luar kapal. Tujuannya untuk mempermudah dirinya untuk menangkap ikan.
"Ikan itu akan muncul saat melihat cahaya. Nah di situ kami bisa langsung menangkap ikan," kata Bajri kepada Merdeka.com.
Saat ini, dirinya memang masih memakai cara tradisional dalam menangkap ikan, dengan memancing. Dalam sekali melaut, dirinya biasa memanen ikan baby tuna dan cakalang hingga mencapai 5 ton.
Dia mulai memakai panel surya sejak Desember 2021 lalu untuk menjadi sumber penerangan di kapal skoci miliknya. Dengan panel surya, dia telah menghemat biaya pembelian solar untuk mesin penerangan.
"Di kapal itu ada 3 genset. Genset jalan 2 dan satu lagi genset lampu. Genset lampu itu kita biasanya pakai solar sampai 140 liter untuk sekali berlayar. Kita berlayar bisa sampai seminggu. Jadi memang hemat sekali kalau pakai panel surya," jelasnya.
©2022 Merdeka.com
Saat ini, dirinya masih membeli solar dengan harga Rp8.000 per liter. Sehingga, dengan panel surya dia bisa menghemat biaya operasional hingga Rp1,12 juta dalam sekali melaut.
Meski demikian, penerapan ini tak selamanya mulus. Bajri mengaku bahwa ketajaman lampu dari panel surya ini masih kurang cukup untuk menarik ikan ke permukaan, sehingga berpengaruh pada banyaknya tangkapan ikan yang dia dapat.
"Sayang sekali lampunya kurang terang. Bahkan 15 lampu dari surya panel itu kalah sama 2 lampu dari dinamo. Padahal kalau terang saja itu bisa sangat menghemat biaya. Apalagi kalau genset mesin juga bisa diganti pakai panel surya itu pasti sangat menghemat," katanya.
Terlebih lagi, untuk mendapatkan solar sangat sulit. Mereka harus membeli solar di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Tentunya stok terbatas dan aksesnya sulit. Lain halnya jika sudah ada stasiun pengisian bahan bakar untuk nelayan (SPBN), maka nelayan akan lebih mudah memperoleh solar. Tentunya dengan harga yang lebih murah.
Project panel surya untuk nelayan ini merupakan project dari Awab Abdullah melalui program Energi Hemat (Jimat). Awalnya dia memulai program ini karena mendengar keluhan dari nelayan bahwa solar mahal dan sulit didapat. Terlebih lagi mesin dinamo yang mudah rusak, padahal baru 4 bulan pemakaian.
Sebelumnya, dia sudah memulai program Jimat di sekitar rumahnya di Dusun Ngemplak, Desa Candirejo, Gunung Kidul, Yogyakarta. Kemudian, dia mulai uji coba panel surya untuk nelayan di Desember 2021.
"Karena ini masih riset lah, mencoba daya tahan di laut lampunya. Rata rata kan mudah jebol, waktu 3-4 bulan jebol. Ini sudah dari Desember sampai sekarang masih oke," jelas Awab.
Sebenarnya, dia bisa menambah ketajaman lampu dari panel surya, seperti yang dikeluhkan nelayan saat memakai panel surya. Namun, dirinya masih ingin menguji coba ketahanan panel surya di tengah lautan.
Mengingat, penerapan panel surya di rumah dengan di kapal sangat berbeda. Angin laut, ombak, dan badai jadi tantangan dalam penerapan panel surya di kapal nelayan.
"Sebenarnya untuk bikin terang itu, saya cukup menambah baterai dan menambah daya. Cuma kalau panel surya itu 2-3 bulan itu mati ya pasti akan merepotkan nelayan juga. Makanya saya ingin menguji coba dulu ketahanan panel surya di laut. Jika sudah ada hasilnya, baru saya menambah daya," jelasnya.
Dengan demikian, dia akan menguji coba ketahanan panel surya selama setahun. Sehingga dia bisa tahu seberapa lama ketahanan panel surya jika dipasang di kapal, agar bisa diterapkan oleh nelayan-nelayan lain.
"Kalau setahun tidak ada masalah, maka satu tahun setengah ke depan saya menargetkan bisa dipasang oleh nelayan lain."
Selain itu, dia juga berharap panel surya ini bisa menambah penghasilan para nelayan melalui koperasi nelayan. Apalagi jika sudah banyak nelayan yang memakai panel surya.
"Kalau itu sudah berjalan, saya ingin menerapkan sistem sewa. Tapi bukan buat saya tapi untuk koperasi nelayan. Sekali mendarat dapat penghasilan berapa, dipotong, masuk koperasi. Uang itu nanti saya kelola untuk menyediakan alat-alat produksi untuk istri-istri mereka juga untuk berjualan. Istilahnya mereka nabung, saya bakar uang di sana uji coba riset. 5 tahun berjalan baru saya ambil uang modal saya."
Solar Masih Jadi Sumber Tenaga Nelayan di Ibu Kota
Kesulitan mendapatkan solar juga dirasakan oleh nelayan di Ibu Kota. Salah satu nelayan pelabuhan muara Angke, Karto mengatakan, kenaikan harga solar membuat para nelayan awalnya mengikat kapal-kapal mereka di pinggir pantai atau tidak berlayar untuk mencari ikan.
"Sempat pas naik harga solar kemarin banyak kapal yang diikat karena tidak ada uang untuk berlayar, solar naik," ujar Karto kepada Merdeka.com.
Karto mengaku, penjualan solar di daerah pelabuhan cukup mahal. Ternyata ada dua jenis solar yang dijual oleh Pertamina dan AKR Industri yakni Solar subsidi dan solar industri. Dari kedua jenis solar tersebut terdapat perbedaan harga yang lumayan jauh. Solar subsidi dipatok harga Rp 6.800 per liter sedangkan untuk solar industri yakni Rp 15.000 per liter.
"Pertamina itu jual ada subsidi dan non subsidi itu industri. Biasanya kalau beli yang subsidi itu ngantre panjang bisa hampir 2 bulan baru bisa dapat solar itu," jelas dia.
Menurutnya, kenaikan harga solar tidak sesuai dengan pendapatan yang diraup nelayan. untuk berlayar mencari ikan dan cumi selama 3 bulan di laut membutuhkan 10 hingga 20 ton solar yang digunakan bahan bakar dan mesin lainnya. 1000 liter solar atau sekitar 1 ton digunakan untuk lima hari di kapal.
"Kita beli 3 bulan itu puluhan ton 10 ton sampai 20 ton. Pokoknya banyak kita beli buat selama 3 bulan," jelas Karto.
Ketika berlayar pun dirinya selama 3 bulan mampu mendapatkan puluhan juta dari hasil tangkapannya. "Kita kan di laut itu 1000 hari baru dapat uang. Ibaratnya kita kumpulin dulu. Kalau cuacanya bagus kita dapat hasil tangkapan banyak, bisa dapat 700 kantong itu jenisnya banyak ada yang super ada yang biasa," terang dia.
Dirinya pun selalu membeli solar industri karena tidak perlu antre lama dan mendapatkan bahan bakar yang lebih cepat. "Ya kalau mau beli itu industri saja cepat, peraturan dari sini begitu, jadi mau tidak mau di ikutin saja. Sebenarnya tidak sebanding sama penghasilan, tapi ya tidak apa-apa, toh rezeki sudah ada yang mengatur," imbuhnya.
(mdk/azz)