Holding BUMN energi bisa dorong harga gas murah
Hingga 2030 pemerintah memperkirakan kebutuhan dana untuk membangun infrastruktur gas sebesar USD 24,3 miliar.
Penggabungan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) dan PT Pertamina (Persero) akan berdampak positif, tidak hanya bagi kedua perusahaan tetapi juga bagi pengguna gas bumi di Tanah Air. Sebab, konsumen akan mendapatkan harga gas yang lebih murah.
"Jika PGN digabungkan ke Pertamina diharapkan infrastruktur pengembangannya akan lebih baik. Selain itu, harga gas juga diharapkan bisa lebih murah," ujar Ketua Forum Industri Pengguna Gas Alam Ahmad Safiun di Jakarta, Selasa (19/4).
-
Mengapa Pertamina mendapatkan apresiasi dari Menteri BUMN? Menteri BUMN Erick Thohir mengapresiasi PT Pertamina (Persero) atas kiprahnya dalam komunikasi dan keberlanjutan di Indonesia.
-
Apa yang diraih oleh Dirut Pertamina? Nicke menjadi salah satu dari dua wanita Indonesia paling berpengaruh yang masuk ke dalam daftar ini.
-
Mengapa Pertamina melakukan kegiatan ini? Pertamina sebagai BUMN yang bergerak di bidang energi, tidak hanya terus berupaya menyediakan energi di seluruh wilayah negeri. Akan tetapi, juga memberikan kontribusi kepada masyarakat melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam rangka mendukung capaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan untuk menuju kemandirian masyarakat.
-
Mengapa Pertamina Patra Niaga membangun tanki BBM dan LPG di Indonesia Timur? Apalagi kita tahu, Indonesia ini negara kepulauan dengan salah satu pola distribusi energi tersulit di dunia, jadi dengan adanya storage di lokasi-lokasi Indonesia Timur ini akan sangat berdampak terhadap ketersediaan bahan bakar bagi masyarakat.
-
Bagaimana Pertamina dan Kemendag melakukan penyegelan SPBU? Menteri Perdagangan Republik Indonesia, Zulkifli Hasan didampingi Direktur Pemasaran Regional Pertamina Patra Niaga Mars Ega Legowo melakukan penyegelan dispenser SPBU 34.41345 Jalan Tol Jakarta – Cikampek (Japek) Rest Area KM 42, Wanasari, Telukjambe Barat, Karawang, Jawa Barat.
-
Mengapa Pertamina melakukan peninjauan ke kilang dan SPBU? Kunjungan ini bertujuan untuk memastikan kesiapan Pertamina mulai dari unit produksi hingga distribusinya siap untuk merespon kebutuhan mudik Nataru.
Menurut Safiun, penyatuan PGN dan Pertamina membuat pembangunan infrastruktur gas bisa lebih terkoordinasi. Daerah-daerah yang belum dibangun infrastruktur gas bisa segera direalisasikan.
"Seperti di Jawa Tengah misalnya yang belum ada pipa," jelas dia.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), hingga 2030 pemerintah memperkirakan kebutuhan dana untuk membangun infrastruktur gas sebesar USD 24,3 miliar, yang mencakup pembangunan pipa sebesar USD 1,2 miliar, gas kota USD 2,2 miliar, elpiji sebesar USD 0,4 miliar, SPBG sebesar USD 1,93 miliar, dan regasifikasi sebesar USD 6,1 miliar serta liquedfaction USD 1,3 miliar.
Safiun mengatakan gas bumi merupakan kebutuhan pokok bagi industri. Pemerintah seharusnya mengarah untuk menggerakkan industri dan bukan untuk mengejar pendapatan negara.
"Jika gas diberikan atau memang disalurkan ke industri, hasilnya bagus karena negara akan lebih besar disebabkan industri membayar pajak," tegas dia.
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah memutuskan menjadikan Pertamina sebagai induk usaha (holding) badan usaha milik negara di sektor energi. Pertamina telah berinvestasi cukup signifikan dalam pembangunan pipa transmisi demi menjamin monetisasi cadangan hulu dan optimasi produksi gas nasional. Di hulu (upstream), perseroan mengoperasikan sejumlah ladang gas dengan produksi rata-rata sebesar 1.700 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Bahkan, Pertamina pada 2018 akan menjadi operator sekaligus pemegang hak partisipasi terbesar di Blok Mahakam, Kalimantan Timur.
Pertamina bersama mitra dari luar negeri dan lokal juga mengoperasikan PT Donggi Senoro LNG (DSLNG) yang memproduksi LNG. DSLNG tercatat mendapat pasokan gas alam dari PT Pertamina EP area Matindok, PT Pertamina Hulu Energi Tomori Sulawesi, dan perusahaan lainnya.
Sementara itu untuk midstream, Pertamina memiliki dan mengoperasikan kilang penerima LNG melalui anak usahanya, PT Nusantara Regas. Pertamina menguasai 60 persen saham PT Nusantara Regas dan 40 persen sisanya dikuasai badan usaha lainnya. Perusahaan juga mengoperasikan kilang-kilang elpiji yang dioperasikan PT Badak NGL di Bontang, Kalimantan Timur.
Sementara itu, PGN menargetkan penambahan jaringan gas rumah tangga 110.000 hingga 2019, PGN juga akan menambah panjang pipa gas lebih dari 1.680 kilometer (km). Saat ini panjang pipa PGN lebih dari 6.980 km.
PGN juga akan mengembangkan mini LNG system untuk Indonesia bagian tengah dan timur, serta memperbanyak jumlah SPBG untuk yang hingga 2019 ditargetkan menjadi 60 unit.
Ketua Koordinator Gas Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Ahmad Widjaja, mengatakan penggabungan PGN dan Pertamina sudah seharusnya dilakukan pemerintah agar distribusi gas di Tanah Air menjadi lebih efisien.
"Penggabungan PGN-Pertamina juga akan menciptakan holding BUMN energi menjadi lebih kokoh," kata Ahmad.
Baca juga:
Dwi Soetjipto: Holding Pertamina-PGN bagus untuk saham
Pertamina siap jadi induk perusahaan energi pelat merah
Menteri Rini sebut Pertamina pimpin holding BUMN energi
Menteri Rini pastikan induk perusahaan pelat merah tak jual saham
Bangun PLTS 1.000 MW, Pertamina jalin sinergi dengan 3 BUMN
Presiden Jokowi: Tahun ini setidaknya ada 6 holding BUMN terbentuk