Ini Alasan Gerai Mixue Ada Dimana-mana
Menurut Roy, perubahan zaman dan model bisnis jadi suatu hal yang tak bisa dipungkiri. Dia menganggap, banyak perusahaan start up yang mati langkah lantaran sudah terlalu nyaman dengan cakupan bisnisnya saat ini, padahal itu bisa jadi tak berlangsung lama.
Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Nicholas Roy Mandey menyoroti outlet besar di bisnis makanan dan minuman yang sepi pengunung hingga banyak yang tutup. Salah satunya, Warunk Upnormal.
Ini bisa terjadi karena konsumen kini banyak beralih ke gerai penyedia food and beverage (F&B) baru semisal Mixue yang kian menjamur.
-
Kapan Hari Brimob diperingati? Bangsa Indonesia memperingati Hari Brimob setiap tanggal 14 November.
-
Dimana Forum Bisnis Indonesia-RRT digelar? Forum Bisnis Indonesia-Republik Rakyat Tiongkok resmi digelar di China World Hotel, Beijing, RRT pada Senin (16/10/2023) lalu.
-
Apa saja ide bisnis yang populer di industri kesehatan dan kebugaran? Ide Bisnis Populer:Pelatihan kebugaran virtual atau pelatihan pribadiSuplemen kesehatan dan produk kebugaranLayanan konseling atau pelatihan kesehatan mentalRetret atau lokakarya kesehatan holistik
-
Bagaimana Aqila berbisnis? Aqila tampaknya mengikuti kegiatan di sekolahnya yang mengajarkan siswa menjadi wirausahawan sejak dini.
-
Kapan Ririn Ekawati merayakan bisnis barunya? Bisnis baru ini adalah hadiah terbaik untuk Ririn yang baru saja berulang tahun.
-
Apa yang dirayakan Ririn Ekawati dalam acara peluncuran bisnis barunya? Bisnis baru ini adalah hadiah terbaik untuk Ririn yang baru saja berulang tahun.
Menurut Roy, perubahan zaman dan model bisnis jadi suatu hal yang tak bisa dipungkiri. Dia menganggap, banyak perusahaan start up yang mati langkah lantaran sudah terlalu nyaman dengan cakupan bisnisnya saat ini, padahal itu bisa jadi tak berlangsung lama.
"Jadi, sesuatu yang enggak pernah berubah adalah perubahan itu sendiri. Warunk Upnormal awalnya ramai, tapi mungkin mereka tidak memperhitungkan perubahan zaman itu pasti terjadi," kata Roy di Jakarta, Rabu (8/2).
"Ketika mereka sudah comfort dengan masuknya modal dari ventura, atau dari crowd funding, kemudian mereka buka-buka sembarangan tanpa memperhitungkan kompetisi atau faktor demografi dan populasi, akhirnya mulai ditinggalkan," tegasnya.
Mixue Pertimbangkan Pasar di Tengah Pemukiman
Di sisi lain, saat ini banyak perusahaan mamin baru yang lebih mempertimbangkan potensi pasar di tengah pemukiman, yang pada akhirnya jadi pilihan konsumen.
"Sekarang sudah ada Mixue, kemudian ada sesuatu yang baru. Masyarakat kan mau sesuatu yang baru dan yang tren. Jadi tutupnya f&b itu adalah suatu keniscayaan ketika tidak adaptif dan tidak resilience," serunya.
Ke depan, Roy melihat, pola pergeseran tren bakal terjadi lebih cepat. Bukan hanya dalam waktu tahunan lagi, tapi harian.
"Perubahan itu bukan lagi tahunan, tapi bulanan. Makanya sekarang, resilience artinya apa, kayak per.
Bisa di bawah, bisa di atas. Berubah-ubah, jangan begitu terus (model bisnisnya)," tandasnya.
Reporter: Maulandy Rizky Bayu Kencana
Sumber: Liputan6.com