Herd Coffee Roasters: Perjalanan Inspiratif dari Passion Menuju Bisnis Sukses
Kecintaan Andri terhadap kopi dimulai saat dia menempuh pendidikan di Australia pada tahun 2007.
Herd Coffee Roasters, sebuah nama yang kini semakin dikenal dalam dunia kopi di Indonesia, memiliki latar belakang yang menarik.
Didirikan pada tahun 2011 di Kota Bandung, bisnis ini bermula dari sebuah impian sederhana Andri Hardian, sang pendiri, yang terinspirasi oleh kecintaannya terhadap kopi.
-
Bagaimana cara kopi memberikan inspirasi dalam kehidupan? Kopi adalah inspirasi yang mengalir dengan setiap tegukan.
-
Apa yang terjadi pada barista di kedai kopi tersebut? Ia menerima cekikan di leher, tonjokan di muka, dan tendangan di badan. Selama itu pula pelaku mengarahkan wajah korban ke air yang mengalir dari kran agar korban tidak dapat bernafas.
-
Kenapa kopi sering dianggap sebagai minuman yang bisa memberi inspirasi? Perjalananku takkan pernah usai, seperti kopi yang tak pernah berhenti memberiku inspirasi tentang sebuah perjalanan.
-
Mengapa kopi menjadi inspirasi bagi banyak orang? Ternyata, bangun lebih pagi adalah penting. Jadilah seperti kopi pagi ini. Walau sendiri, namun memberi ketenangan dan inspirasi tanpa henti.
-
Apa yang diceritakan oleh quote tentang kopi tentang perasaan ketika kehabisan kopi? "Depresso adalah perasaan yang kau alami ketika kehabisan kopi."
-
Bagaimana cara pelaku menganiaya barista tersebut? Ia menerima cekikan di leher, tonjokan di muka, dan tendangan di badan. Selama itu pula pelaku mengarahkan wajah korban ke air yang mengalir dari kran agar korban tidak dapat bernafas.
Kecintaan Andri terhadap kopi dimulai saat dia menempuh pendidikan di Australia pada tahun 2007. Di sana, dia sempat magang sebagai barista. Pengalaman yang mengubah pandangannya tentang kopi. Sebelumnya, dia hanya mengenal kopi sebagai minuman yang disajikan dengan cara sederhana.
"Waktu itu yang mendorong kita untuk memulai bisnis roastery itu memang karena kecintaan saya terhadap kopi itu sendiri. Nah, saya itu mulai kenal sama kopi yang dunia modern ini kayak cappuccino, latte gitu. Waktu itu saya kuliah di Australia, tahun 2007. Waktu itu saya magang jadi barista," kata Andri dalam konferensi pers, Bandung, Rabu (2/10).
Namun, magangnya memberikan pemahaman mendalam tentang proses pembuatan kopi, mulai dari penggilingan hingga penyajian dalam berbagai varian seperti cappuccino dan latte.
Kecintaannya semakin mendalam, namun Andri awalnya memilih untuk berkarir di perusahaan alat olah raga setelah kembali ke Indonesia pada tahun 2010.
Selama enam tahun bekerja di bidang yang tidak dia sukai, Andri menyadari bahwa hasratnya terletak pada kopi. Dengan tekad bulat, dia memutuskan untuk membuka bisnis roastery.
- Kisah Perjalanan Bisnis Fugol Coffee: Dari Mimpi Jadi Kenyataan
- Punya Passion di Bidang Musik? Begini Caranya Ekspresikan Diri Lewat Dunia Digital!
- Dukung Keberlanjutan Bisnis, 700 Pengusaha Kopi dan Barista Dilatih agar Berani Bereksplorasi
- Kisah Sukses Deni Saputra Rintis Usaha Kopi, Modal Rp500.000 dan Kini Raup Omzet Rp50 Juta per Bulan
"Saya kerja dulu di perusahaan latar belakang olah raga. Tapi setelah 6 tahun berjalan kerja di perusahaan olah raga itu memang saya nggak passion di olah raga," jelas dia.
"Jadi akhirnya saya inget lagi tuh kalau saya tuh memang suka sama kopi. Nah, di situ makanya kita buka roastery," sambungnya.
Awalnya Hanya Beroperasi di Rumah
Pada awalnya, Herd Coffee Roasters hanya beroperasi dari rumah menggunakan mesin kecil. Andri menghabiskan waktu di pagi hari untuk melakukan roasting kopi sebelum berangkat kerja, dan melanjutkannya setelah pulang kantor.
Keputusan untuk memfokuskan diri pada roasting kopi, bukan sekadar membuka kedai kopi, didasari oleh pengalamannya. Dia memahami pentingnya mengelola perilaku konsumen dan kualitas produk.
Seiring berjalannya waktu, Herd Coffee Roasters berkembang pesat, dengan kapasitas roasting mencapai 15 ton per bulan dan fasilitas yang lebih modern.
"Nah, ya nggak terasa setelah 8 tahun ya, kopi roaster sudah mesinnya sudah ada, kapasitasnya 25 kilo sebulan bisa ngeroasting 15 ton kopi," terang dia.
Namun, perjalanan tidak selalu mulus. Tahun 2020 menjadi tantangan besar bagi banyak pelaku usaha, termasuk Herd Coffee Roasters. Pembatasan sosial akibat pandemi membuat banyak coffee shop, yang menjadi mitra utama, mengalami penurunan drastis.
"Karena waktu itu coffe shop yang menjadi tulang punggungan kopi roaster banyak yang kena PSBB kan. Jadi mereka dikurangi jam operasionalnya, akses jalanan itu susah tuh, ada juga yang akhirnya cuman 2 bulan, 3 bulan akhirnya berhenti kan. Disitu kita sempat bingung sih harus bagaimana," ungkapnya.
Mulai Adaptasi
Dalam situasi sulit tersebut, Andri dan timnya beradaptasi dengan mengembangkan penjualan online melalui platform Tokopedia. Mereka memperkenalkan kemasan yang lebih kecil dan menambah variasi produk, dari kopi lokal hingga internasional.
Hasilnya, penjualan B2C mulai tumbuh, meskipun saat ini masih didominasi oleh B2B. Sekitar 20 persen dari total omset kini berasal dari penjualan langsung kepada konsumen, dengan 90 persen penjualan online dilakukan melalui Tokopedia.
"Kebetulan sekarang sih masih didominasi oleh B2B. Tapi B2C-nya itu sudah cover dari 20 persen omset. 20 persen omset kita," papar Andri.
Andri menjelaskan, platform ini lebih diminati oleh konsumen karena kemudahan dan keberagaman produk yang ditawarkan.
"Dan baru akhir-akhir ini sekitar 6 bulan kebelakang kita mencoba shop Tokopedia juga. Tapi kita itu, menurut analisa kita sendiri sih, mereka itu akan check out setelah nonton sebuah konten," terangnya
"Jadi, customer jadinya itu misalnya kalau ke Tokopedia itu terjadi ketika kita ke dapur, Aduh, kopi gue habis nih. Yaudah, gue ke Tokopedia belilah," tutup Andri.