Indosmelt terancam rugi Rp 250 M akibat gagal bangun smelter
Smelter Indosmelt terancam tidak mendapatkan suplai bahan baku.
Direktur Utama Indosmelt, Natsir Mansyur, mengaku malu dan rugi rencana pembangunan smelter bersama Freeport terancam batal. Pasalnya, Freeport juga bekerja sama dengan Antam dalam proses pemurnian. Smelter Indosmelt terancam tidak mendapatkan suplai bahan baku.
"Kita tidak tahu latar belakangnya apa. Kalau ini terjadi terus efek besar sekali. Kami dirugikan materi dan non materi. Betapa malunya kita enggak jalan. Perbankan internasional menanyakan jadi apa engga. Persoalan di dalam Kementerian ESDM fair lah," ucap Natsir dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (14/5).
Menurut Natsir, pihaknya sudah melakukan Conditional Sale Purchase Agreement (CSPA) atau semacam Head of Agreement dengan Freeport beberapa tahun lalu. Berdasarkan kerja sama ini, Natsir telah membebaskan lahan pembangunan smelter di Maros, Sulawesi Selatan.
"Kalau mau menceraikan kita, cerai baik baiklah. Jangan rusuh. Sekarang Antam saja masih technical proposal, stagnasi dibuat oleh pemerintah sendiri yang tidak cerdas," tegasnya.
Terancam batalnya pembangunan smelter ini merugikan Natsir sebagai pengusaha. Pihaknya sudah menghabiskan dana sekitar Rp 250 miliar. Bukan hanya itu, pihaknya bahkan sudah membayar DP (Down Payment) pemesanan beberapa alat.
"Kita sudah pembebasan lahan, DP suplier, bayar teknologi, bayar untuk studi. Kurang lebih Rp 250 miliar. Itu rugi material tapi malunya. Ada sesuatu yang mengganjal di situ," tutupnya.
Sebelumnya, selain bekerja sama dengan Indosmelt, Freeport mengaku juga menjajaki sejumlah pengusaha tambang terkait proses pemurnian. Salah satu yang digandeng ialah badan usaha milik negara (BUMN) PT Antam.
Freeport menginginkan kepemilikan sendiri smelter. Digandengnya sejumlah perusahaan tambang untuk melakukan uji kelaikan terlebih dahulu.
Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Rozik B Soetjipto mengatakan, lokasi maupun biaya pembangunan smelter hingga saat ini belum ditentukan.
"Studi kelayakan kan dikerjakan terus. Lokasi belum, ada beberapa. Investasi itu belum," kata Rozik di Jakarta Convention Centre, Rabu (22/1).
Rozik mengatakan, studi kelaikan tersebut dilakukan bersama dengan beberapa perusahaan tambang, salah satunya adalah Antam. "Kita gandeng Antam," imbuh Rozik.
Juru bicara PT Freeport Indonesia Daisy Primayanti menambahkan, uji kelaikan tersebut melibatkan beberapa pihak, antara lain LIPI, LAPI ITB, dan Petrokimia.
Menurut Daisy, pembangunan smelter kali ini akan memakan biaya yang jauh lebih besar dari pembangunan smelter di Gresik pada tahun 1996 silam.