Hyundai Bakal Bangun Pabrik Mobil Listrik di Indonesia
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, produsen otomotif asal Korea Selatan, Hyundai Motor Company (HMC) akan segera merealisasikan investasi produksi mobil listrik di Indonesia. Rencananya ini ditegaskan pada pertemuan Kementerian Perindustrian dengan Executive Vice President HMC Park Hong Jae di Seoul.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, produsen otomotif asal Korea Selatan, Hyundai Motor Company (HMC) akan segera merealisasikan investasi produksi mobil listrik di Indonesia. Rencananya ini ditegaskan pada pertemuan Kementerian Perindustrian dengan Executive Vice President HMC Park Hong Jae di Seoul.
Jenis kendaraan yang akan digarap di Indonesia, antara lain adalah SUV, MPV, hatchback dan sedan. "Mereka akan mulai produksi pada tahun 2021, dengan kapasitas 70.000 hingga 250.000 unit per tahun," ujar Airlangga dalam keterangannya, seperti ditulis Senin (1/7).
-
Bagaimana peran Indonesia dalam rantai pasokan baterai kendaraan listrik global? Indonesia dapat terus memperkuat perannya sebagai pemain kunci dalam rantai pasokan baterai EV global, tidak hanya memenuhi permintaan domestik tetapi juga kontribusi signifikan dalam memenuhi kebutuhan global akan nikel berkualitas tinggi.
-
Dimana Wuling merakit mobil listrik di Indonesia? Indonesia sudah memasuki era mobil listrik sejak merek otomotif Wuling dan Hyundai memutuskan merakit model BEV di pabrik mereka di Cikarang, Jawa Barat, pada 2021/2022.
-
Apa itu motor listrik? Motor listrik, yang sering disebut sebagai "molis", adalah jenis kendaraan bermotor yang menggunakan energi listrik untuk menggerakkan komponennya.
-
Bagaimana motor listrik bekerja? Cara kerja motor listrik terbilang sederhana, di mana ia mengkonversi energi listrik menjadi energi mekanik, memungkinkan motor untuk bergerak seperti motor berbahan bakar konvensional.
-
Apa yang memengaruhi jarak tempuh mobil listrik? Menurut informasi resmi dari Hyundai Gowa, ada beberapa faktor yang memengaruhi jarak tempuh kendaraan listrik. Faktor-faktor tersebut mencakup kebiasaan berkendara, penggunaan daya tambahan, kondisi saat berkendara, serta status energi pada baterai.
Produksi investasi ini ditargetkan sebanyak 47 persen produksi untuk pasar domestik dan 53 persen untuk ekspor. Pada kunjungannya di HMC saat itu, Airlangga sempat ikut menguji mobil berbahan bakar hydrogen yang dinamakan Hyundai Nexo.
Menperin juga mengamati teknologi yang diterapkan pada mobil fuel cell Hyundai Nexo tersebut. Menurutnya, Pemerintah Indonesia akan mendorong investasi industri kendaraan elektrik dengan pemberian fasilitas tax holiday.
Pabrik Hyundai di Indonesia yang lokasinya masih belum dikonfirmasi tersebut bakal mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 3.500 orang. Indonesia dinilai akan menjadi basis produksi mereka untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor.
"Hyundai telah menegaskan komitmen mereka untuk segera memulai investasi di Indonesia," tutur Airlangga.
Airlangga pun menegaskan, pada prinsipnya Pemerintah mendukung rencana investasi baru tersebut dengan fasilitas fiskal yang sudah tersedia.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian Harjanto mengatakan, sejak awal Januari 2018, Hyundai mengungkapkan rencana untuk membangun pabrik di kawasan Asean dan Indonesia sebagai pilihan lokasinya.
"Apalagi, Indonesia memiliki bahan baku bijih nikel yang bisa digunakan untuk produksi baterai lithium-ion sebagai komponen penting kendaraan listrik," ungkapnya.
Harjanto menjelaskan, dari total kapasitas produksi HMC di Indonesia, sebagian akan digunakan untuk membuat kendaraan listrik. Dari kapasitas itu, sebagian besar untuk mengisi pasar ekspor ke Asia Tenggara dan Australia, serta sisanya untuk memenuhi kebutuhan domestik.
Sementara itu, Menteri Perdagangan, Industri dan Energi (MoTIE) Korea Selatan Sung Yun Mo menambahkan, penguatan kerja sama Indonesia dan Korea Selatan meliputi banyak sektor industri.
Tidak hanya sektor industri baja dan kimia, tetapi juga akan menyasar ke sektor industri otomotif. Bahkan, investasi ini dinilai penting karena dapat memperdalam struktur manufaktur dan meningkatkan daya saing industri di Indonesia.
"Kerja sama otomotif juga membuka kesempatan untuk penyedia komponen, dengan kebutuhan komponen kendaraan yang cukup banyak, ini bisa memperkuat juga IKM di Indonesia. Kerja sama ini (investasi mobil listrik) sangat berarti, karena akan meningkatkan daya saing, dan berkontribusi terhadap ekosistem industri yang lebih sehat," papar Sung Yun Mo.
Baca juga:
Bos Transjakarta: 13.000 Masyarakat Antusias Coba Bus Listrik
Indonesia Diminta Contek Eropa Dalam Buat Aturan Mobil Listrik
Mobil Listrik Sangat Mendesak Guna Hilangkan Polusi Kendaraan Bermotor
Tunggu Perpres Jokowi, Transjakarta Siap Operasikan Bus Listrik
Mobil Listrik, Solusi Ramah Lingkungan yang Tak Ramah Pejalan Kaki
Pemerintah Nyatakan RI Siap Produksi Baterai Mobil Listrik Pada 2022
Pemerintah Harap Toyota dan Daihatsu Mulai Produksi Mobil Listrik di RI pada 2021