Indonesia tingkatkan perdagangan dengan Laos
Perekonomian Laos sendiri didominasi oleh sektor pertanian yang menyerap 80 persen tenaga kerja di negeri tersebut.
Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan hari ini, Minggu (4/11), tiba di Vientiane, Laos untuk mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Europe Meeting (ASEM) ke-9 yang akan berlangsung pada 5-6 November 2012. Dalam konfrensi ini salah satunya akan dibicarakan mengenai perdagangan secara bilateral, dan Gita menyebutkan, saat ini Indonesia masih berpotensi untuk meningkatkan kerjasama Indonesia dengan Laos, terutama kerjasama dibidang perdagangan.
"Ruang untuk peningkatan perdagangan masih besar asal kita mampu mengatasi berbagai hambatan. Salah satu hambatan adalah masih lemahnya konektivitas sehingga harganya jadi tinggi," ungkap Gita dalam siaran persnya di Jakarta, Minggu (4/11).
Total perdagangan Indonesia dan Laos dalam periode 2007-2011 tumbuh 12,44 persen dan mencapai USD 9,9 juta pada tahun 2011. Ekspor Indonesia ke Laos meningkat 22,19 persen selama periode 2007-2011 dan mencapai nilai USD 8,6 juta di tahun 2011. Sedangkan impor Indonesia dari Laos tumbuh negatif 5,53 persen antara 2007-2011 mencapai USD 1,3 juta di tahun 2011, yang menghasilkan surplus perdagangan bagi Indonesia sebesar USD 7,3 juta pada tahun tersebut.
Direktur Jenderal Perdagangan Kerja Sama Internasional Iman Pambagyo menambahkan bahwa sektor jasa Indonesia sudah mulai masuk ke Laos. Meskipun jumlahnya belum besar, tapi sudah ada tenaga kerja Indonesia, seperti manajer restoran dan hotel di Laos.
"Sementara untuk produk barang Indonesia berpotensi untuk mengekspor produk makanan dan minuman, kendaraan dan suku cadangnya, obat-obatan serta mesin pertanian ke Laos," terangnya.
Perekonomian Laos sendiri didominasi oleh sektor pertanian. Sektor ini menyumbang sekitar 51 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Laos, dan menyediakan lapangan kerja bagi 80 persen tenaga kerja Laos. Sektor lain yang penting bagi Laos adalah sektor tambang, terutama untuk produk tembaga, timah, emas dan gypsum. Kemudian komoditas dan sektor lain yang penting antara lain kehutanan, tenaga listrik, konstruksi, garmen, semen dan pariwisata.
Pada pertemuan ini juga kepala negara akan membicarakan beberapa isu penting, baik di bidang politik-keamanan, ekonomi dan keuangan, isu global dan regional, maupun kerja sama dan kebudayaan. Sementara itu, terkait bidang ekonomi, Mendag mengungkapkan bahwa Indonesia akan membagi pengalamannya dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi di tengah krisis.
(mdk/rin)