Infrastruktur pertanian buruk buat swasembada sulit terwujud
Minimnya infrastruktur pertanian nasional membuat produk lokal sulit bersaing dengan impor.
Kondisi pertanian Tanah Air masih memprihatinkan. Selain kurangnya lahan, infrastruktur pertanian juga dinilai tidak memadai. Hal tersebut menyebabkan kondisi pangan di Indonesia kurang mencukupi.
Minimnya sarana dan prasarana pendukung pertanian nasional membuat kualitas beras nasional masih belum kompetitif dengan beras impor. Padahal, kebutuhan pangan nasional semakin lama makin meningkat.
"Begini kebutuhan pangan kita cukup tinggi. Tapi infrastruktur pertanian itu sudah rusak. Kita punya tenaga petani nggak ada lagi. Kalau masih konvensional nggak mampu bersaing. Karena terbentur lahan," ujar Wakil Ketua Komisi IV DPR RI, Firman Soebagyo di Waroeng Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (1/2).
Politisi Golkar ini mengaku langkah pembangunan sektor pertanian haruslah terintegrasi sehingga dapat mencapai target swasembada. Untuk itu, koordinasi antara setiap lembaga terkait dibutuhkan dalam proses pembangunan.
"Kalau kerjasama nggak ada, koordinasi, itu sulit ada swasembada apalagi kita menghadapi kondisi lahan terbatas, kesuburan nggak bagus, jumlah tenaga pertanian yang sulit, kita jadinya sulit kompetisi," jelasnya.
Seperti diketahui, minimnya produksi pangan nasional membuat Indonesia masih mengandalkan impor. Beberapa komoditas yang masih diimpor negara salah satunya seperti kedelai.
Permasalahan pertanian nasional semakin diperparah dengan semakin tergerusnya ketersediaan lahan. Tercatat, sejak 2010, sekitar 100.000 hektar (ha) lahan pertanian hilang per tahunnya.