IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2019 Menjadi 3,3 Persen
Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan perkiraan pertumbuhan global untuk 2019 menjadi 3,3 persen dalam laporan World Economic Outlook (WEO) yang baru dirilis pada Selasa (9/4), turun 0,2 poin persentase dari estimasi pada Januari lalu di 3,5 persen.
Dana Moneter Internasional (IMF) menurunkan perkiraan pertumbuhan global untuk 2019 menjadi 3,3 persen dalam laporan World Economic Outlook (WEO) yang baru dirilis pada Selasa (9/4), turun 0,2 poin persentase dari estimasi pada Januari lalu di 3,5 persen.
IMF mengatakan ekonomi dunia menghadapi risiko-risiko penurunan yang disebabkan oleh ketidakpastian potensial dalam ketegangan perdagangan global yang sedang berlangsung, serta faktor-faktor spesifik negara dan sektor lainnya.
-
Bagaimana IMF membantu negara yang mengalami kesulitan ekonomi? IMF memberikan pinjaman kepada negara-negara anggotanya yang mengalami kesulitan keuangan. Tetapi sejalan dengan itu, IMF juga memberikan persyaratan dan rekomendasi kebijakan ekonomi yang harus diimplementasikan oleh negara peminjam.
-
Kenapa IMF didirikan? Tujuan utama pendirian IMF adalah untuk mempromosikan stabilitas moneter dan pertumbuhan ekonomi internasional dengan memberikan dukungan keuangan kepada negara-negara yang menghadapi kesulitan pembayaran internasional.
-
Apa tujuan utama dari IMF? Tujuan utama pendirian IMF adalah untuk mempromosikan stabilitas moneter dan pertumbuhan ekonomi internasional dengan memberikan dukungan keuangan kepada negara-negara yang menghadapi kesulitan pembayaran internasional.
-
Kapan IMF didirikan? IMF adalah organisasi yang berperan penting dalam kancah perekonomian negara-negara Dunia Ketiga. Dalam suasana pasca-Perang Dunia II yang penuh ketidakstabilan ekonomi dan politik, pada 22 Juli 1944, Konferensi Moneter dan Keuangan Internasional di Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat, menghasilkan pembentukan Dana Moneter Internasional (IMF).
-
Apa yang dilakukan Kemenkumham untuk meningkatkan perekonomian Indonesia? Menurut Yasonna, dengan diselenggarakannya Temu Bisnis Tahap VI, diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
-
Mengapa pembangunan IKN penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia? “Ibu Kota Nusantara diharapkan menjadi penggerak ekonomi Indonesia di masa depan, mendukung transformasi ekonomi nasional menuju visi Indonesia Emas 2045,” jelas Teni dalam sebuah sosialisasi.
Proyeksi 3,3 persen untuk 2019 adalah 0,3 poin persentase di bawah angka 2018, dan diharapkan tumbuh kembali menjadi 3,6 persen pada 2020. Proyeksi laju pertumbuhan negara-negara maju adalah 1,8 persen untuk 2019 dan 1,7 persen untuk 2020, keduanya di bawah tingkat dua persen-plus yang tercatat dalam dua tahun sebelumnya, menurut laporan WEO.
Untuk negara-negara emerging market dan negara-negara berkembang, IMF memperkirakan tingkat pertumbuhan turun menjadi 4,4 persen untuk 2019, atau 0,1 poin persentase lebih rendah dari pada 2018, dan bahwa ekspansi akan pulih ke tingkat 4,8 persen pada 2020, menyamakan hasil 2017.
Kepala ekonom IMF Gita Gopinath menulis dalam sebuah posting di blog bahwa proyeksi pelambatan pada 2019 adalah "berbasis luas."
"Ini mencerminkan revisi negatif untuk beberapa ekonomi utama termasuk kawasan euro, Amerika Latin, Amerika Serikat, Inggris, Kanada, dan Australia," kata Gopinath dikutip Antara, Rabu (10/4).
Hilangnya momentum pertumbuhan, kata Gopinath, berasal dari paruh kedua tahun 2018, ketika ekonomi dunia dilanda ekspansi global yang melemah secara signifikan. Laporan WEO mengatakan pertumbuhan global tetap kuat di 3,8 persen di paruh pertama 2018, tetapi turun menjadi 3,2 persen di semester kedua.
