Industri Pupuk Berpotensi Kehilangan Ekspor Rp16 Triliun, Anak Buah Luhut Beri Solusi Begini
Pemakaian hidrogen bersih bakal menyelamatkan industri pupuk di Indonesia dari aturan CBAM, yang mensyaratkan produksi industri lebih bersih.
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves, Jodi Mahardi kemudian mendorong pengembangan hidrogen bersih guna menghasilkan amonia bersih untuk produksi pupuk.
Industri Pupuk Berpotensi Kehilangan Ekspor Rp16 Triliun, Anak Buah Luhut Beri Solusi Begini
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mewaspadai aturan Mekanisme Penyesuaian Perbatasan Karbon, atau Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM) yang ditetapkan Uni Eropa.
Sebab, aturan itu bisa mengancam ekspor pupuk dari Indonesia senilai USD 1 miliar, atau setara Rp16 triliun lebih.
- Pupuk Kaltim Bangun Pabrik Amonia dan Urea di Papua, Nilai Investasi Rp15,4 Triliun
- Ciptakan Benefit Rp1,8 Triliun, Begini Krusialnya Inovasi di Industri pupuk
- Pemerintah Dukung Revitalisasi Industri Pupuk: Kalau Efisien, Harga Pokok Produksi Turun
- Pupuk Kaltim Siap IPO, Cari Sumber Dana untuk Bangun Pabrik
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kemenko Marves, Jodi Mahardi kemudian mendorong pengembangan hidrogen bersih guna menghasilkan amonia bersih untuk produksi pupuk.
Jodi menyebut, Indonesia punya industri pupuk dengan ukuran pasar domestik besar senilai USD 4,5 miliar. Namun, mayoritas produksinya masih berbasis hidrogen abu-abu.
Menurut dia, pemakaian hidrogen bersih bakal menyelamatkan industri pupuk di Indonesia dari aturan CBAM, yang mensyaratkan produksi industri lebih bersih dari negara-negara non Uni Eropa. Adapun kebijakan itu akan berlaku definitif mulai 2026.
"Ini (hidrogen hijau) juga membantu kita mengatasi risiko terhadap ekspor pupuk senilai USD 1 miliar melalui Mekanisme Penyesuaian Perbatasan Karbon, atau yang kita kenal sebagai CBAM, regulasi yang telah diberlakukan oleh beberapa negara maju," ujarnya dalam acara Indonesia International Hydrogen Summit 2024 di Hotel Mulia, Rabu (19/6).
Jodi meyakini Indonesia mampu jadi pemain ekspor hidrogen bersih kelas dunia. Dalam hal ini, dia mengelompokkan hidrogen bersih ke dalam dua jenis, yakni hidrogen biru dan hidrogen hijau.
"Indonesia sangat cocok untuk memproduksi hidrogen biru karena sumber daya gas alam yang melimpah dan kapasitas penyimpanan CO2 yang signifikan, yang merupakan terbesar kedua dan ketiga di kawasan Asia Pasifik," terangnya.
"Dan Indonesia, kami memiliki potensi besar untuk produksi hidrogen hijau, berkat sumber daya tenaga panas bumi kami yang luas, yang merupakan terbesar kedua di dunia, dan lebih dari 200 gigawatt kapasitas tenaga surya potensial," dia menambahkan.
Tak hanya untuk dekarbonisasi proses industri seperti manufaktur kimia atau penyulingan minyak, hidrogen bersih juga dapat digunakan di area baru seperti transportasi.
"Sumber daya gas alam Indonesia yang besar dan kapasitas penyimpanan CO2 yang besar serta potensi energi terbarukan memposisikan kita dengan sangat baik untuk memimpin dalam produksi hidrogen bersih," pungkas Jodi.