Gopinath menyalahkan situasi sebagian besar pada ketegangan perdagangan global, tekanan ekonomi makro di Argentina dan Turki, gangguan pada sektor otomotif di Jerman, dan pengetatan keuangan bersamaan dengan normalisasi kebijakan moneter di negara-negara maju yang lebih besar.
Sehubungan dengan pemulihan yang dirasakan pada 2020, ekonom mengatakan itu "tidak pasti," menambahkan bahwa itu didasarkan pada asumsi bahwa "rebound terjadi di negara-negara emerging market dan negara-negara berkembang."
"Hal ini didukung oleh kebijakan moneter akomodatif yang signifikan oleh ekonomi-ekonomi utama, dimungkinkan oleh tidak adanya tekanan inflasi meskipun tumbuh dekat potensinya," imbuhnya.
Dia juga mengutip pergeseran ke arah sikap yang lebih akomodatif dalam kebijakan bank sentral Amerika Serikat, Uni Eropa (UE), Jepang dan Inggris, ditambah China meningkatkan stimulus fiskal dan moneternya, serta pandangan positif perjanjian AS-China untuk menyelesaikan sengketa perdagangan mereka.
Respons kebijakan ini, kata Gopinath, telah membantu membalikkan kondisi keuangan yang semakin ketat di berbagai negara, menampilkan tren yang sedang berlangsung di negara-negara emerging market seperti dimulainya kembali aliran portofolio, penurunan biaya pinjaman, dan penguatan relatif mata uang mereka terhadap dolar AS.
Gopinath mengatakan, ruang kebijakan moneter bervariasi di berbagai negara, dan bagi banyak negara maju masih terbatas. "Kami memperkirakan akan melihat alat kebijakan moneter yang tidak konvensional digunakan, misalnya, di kawasan euro," kata dia.
Setelah tahun 2020, laporan tersebut memprediksikan bahwa pertumbuhan global akan relatif tinggi sekitar 3,6 persen dalam jangka menengah. Laporan WEO memperkirakan tingkat pertumbuhan di zona euro menjadi 1,3 persen pada 2019 dan 1,5 persen pada 2020, keduanya lebih rendah dari hasil 2018 dan 2017.
Risiko-risiko penurunan di seluruh Uni Eropa meliputi periode berlarut-larut dari kenaikan imbal hasil obligasi di Italia yang akan membebani aktivitas ekonomi dan memperburuk dinamika utang, meningkatnya kemungkinan Inggris meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan, serta "hasil pemilihan Parlemen Eropa yang menunda atau membalikkan kemajuan pada penguatan arsitektur kawasan euro," menurut laporan itu.
Brexit tanpa kesepakatan yang "sangat mengganggu rantai pasokan dan meningkatkan biaya perdagangan berpotensi memiliki dampak negatif besar dan bertahan lama pada kesejahteraan ekonomi Inggris dan Uni Eropa," kata laporan itu.
Sementara, ekonomi Italia, Gopinath mengatakan pertumbuhan negara Eropa itu pada paruh kedua 2018 sangat lemah, dan kelemahan itu terbawa hingga 2019. Tingkat utang yang tinggi serta biaya pinjaman negara akan tercermin dalam investasi yang lebih lemah dan akan tetap menjadi keprihatinan bagi Italia.
Berkenaan dengan Amerika Serikat, ia memproyeksikan bahwa ekonomi akan tumbuh sebesar 2,3 persen pada 2019, dan berkembang pada tingkat yang lebih rendah sebesar 1,9 persen pada 2020.
Baca juga:
Ritel Melambat, Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I Diprediksi Hanya 5,1 Persen
Bos Bekraf Target Ekonomi Kreatif Sumbang Rp 1.200 Triliun ke Negara
Prabowo Hina Capaian Pertumbuhan Ekonomi, Luhut Sebut 'Kok Kasar Begitu'
Sandiaga Uno Sebut Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Stagnan
Jelaskan Kondisi Ekonomi, Menko Luhut Bilang Kalau Kritik Jangan Kampungan
Tiru China, Menko Luhut Yakin Indonesia Jadi Negara Adidaya di 2045